Tuesday, June 7, 2016

Jalaluddin Rumi.

Siapa yang tidak kenal dengan tokoh yang satu ini, seorang sufi dan Penyair besar. Dialah Jalaluddin Rumi  yang telah mendirikan tarekat Darwisy Berputar yang terkenal dengan tarian sufinya. Syair-syair karya Rumi sanagat dikenal luas, dan menjadi sumber rujukan bagi dunia sufi selama beberapa abad terakhir. Nama lengkapnya adalah Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin Al Khattabi Al-Bakri atau sering pula disebut dengan nama Rumi, yang merupakan seorang penyair sufi yang lahir di daerah Balkh (kini Afganistan) pada tanggal 30 September 1207 Masehi  atau bertepatan dengan tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah. Ayahnya bernama Bahauddin Walad masih bernasab dari Abu Bakar. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang shaleh, seorang Fuqaha (ahli Fiqih) yang juga sufi yang berpandangan ke depan, seorang pengajar yang terkenal di Balkh.Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.

Meski Baha telah menikah dengan wanita Bangsawan, Baha sangatlah menentang kibijakan Sultan Kharazmashan ketika itu. Mula-mula Sultan selalu menghadiri majlis ilmu Baha, tetapi hanya karena Baha dituduh sebagai pembelot dan rasa cemburu yang membabi buta dari sultan, hal ini dikarenakan bila dibandingkan dengan sultan maka Baha yang paling populer di mata rakyat. Sejak saat itu ultan tidak lagi hadir dalam majlis ilmu Baha. Bahkan belakangan Sultan mencurigai ajaran Baha dan akhirnya Baha dianggap sebagai musuh.

Ketika Rumi berusia 12 tahun, pada tahun 1219 M, bangsa Mongol menguasai Balkh, sehingga Baha sekeluarga memutuskan untuk hijrah meninggalakan Balkh menuju ke kota Mekah sekaligus menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanannya, Baha memutuskan untuk transit terlebih dahulu  ke Nishapur, lalu bertemu dengan Fariduddin Athar, seorang ulama dan juga penyair sufi. Melihat Rumi kecil Athar mengatakan kepada Baha: Anakmu tidak lama lagi akan menjadi api yang membakar para pecinta Allah diseluruh dunia. Athar menghadiahi Rumi sebuah kitab karyanya, Asrarnama (kitab rahasia), yang berisi prinsip-prinsip sufisme melalui kisah dan Fabel, yang kelak sangat mempengaruhi karya-karya Rumi.

Usai menunaikan ibadah haji, Baha singgah di kota kecil Larnada di Konya, Turki. Raja Konya, yang sangat menghargai ilmu pengeatahuan dan filsafat serta mendukung kegiatan kaum terpelajar, menulis surat kepada Baha , isinya, tawaran bagi keluarga Baha untuk tinggal sekaligus mengajar di perguruan tinggi Konya. Baha menerima tawaran tersebut.

Berkat keahliannya dalam ilmu agama dan kedekatannya dengan penguasa, Baha menjadi orang terhormat dan mendapat gelar Sulthan Al-Ulama. Sementara itu Rumi yang mulai menginjak usia remaja terus belajar berbagai ilmu: Tata Bahasa dan Sastra Arab, sejarah, logika, matematika, Astronomi, Filsafat dan Tasawuf.

Baha Walad wafat pada tahun 1231 M, ketika Rumi berusia 24 tahun dan sudah menguasai berbagai ilmu. Rumi lalu menggantikan peran Baha sebagai Muballigh dan Fuqaha. Namanyapun segera masuk ke dalam daftar para Fuqaha yang menjadi rujukan para ulama mazhab Hanafi.

Perkenalan Rumi dengan Tasawuf berawal dari bimbingan Baha. Belakangan salah seorang murid kesayangan Baha, Burhanuddin Tirmidzi, datang ke Konya untuk mengunjungi gurunya, tetapi Baha sudah wafat. Akhirnya, Tirmidzi mengajarkan Tasawuf kepada Rumi hingga ia meninggal pada tahun 1240 M.

Tak lama kemudian Rumi menduduki jabatan terhormat di Universitas Konya. Meski diakui juga sebagai guru sufi, kehidupan sehar-hari rumi masih  tetap seperti biasanya. Kadang-kadang Rumi membahas materi spritual dalam khotbahnya, namun dalam kehidupan sehari-hari rumi tidak pernah menunjukkan kelebihannya dibanding para Fuqaha yang lain. Tetapi ketika Syam Tabridzi yang mendapatkan gelar Sultan al-Faqir datang, semuanya berubah. Setidaknya ada dua versi yang mengisahkan pertemuan antara Rumi dan Tabrizi. Dua kisah berikut paling sering diceritakan.

Pada suatu hari, Tabridzi seorang yang berpakaian kumal mengikuti pelajaran Rumi masuk ke ruang kelas tempat Rumi mengajar di Universitas Konya. Tanpa basa basi, Tabridzi yang berpakaian kumal  itu bertanya: 
"Siapakah manusia yang lebih agung, antara Bayazid Bistami atau Nabi Muhammad SAW?".

Rumi menjawab:
"Nabi Muhammad adalah orang lebih agung". 

Lalu kata Tabridzi:
"Bukankah Nabi bersabda, Ya Allah, aku belum mampu memuji-Mu dengan pujian sebagaimana engkau memuji diri-Mu, Sedangkan Bayazid berkata, Betapa Agung muaraku, kemuliaan datang kepadaku ketika aku diangkat, akulah yang derajatnya ditinggikan".

Tabridzi, yang melihat Rumi tidak mampu menjawab pertanyaan itu, kemudian menjelaskan bahwa kehausan Bayazid akan sifat-sifat ketuhanan dipuaskan ketika ia minum seteguk air, sedangkan hausnya Nabi Muhammad SAW tidak akan pernah terpuaskan karena Nabi selalu haus akan air pengetahuan ketuhanan yang lebih banyak. Mendengar itu Rumi menjatuhkan diri di kaki Tabridzi, lalu menangis tak sadarkan diri. Ketika sadar, kepalanya tergeletak di pangkuan Tabridzi yang sedang duduk. Tak lama kemudian, mereka ini mengasingkan diri bersama-sama selama tiga bulan.

Versi kedua sedikit berbeda dari versi pertama tadi, tetapi pada hakaekatnya adalah sama. Suatu hari Rumi sedang duduk di perpustakaan pribadi bersama sekelompok murid yang berkumpul di sekelilingnya mendengar pelajarannya. Tiba-tiba seseorang berpakaian kumal masuk dan duduk. Ia menunjuk buku-buku di sudut ruangan, katanya, Apakah itu?

Rumi yang mengira bahwa Tabridzi adalah seorang pengemis, menjawab, Engkau tidak akan mengerti. Mendadak, muncul api berkobar dari rak buku. Apa itu? Rumi berteriak karena panik. Dengan tenang Tabridzi berkata, Engkau pun tidak akan mengerti, Tabridzi lalu bergegas pergi. Rumi kembali berteriak dan mengejar Tabridzi. Rumi kemudian meninggalkan tugasnya mengajar, dan bertapa bersama Tabridzi. Hanya Tabridzi, Rumi dan Allah SWT sajalah yang mengetahui apa yang telah diajarkan Tabridzi kepada Rumi di dalam pengasingannya.  

Ketika Rumi berusia 38 tahun tidak lagi memberikan materi-materi  ceramah agama dan memimpin doa,  melainkan hanya membimbing tarian sufi saja. Rumi yang semula tidak punya latar belakang sebagai seorang penyair, mulai menulis syair-syair yang sangat indah, untuk mengekspresikan cintanya kepada Allah.

Syair-syairnya sangat menyentuh, ciri khasnya secara jelas menunjukkan, penampakan luar hanyalah selubung yang menutup makna di dalam. Karya utama yang diakui sebagai salah satu buku luar biasa di dunia ialah Matsnawi-I-Manawi (untaian puisi dua bait)  yang terdiri dari enam jilid, terdiri dari 25 ribu puisi panjang dan merupakan mutiara ajaran sufi.

Kitab Matsnawi-I-Manawi ditulis atas permintaan dari Husainuddin Khalabi, murid kesayangannya. Rumi mengucapkan puisi dan Khalabi yang menuliskannya. Setelah selesai ditulis selama dua tahun, Khalabi membacakannya kembali  dihadapan Rumi. Beberapa karya Rumi merupakan kumpulan anekdok dan kisah sehari-hari yang berkaitan dengan moral Islam, yang juga merupakan repsentasi spritual yang tenang dalam memaparkan berbagai  dimensi kehidupan dan latihan rohani.

Rumi juga menulis kitab Diwan-I-Tabrizi, terdiri dari 3.200 bait, meliputi 35 ribu syair, 44 ribu Tarifat (syair yang terdiri dari dua bait atau lebih). Diwan dan Matsnawi merupakan kitab pegangan wajib bagi murid-murid Rumi. Sebagian besar syair didalam kitab Diwan menggambarkan pengalaman spritual Rumi. Misalnya, persatuan dan perpisahan dengan Allah, yang dilukiskan melalaui berbagai simbol dan perumpamaan metafisik. Rumi menggambarkan pengalaman pendakian terjal ke langit (pencapaian dan kedekatan dengan Allah) melalui Mabuk Spritual.

Karya monumental lainnya ialah kumpulan pelajaran yang disampaikan oleh Rumi kepada murid-muridnya di meja makan. Di tulis dalam bentuk prosa, Fihi ma Fihi. Isinya menjelaskan berbagai dimensi ajaran sufi secara terperinci melalui sejumlah analogi dan perbandingan. Karya prosa lainnya adalh kitab Majlis-I-Sabah (tujuh pertemuan), kumpulan khotbah pendek yang ditujukan kepada masyarakat umum. Kitab lainnya, Mahatib, kumpulah 145 surat untuk para Pangeran dan Bangsawan Konya.

Karya-karya Rumi banyak diterjemahkan oleh penulis barat. Dalam Amazon.Com, situs toko buku on-line terbesar, hanya dalam hitungan bulan tak kurang dari ratusan buku syair Rumi di terbitkan telah sold out. Tidak hanya itu dalam beberapa kali acara ataupun festival pembacaan syair-syair karya Rumi telah di gelar. Tak tanggung-tanggung, bintang-bintang Hollywood seperti Pop Star Madonna, Aktris Demi Moore dan Goldie Hawn, ikut membacakan syair-syair rumi tersebut.

Buku-buku yang berisikan syair-syair karangan rumi dan masuk best seller antara lain adalah The Essential Rumi, kumpulan syair terjemahan Coleman Barks. Kemudian sebuah buku suntingan pasangan suami-istri Camille Adams Helminski dan Edmund Kabir Helminski yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: Rumi, pesona suci dunia Timur.

Beberapa karya Rumi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (melalui bahasa Ingris), antar lain, Dunia Rumi: Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi, karya Annemare Schimmel (pustaka Sufi), Jalan cinta sang sufi, karya William C. Chittick (penerbit Qalam), Firdaus Para Sufi, karya Dr. Javad Nurbaksh, Rajawali Sang Raja, ditulis oleh Jhon Renard (serambi), Menari bersama Rumi, oleh Denise Breton dan Christoper Legent, dan masih banyak lainnya.

Sebagai seorang guru sufi,  Rumi dikenal dengan tarekat yang menjalani ritusnya dengan berputar-putar menari, karena proses pendekatan diri kepada Allah dilakukan dengan menari berputar-putar, di iringi musik, instrumen musiknya bisa berupa Gitar khas sufi, atau bisa juga semacam Drum. Untuk mencapai Cinta Prima kepada Allah, mereka terus berputar ratusan kali dalam waktu cukup lama. Mereka ternyata tidak merasa pusing, justru semakin cepat dan lama berputar, mereka akan semakin menemukan Cinta Alahi.

Hingga kini ritus kaum tarekat ajaran Rumi dengan berputar menari itu masih diamalkan oleh para pengikutnya, dan berkembang ke Afganistan, Pakistan, Timur Tengah, Afrika, Eropa,bahkan Kuba. Beberapa koreografer tari modern dan teater Kontemporer juga mengemas tarian berputar dalam karya-karya mereka. Namun, nuansanya sudah berbeda.

Ada yang mengenalnya sebagai penyair, ada yang mengenalnya sebagai penari, ada yang mengenalnya sebagai ulama, ada yang mengenalnya sebagai sufi, namun lebih dari semua itu, Rumi adalah seorang Maestro yang karya-karyanya sangat popular setelah 700 tahun lamanya Rumi meninggal. Nama Rumi hingga kini masih mampu memberi warna bagi kehidupan masyarakat dunia yang sudah serba canggih ini. Bahkan sejak satu dekade belakangan  ini puisi-puisi Rumi menjadi karya seni yang paling banyak dibaca di Amerika Serikat. Karya Rumi yang dihimpun oleh Coleman Barks dalam buku yang berjudul The Essential Rumi menjadi buku puisi terlaris di Amerika Serikat pada tahun 1997, menurut The Christian Science Monitor.

Dona Karan, perancang mode terkemuka asal New York, menjadikan Rumi sebagai sumber inspirasinya ketika menggelar peragaan busananya musim panas tahun 1998 lalu. Sampai saat ini, karya-karya Rumi telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia, termasuk Rusia, Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol, bahkan telah dikembangkan secara kreatif dalam berbagai bentuk ekspresi, seperti Konser, pertunjukan tari, berbagai bentuk bacaan dan sebagainya.

Kini ketika berkembang pemahaman yang keliru terhadap dunia Islam, peranan Rumi sebagai simbol pengusung nilai-nilai universal dalam Islam menjadi semakin relevan.

Walaupun kecemerlangannya bagaikan cerita-cerita dongeng, namun sesungguhnya terdapat begitu banyak tantangan dan kepahitan hidup yang harus di lalui sebelum Rumi tumbuh menjadi sosok seperti yang di kenal orang sekarang.

Dalam usia 24 tahun Rumi tumbuh tidak saja sebagai intelektual Islam terkemuka, tetapi juga ahli di bidang hukum, sejarah dan sastra. Sesudah ayahnya mwninggal, pada 1231, Rumi menggantikan peran  ayahnya sebagai ahli dalam ilmu-ilmu agama.

Ketika dalam diri Rumi masih bergolak kegelisahan yang amat dahsyat. Ketika itulah saat Rumi berusia kira-kira 37 tahun, muncul sang Darwish, Syam dari Tabriz. Syamsuddin At-Tabridzi, yang namanya kira-kira berarti, Surya keagamaan, ternyata mampu membawa pencerahan bagi jiwa Rumi yang sedang bergolak. Selama lebih dari 2 tahun, sang Mursyid dan sang Murid, mabuk dalam cinta Ilahi. Ibarat api, kedekatan dengan sang Mursyid sanggup Membakar Rumi hingga sang muridpun ikut menyatu dalam nyala api Ilahi.

Sejak saat itulah Rumi tidak lagi dikenal sebagai ahli tentang agama dan ketauhidan. Rumi tidak lagi mengandalkan pemahaman rasional belaka untuk menjelaskan tentang Allah SWT, melainkan mengajak pengikutnya untuk langsung merasakan kebesaran Allah SWT dengan masuk kedalam cintanya.

Kedakatan Rumi dengan sang Mursyid, tidak mudah dipahami oleh banyak kalangan, termasuk bagi mantan pengikut-pengikut Rumi serta mereka yang tidak memahami hubungan spritual antara Mursyid dan Murid. Bagi kaum sufi, hubungan istimewa semacam itu merupakan ajakn dari seorang mursyid untuk membuka hati seorang murid agar merasakan kehadiran Tuhan. Namun tidak sedikit yang menganggap keputusan Rumi tinggal serumah dengan sang Mursyid sebagai sebuah percintaan yang didasari ketertarikan semu belaka.

Rumi membuktikan bahwa hubungannya dengan sang Mursyid bukan sebuah hubungan biasa, terutama setelah secara misterius sang Mursyid menghilang pada sekitar tahun 1247. Berbagai dugaan mengatakan bahwa sang Mursyid di bunuh oleh pengikut atau bahkan anak Rumi sendiri yang tidak mau Rumi terus berhubungan dengan sang Guru itu. Lewat karya-karyanya sepeninggal sang Mursyid, Rumi menunjukkan tingginya nilai spritual dari hubungannya dengan sang Mursyid. Misalnya dalam sajak berikut:

Siapapun yang pernah mendengar tentangKu,
Biarlah ia menyiapkan diri dan menemuiKu
Siapapun yang menginginkanKu,
Biarlah ia mencariKu
Ia akan menemukanKu
Lalu biarkan ia untuk tidak memilih yang lain selain Aku

Divani Syamsi Tabridzi atau syair-syair dari  Syams Tabridzi serta Masnawi adalah karya-karya monomental Rumi yang dilahirkan setelah kepergian sang Mursyid. Masnawi yang terdiri dari 6 jilid menjadi salah satu leteratur dan pemikiran yang amat berpengaruh dalam dunia Islam.

Semua karya Rumi, dari Sajak hingga Tarian Sufi (Whirling dance) yang dipopulerkannya, sebetulnya merupakan berbagai bentuk kreatif dari sebuah ide yang mendasarinya, cinta Ilahi.

Cinta bagi sebagian orang dianggap sebagai Tema yang sudah Usang dapat dibuat segar lewat karya-karya Rumi, bahkan mampu membakar mereka yang mendengarkan atau yang membacanya. Di tengah situasi perang dan kekacauan pada zaman Rumi, sajak-sajak cintanya sungguh menguatkan tali persaudaraan. Tariannya sanggup meleburkan ego mereka yang menarikannya.

Bagi Leslie Wines, penulis Rumi A Spritual Biography (lives I Legacies), misalnya, sajak-sajak Rumi memungkinkan kita menjalani hidup keseharian dengan penuh rasa bahagia. Hal ini sebenarnyasangat relevan dalam masyarakat modern sekarang ini, yang menurut Leslie, Meskipun canggih secara teknologi, tapi terpecah belah secara sosial.

Rumi tidak hanya bicara lewat karya, tetapi terutama lewat kehidupannya. Pemahamannya akan citra Ilahi yang universal membuatnya tak lagi dapat mengkotak-kotakkan manusia. Ia berhubungan baik dengan berbagai macam orang dengan aneka ragam latar belakang. Saat kematiannya, selama 40 hari penuh warga Muslim, Kristen, Yahudi, Yunani dan Persia tak henti-henti menangisi kepergiannya.

Rumi adalah tokoh yang utuh, yang memberikan tempat bagi cinta untuk mewarnai seluruh hidup dan karyanya. Karya-karyanya dapat menjadi inspirasi, seperti kata Andrew Harvey, seorang penulis, Rumi merupakan penunjuk jalan utama bagi zaman kebangkitan baru yang sedang berjuang untuk bangkit saat ini. Ia adalah inspirasi spiritual di abad ke 21.

Wallahu A'lam Bishowab

Monday, June 6, 2016

Ta'zhim Bung Karno Kepada Nabi Muhamad SAW.

Siapa sih yang tidak kenal dengan tokoh yang satu ini, beliau biasa disebut sebagai bapak proklamator, Ya  beliau ini adalah Ir. Soekarno. Presiden pertama Indonesia yang akrab disapa Bung Karno yang sangat dikagumi oleh masyarakat indonesia. 

Bung Karno pernah menjadi cover majalah Time sebanyak dua kali yakni pada edisi Desember 1946 dan Maret 1958. Dalam terbitan pertamanya, majalah Time menyebut ‘Putra Sang Fajar’ tersebut sebagai orator yang ulung karena mampu meyakinkan dan mempengaruhi pendengarnya.

Di belahan dunia Barat dan Timur Tengah Bung Karno juga memiliki nama panggilan Ahmed Soekarno. Sehingga tidaklah heran jika kita bisa menemukan nama jalan Ahmed Soekarno di Mesir. Penambahan nama Ahmed dimaksudkan untuk memperkuat nuansa keislaman sehingga dapat menarik perhatian masyarakat Timur Tengah.

Seperti yang kita ketahui Bung Karno yang dikenal sangat cerdas dan jenius serta dapat menguasai puluhan bahasa didunia  ini tercatat memiliki sembilan orang istri selama hidupnya. Kendati demikian kekagumannya terhadap wanita tidak menyebabkan Bung Karno gelap mata dan buta hati. Hal ini dikarenakan oleh rasa ta'zhim, pengagungan dan cintanya kepada Nabi Muhamad SAW.

Pernah suatu waktu Bung Karno bertemu dengan seorang wanita keturunan arab yang cantik jelita dan memikat hatinya. Presiden Soekarno memerintahkan agar proses lamaran harus segera dilaksanakan dengan membawa sejumlah mahar, termasuk sebuah rumah yang megah. Setelah itu Bung Karno baru mendapatkan informasi bahwa wanita tersebut merupakan salah satu ahlul bait keturunan dari Nabi Muhamad SAW. Sebagai bentuk Rasa ta'zhim Bung Karno Kepada Nabi Muhamad SAW, Bung Karno langsung memerintahkan kepada ajudannya agar membatalkan lamarannya   tanpa menarik kembali mahar yang telah diberikan. Bung Karno merasa tidak layak untuk menikahi wanita ahlul bait tersebut.

Bukti ta'zhim Bung Karno lainnya kepada Nabi Muhamad SAW adalah ketika Bung Karno menunaikan ibadah haji. Pada saat Bung Karno berziarah kemakam Nabi Muhamad SAW, berdampingan dengan raja Arab Saudi dan dengan dikelilingi para pengawalnya, begitu Bung Karno akan mendekati makam Nabi Muhamad SAW, Tapi sebelum berjalan ke makam Nabi Muhamad SAW Bung Karno bersegera melepaskan atribut-tribut pangkat kenegaraannya terlebih dahulu. Setelah itu barulah Bung Karno duduk sambil berjalan merangkak menuju makam Nabi Muhamad SAW. Semua orangpun dibuat takjub karena melihat apa yang telah dilakukan oleh Bung Karno. Lalu Bung Karno ditanya oleh Raja Arab Saudi yang berkata:
"Mengapa anda  melakukan hal itu?.  

Dengan bijak Bung Karno menjawab:
"Penghuni makam ini(Nabi Muhamad SAW) adalah seorang pemimpin sejati yang tidak pernah berbohong kepada siapapun. Sementara kita adalah para pemimpin yang acap kali membohongi rakyat".



Wallahu alam bishowab.

Hukum Membahas Tentang Ruh.


Allah SWT berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah,Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit”(QS: Al-Isra.85). 

Ayat diatas sering dijadikan landasan ataupun dalil bahwa ruh adalah urusan Allah SWT semata dan kita sebagai manusia tak perlu sok kepo ingin mengetahuinya, yang jadi pertanyaannya  adalah apakah hukumnya jika kita ingin mengetahui hakekat tentang ruh?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut para ulama memilki pandangan yang berbeda mengenai pembahasan tentang ruh. Dalam hal ini ada 2 pendapat para ulama mengenainya. Pendapat yang pertama adalah tidak memperbolehkan untuk membahas tentang ruh dengan berdasarkan dalil  ayat diatas dan  jika dilihat dari sudut pandang dan pemikiran Islam mereka menolak tentang pembahasan ruh dengan alasan tidak ada didalam syar'i. Dan haram hukumnya itu dikarenakan ruh adalah termasuk rahasia dan urusan Allah. Mereka yang memiliki pendapat ini diantaranya adalah:
  • Pendapat Imam Abdul Salam al-Laqâni dan Mayoritas Muhaqqiqin. beliau berpendapat bahwa Mayoritas Muhaqqiqin tidak terlalu dalam membahas tentang hakikat ruh dengan jenis dan pasal yang berbeda, itu semua disebabkan karna tidak adanya pengetahuan yang mereka dengar tentang ruh dan juga tidak didapati nash Syar'i  yang menjelaskan hal itu. Maka menerut mereka alangkah lebih baiknya kalau kita tidak terlalu jauh dalam membahas ruh, serta hukumnya makruh.
  • Imam al-Junaidi seorang sufi berpendapat bahwa ruh itu adalah rahasia Allah SWT dan menurutnya seoarang hamba tidak boleh membahas ruh terlalu jauh. Dan perkataannya menunjukan pengharaman.
  • Menurut Syaikh as-Sahr Wardi bahwa pembahasan tentang ruh sangatlah sulit, kita sebagai manusia hanya diberi sedikit pengetahuan tentang itu. Maka apakah pantas kita terlalu jauh dalam membahasnya?.
Pendapat kedua adalah kebalikan dari pendapat pertama dengan memperbolehkan dalam hal membahas mengenai ruh, mereka ini terdiri dari Alkindi filosof Arab pertama dalam risalah pendeknya “Tentang Ruh”, Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Miskawaih, Ibnu Rusd dan lain-lain dari ulama salaf dan khalaf.

Didalam bukunya, DR. Mohammad Sayed Ahmad al-Musayyar berpendapat bersama mayoritas ulama bahwa didalam firman-Nya surah al-Isra’ ayat 85 tidak ada indikasi pengharaman tentang membahas ruh ataupun indikasi pemakruhannya. Menurutnya para ulama yang melarang membahas ruh didasari oleh beberapa hal, diantaranya adalah pemahaman tentang makna ruh yang diartikan sebagai “Rahasia Allah”, bahwa ruh termasuk alam mujarrad yang tidak bisa didapati dan adanya hadits yang menerangkan tentang Asbab an-Nuzul ayat tersebut. Landasan ataupun dalil dari para ulama yang memperbolehkan membahas tentang ruh adalah diantaranya adalah:
  • Para ahli tafsir tidak sepakat bahwa ruh yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah arwah bani adam, Imam al-Alusi berpendapat bahwa yang dimaksud adalah hakikat ruh manusia, selain itu juga dalam beberapa riwayat sahih Bukhari dan Muslim adanya pertanyaan tentang ruh, salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa ruh yang dimaksud adalah Jibril AS. Serta riwayat dari Ali Bin Abi Thalib bahwa yang dimaksud ruh adalah malaikat yang meiliki 70 ribu wajah. 
  • Ibnu Qayyim berkata dalam salah satu kitabnya: bahwa mayoritas ulama salaf bahkan semuanya berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan ruh dalam ayat tersebut adalah bukan arwah Bani Adam, melainkan ruh yang Allah beritakan pada kitabnya “bahwasanya ia akan ada bersama para malaikat di hari kiamat, ruh itu adalah malaikat yang mulya.
  • Imam Ibnu Hajar berkata bahwa: “pendapat Imam Junaidi dan para pengikutnya telah menyalahi pendapat mayoritas Sufi Muta’akhir karna mereka banyak membahas tentang ruh, bahkan sebagian dari para sufi menjelaskan hakikat ruh serta menklaim aib bagi orang yang melarang membahas ruh.
  • Para Nabi dan Ulama banyak berbicara tentang Allah Swt, mulai dari sifat-sifat-Nya, Asma al-Husna-Nya, lalu membahas tentang wujud, wahdaniat, kalam al-Ilahi dan sebagainya, dan kita tidak mendengar seorang pun yang mengharamkan untuk membahasnya ataupun memakruhkannya, padahal sudah jelas bahwa al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah itu Esa, Yang Satu. Lalu apakah ruh derajatnya lebih tinggi dari pada semua hal yang berhubungan dengan-Nya?.
Wallahu A'lam Bishowab

Orang Yang Telah Meninggal Akan Mendoakan Orang Yang Masih Hidup.

Disadur dari kitab Ar-Ruh, karangan Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah menerangkan bahwa ruh-ruh yang berada dialam barzakh itu mengetahui jika ada orang yang telah menziarahinya dan akan menjawab salam jika orang tersebut memberi salam. Jika seseorang berziarah dimakam saudaranya, dan duduk didekat pusara saudaranya itu, maka saudaranya yang telah meninggal itu akan merasa tenang dan menjawab salamnya, sampai orang tadi berdiri pergi meninggalkan pemakaman. 

Sebagaimana diterangkan dalam banyak Hadist salah satu diantaranya disadur dari kitab kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid, diriwayatkan dari Ibnu Abbas  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه bahwa Rasulullah  bersabda:
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (H.R Ibnu Abdul Bari ).

Sunday, June 5, 2016

Bertemu Dengan Orang Yang Telah Meninggal.

Beberapa waktu yang lalu ada salah seorang yang telah meninggal dunia dan sehari setelahnya orang yang telah meninggal tersebut datang menemui keluarganya, dapatkah orang sudah meninggal menemui orang yang masih hidup seperti cerita diatas, adakah dalil yang bisa menerangkannya?. (HA)

=====================================

Disadur dari kitab "Ar-Ruh", karangan Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah disebutkan bahwa orang yang telah meninggal dunia dapat berjumpa dengan orang yang masih hidup melalui mediasi atau perantaraan mimpi, mereka bisa melakukan perbincangan, memberikan wasiat dan bercerita tentang apa saja, bahkan tentang apa yang terjadi di dunia, dan cerita soal ini sangat banyak sekali kita dengar. Seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhamad SAW.



Telah diriwayatkan bahwa Auf bin Malik dan Sha'b bin Jutsamah adalah dua orang sahabat karib pada zaman Nabi SAW, keduanya lalu bernadzar, jika salah satu dari mereka telah meninggal dunia terlebih dahulu, maka salah satu darinya yang telah yang meninggal dunia terlebih dahulu harus menjumpai salah satu darinya yang masih hidup melalui perantaraan mimpi.


Selang beberapa waktu kemudian Sha'b bin Jutsamah telah meninggal dunia terlebih dahulu, dan Sha'b bin Jutsamah bersilaturahim  dengan Auf bin Malik  melalui mimpinya, Auf bin Malik  pun berjumpa dengan Sha'b di dalam mimpinya dan terjadi percakapan diantara keduanya:


Auf bin Malikpun bertanya:
"Apa yang telah kau alami di sana?".

Sha'b bin Jutsamah pun menjawabnya dan berkata:
"Alhamdulillah telah Diampuni semua dosa-dosaku" . 


Seketika itu juga Auf bin Malik melihat bercak hitam yang ada pada  leher Sha'b bin Jutsamah . Karena penasaran lalu Auf bin Malikpun bertanya lagi dan berkata:
"Apakah itu?".

Sha'b bin Jutsamah pun menjawabnya dan berkata:
"Oh, ini hanya dikarenakan hutangku pada seorang yahudi sebanyak 10 Dinar, yang belum sempat aku bayarkan, sudikah engkau untuk membayarkannya? uangnya ada disebuah kotak di dalam rumahku dan letaknya ada di sudut rumah".

Sha'b bin Jutsamah pun melanjutkan pembeicaraannya dan berkata:
"Aku beritahukan kepadamu, semua kabar keluargaku sepeninggal diriku, seluruhnya telah sampai padaku, bahkan kucing kami yang baru saja mati beberapa hari lalu".

Setelah itu Auf bin Malik terbangun dengan penuh ketakjuban, dan segera bergegas menuju ke rumah Sha'b bin Jutsamah untuk membuktikan apakah mimpi itu benar atau tidak. Sesampainya di rumah Sha'b bin Jutsamah, ternyata apa yang dikatakan Sha'b bin Jutsamah didalam mimpi Auf bin Malik adalah benar adanya. Auf bin Malik pun telah menemukan Uang 10 Dinar  di sebuah kotak yang terletak di sudut rumah, dan Auf bin Malik bersegera mengambilnya untuk membayarkan  hutang  Sha'b bin Jutsamah kepada orang Yahudi  yang dimaksud.

Sebelum membayarnya, Auf bin Malik lalu bertanya terlebih dahulu kepada orang Yahudi yang dimaksud dan berkata:
"Apakah benar bahwa Sha'b bin Jutsamah  telah memiliki hutang kepadamu sebanyak 10 Dinar dan belum sempat dibayar?".

Orang Yahudi  yang dimaksud membenarkan jika Sha'b bin Jutsamah  telah memiliki hutang padanya dan belum sempat ditunaikan. Lalu  Auf bin Malik membayarkan  hutang Sha'b bin Jutsamah kepada orang Yahudi  yang dimaksud.


Setelah itu Auf bin Malik kembali ke rumah Sha'b bin Jutsamah, dan bertanya pada Istri Sha'b bin Jutsamah:
"Apakah telah terjadi sesuatu di rumah ini?".

 Istri Sha'b bin Jutsamah  menjawabnya dan berkata:
"Tidak terjadi apa-apa, kecuali kucing yang mati beberapa hari lalu".

Drai Kisah diatas dapat diambil kesimpulan jika  orang yang telah meninggal datang menemui  orang yang dikenalnya terlebih-lebih keluarganya.

Wallahu A'lam Bishowab.

Wednesday, June 1, 2016

Pertemuan Abu Said Al-Kharraz dengan Nabi Muhamad SAW, Malaikat, Iblis Dan Anaknya.

Abu Said Al-Kharraz adalah orang yang pertama  kali berbicara tentang keadaan Fana dan Baqa dalam pengertian mistis, merangkum keseluruhan doktrinnya dalam dua istilah tersebut. Abu Said Al-Kharraz  dijuluki sebagai lidahnya Sufi. Dalam perjalanan spiritualnya Abu Said telah bertemu dengan Nabi Muhamad SAW, malaikat, Iblis, dan Anaknya didalam mimpi-mimpinya.

Abu Said bertemu dengan Nabi Muhamad SAW.
Suatu waktu saat Abu Said telah  berada di Damaskus, Abu Said bermimpi bertemu dengan Nabi SAW dan berkata:

Beliau mendakati diriku. Ketika aku tengah membaca sebuah bait syair sambil menepuk-nepuk dadaku dalam keadaan lapar.
Nabi SAWlalu bersabda:
"Keburukannya lebih besar daripada kebaikannya".


Dilain waktu Abu Said bertemu kembali dengan Nabi SAW dan berkata kepada Abu Said:
"Apakah engkau mencintaiku"?.

Dengan penuh kesadaran Abu Said lalu menjawab:
"Maafkan aku ya Rasulullah, cintaku hanya kepada Allah yang telah menyibukkanku".

Lalu Nabi SAW berkata:
"Siapa yang mencintai Allah berarti dia juga telah mencintaiku".

Abu Said Al-Kharraz.

Nama lengkap beliau  adalah Abu Said Ahmad Ibnu Isa Al-Kharraaz Al-Baghdadi yang berasal dari kota Baghdad dan pekerjaannya adalah seorang tukang sepatu. Abu Said sezaman dan bahkan sempat bertemu dengan Dzun Nun Al-Misri, serta bersahabat dengan Bisyir Al-Hafi dan Sarri As-Saqathi.

Abu Said dijuluki sebagai Lidah Sufisme karena belum ada seorangpun di komunitas sufi yang memiliki kebenaran mistis sebagaimana dirinya. 

Ada sebuah doktrin yang telah dinisbatkan kepadanya, yaitu doktrin Fana (keterputusan dari sifat-sifat manusiawi) dan Baqa (kesinambungan/keabadian dalam Tuhan). Abu Said telah  menulis sebanyak empat ratus kitab dengan tema yang terpisah dan lepas. Termasuk diantaranya alah beberapa kitab yang masih ada hingga kini. Abu Said adalah orang yang pertama kali berbicara tentang keadaan Fana dan Baqa dalam pengertian mistis, merangkum keseluruhan doktrinnya dalam dua istilah tersebut.

Tuesday, May 31, 2016

Siapakah Azar Itu?

Tulisan ini hanya ingin meluruskan  pemahaman orang-orang awam mengenai:
  • Siapakah Azar itu? 
  • Apakah benar jika Azar adalah  ayah kandung  Nabi Ibrahim AS? 
Untuk mendapatkan jawabannya mari kita cari tahu mengenai siapa sebenarnya azar itu. Azar telah dijelaskan dalam suatu riwayat bahwa Nabi Muhamad SAW bersabda:
“Pada hari Kiamat kelak, Nabi Ibrahim AS bertemu dengan ayahnya, Azar, sementara wajah Azar hitam kelam dan berdebu. Lantas Nabi Ibrahim‘alaihissalam berkata kepadanya, ‘Bukankah saya pernah melarangmu agar tidak durhaka kepadaku?’ Ayahnya menjawab, ‘Hari ini aku tidak akan durhaka kepadamu.’ Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata, ‘Ya Rabbi! Sungguh, Engkau telah berjanji kepadaku agar Engkau tidak menghinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. Lalu kehinaan apalagi yang lebih hina daripada keadaan ayahku yang dijauhkan dari rahmat-Mu?’ Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengharamkan surga bagi orang-orang kafir.’ Selanjutnya ditanyakan kepada kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ‘Wahai Ibrahim! Apa yang ada di bawah kedua kakimu?’ Beliau pun melihat di bawahnya, ternyata di situ terdapat sesosok anjing hutan yang berlumur kotoran terlihat sedang tertunduk, lalu kaki-kakinya diikat dan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari).

KisahTauladan Nabi Ibrahim AS Dan Azar.

Suatu waktu nabi Ibrahim AS membuat sebuah berhala, nabi Ibrahim AS hanya ingin membuktikan kepada Azar bahwa berhala itu tidak lebih mulia dari pada manusia. Pada saat yang sama, Azar melihat nabi Ibrahim AS sedang membuat berhala dengan giatnya. Karena Azar sangat dikenal sebagai ahli pembuat patung, maka ia heran dan takjub tatkala melihat berhala yang dibuat oleh nabi Ibrahim AS itu ternyata lebih indah dan lebih bagus dari hasil ciptaannya Azar.

Tak berlebihan jika Azar sangat  bangga dan senang dengan buah karya dari nabi Ibrahim AS itu. Dalam hatinya Azar mengira jika nabi Ibrahim telah membuat patung itu untuk dijadikan sebagai sesembahan sehingga nanti berhala itu akan ditaruh nabi Ibrahim AS di dalam kuil pemujaan.

Biodata Nabi Ibrahim AS.

Biodata Nabi Ibrahim AS.

  • Nama lengkap beliau adalah Ibrahim bin Tarakh. 
  • Dalam bahasa Arab: إبراهيم (Ibrahim), dalam bahasa Ibrani: אַבְרָהָם (Abraham).
  • Nasab beliau: Adam AS ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris AS ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh AS ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim AS. 
  • Didalam Al-Quran telah disebutkan sebanyak: 69 kali.
  • Usia: 175 tahun. 
  • Periode sejarah: 1997-1822 SM. 
  • Tempat diutus: Ur, daerah selatan Babylon (Irak). 
  • Jumlah keturunannya: 13 anak (termasuk Nabi Ismail As. dan Nabi Ishaq As.). 
  • Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel). 
  • Sebutan kaumnya: Bangsa Kaldan.