Monday, March 4, 2019

Akhlaqul Karimah Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad

Diceritakan suatu saat tatkala mendekati waktu 'Iedul Adha, berkata seorang ayah kepada seorang anaknya :
“Bawalah pisau kita ini ke tukang besi untuk di asah (Haddad) ?!

Namun, anak ini rupanya salah memahami ucapan sang ayah, Sebab tatkala mendengar "Haddad" yang ada dipikirannya hanya teringat Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad. Kemudian di bawanya pisau tadi itu ke rumah Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad.
Tatkala sampai di sana, si Anak ini bersalaman kepada Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad dan berkata :
“Ayahku mengatakan, pisau ini tolong di asahkan dan perbaikilah karena Hari 'Ied sudah dekat?!”
Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad lalu berkata:
“Baiklah”.

Sebenarnya Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad sudah faham apa maksud ayah si Anak ini menyuruh agar pergi ke Haddad, yaitu tukang besi di pasar yang memang sudah terbiasa bekerja mengasah besi. Namun demikian  Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad tidak mau mengecewakan anak tersebut.  Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad lalu berpesan:
“Taruhlah (pisaunya) di situ, besok engkau datanglah kemari lagi”.

Si Anak itu pun pergi meninggalkan kediaman Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad. Selang beberapa saat Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad memanggil seorang khaddam beliau dan berkata :
“Bawalah pisau ini ke tukang besi di pasar, tolong mintakan untuk di perbaiki dan pertajamlah, setelah itu engkau bawakan pisau ini kemari lagi”.

Akhirnya pisau itu pun di perbaiki dan di serahkan kembali kepada Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad. Kemudian, keesokan harinya datang Si Anak tersebut. Lalu Si Anak ini pun berkata :
“Berapakah ongkosnya?”.

Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad lalu berkata:
“Katakanlah pada ayahmu tidak ada ongkosnya, kalau dengan kami tidak pakai ongkos. Ambillah, pisau ini sudah siap”.

Maka Si Anak tersebut pun pulang ke rumahnya. Lalu Si Anak ini berkata kepada ayahnya :
“Haddad/tukang besi itu tidak mau di bayar?”.

Ayahnya ini kaget lalu berkata :
Hhaa.. siapa Haddad yang tidak mau di bayar? Memangnya di mana dia?”.

Kata Si Anak :
“Di Al Hawi.”
Si Ayah berkata :
“Al Hawi mana?? Apa daerah tempat tinggal Imam Haddad??. Kalau Haddad yang ayah maksud itu adalah di pasar sini dekat  dengan kita!!!". 

Mendengar hal tersebut, sebenarnya Ayahnya ini agak marah :
“Bagaimana bisa di Al Hawi???”.

Si Anak lalu berkata  :
“Al Haddad !! Yaa, Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad”.

Ayahnya langsung meresponnya dan berkata :
“Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiuun???.

Ayahnya lalu bertanya dan berkata :
 Memangnya Engkau ini pergi ke mana?".

Si Anak lalu menjawabnya dan berkata :
“Ke Haddad”.

Ayahnya lalu bertanya dan berkata :
“Lalu engkau serahkan ke siapa?”.

Si Anak lalu menjawabnya dan berkata :
“Aku serahkan sendiri”.

Ayahnya lalu bertanya dan berkata :
“Siapa yang menerimanya?”.

Si Anak lalu menjawabnya dan berkata :
“Dia sendiri yang menerimanya dan katanya kembali lagi besok hari”.

Lalu Si Ayah berkata :
“Alangkah bodohnya kamu nak !! Kau pergi ke orang yang 'Alim, yang Sholeh, lalu kau minta untuk memperbaiki pisau kepadanya???".

Akhirnya, Si Ayah anak ini pergi ke Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad untuk meminta maaf.
Kemudian Imam Haddad berkata kepada Si Ayah anak tersebut :
“Tidak apa-apa, jangan engkau masukkan ke dalam hati. Jika tahun ini kalian benar-benar berkurban, kami pun akan ikut mendapatkan pahala lantaran sebab anak ini.”

Sungguh jawaban Al-Habib sangat menyentuh, sopan, santun dan bijaksana luar biasa. abib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad  pun langsung menghilangkan rasa bersalah sang Ayah Anak tersebut kepada abib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad  disaat itu juga.

Wallahu Alam Bishowab

Hakikat dan Syariat.

Dalam suatu riwayat telah diceritakan bahwa pada suatu ketika Rasulullah berkumpul bersama para Sahabatnya RA di beranda Masjid, tidak berapa lama datanglah seseorang masuk kedalam Masjid.

Kemudian Rasulullah berkata kepada para Sahabat;
"Siapakah diantara kalian yang berani untuk membunuhnya (orang yang masuk kedalam Masjid)???".

Sayyidina Abu Bakar RA  kemudian mengacungkan  tangan seraya berkata,
"Aku bersedia Ya Rasulullah.....".


Kemudian masuklah Sayyidina Abu Bakar RA kedalam masjid dan berniat membunuhnya. Ketika Sayyidina Abu Bakar RA sudah berada dalam Masjid, Sayyidina Abu Bakar RA mendapati orang tadi sedang melaksanakan sholat. Lalu bergetarlah hati Sayyidina Abu Bakar RA. Dalam hati  Sayyidina Abu Bakar RA bergumam:
"Bagaimana mungkin aku tega untuk membunuhnya, sementara  lelaki ini sedang sholat, berarti dia adalah seorang muslim. Bukankah Rasulullah ﷺ telah melarang membunuh orang Muslim tanpa alasan yang dibenarkan".