Thursday, February 21, 2019

Wali Dzahir dan Wali Khamil.

Bab Wali ...
Imam al-Haddad berkata pula:
”Dalam setiap zaman selalu ada wali-wali dari kaum Alawiyin, ada yang dzahir (dikenal) dan ada yang khamil (tidak dikenal). Yang dikenal tidak perlu banyak, cukup hanya seorang saja dari mereka, sedangkan yang lainnya biarlah tidak dikenal. Dari satu keluarga dan dari satu negeri tidak perlu ada dua atau tiga orang wali yang dikenal. Soal al-sitru (menutup diri) berdasarkan dua hal: pertama, seorang wali menutup dirinya sendiri hingga ia sendiri tidak tahu bahwa dirinya adalah wali. Kedua, wali yang menutup dirinya dari orang lain, yakni hanya dirinya sendiri yang mengetahui bahwa dirinya wali, tetapi ia menutup (merahasiakan) hal itu kepada orang lain. Orang lain tidak mengetahui sama sekali bahwa ia adalah wali".

Nabi Khidir Menjadi Budak

Nabi Khidir AS adalah salah satu dari para nabi yang kisahnya diabadikan di dalam Al-Quran. Nabi Khidir AS adalah sosok Nabi yang misterius dan terkenal karena ilmu laduninya. Salah satu dari mukjizat beliau adalah kematiannya yang ditangguhkan oleh Allah SWT hingga hari kiamat.

Tentang mukjizat Nabi Khidir AS yang memiliki umur sangat panjang, beberapa ulama dan ahli sufi meriwayatkan sebuah kisah ketika Nabi Khidr AS berjalan di pasar dan bertemu dengan seorang budak mukatab. Budak Mukatab, atau disebut juga budak kitabah, adalah budak yang telah dijanjikan oleh tuannya untuk dimerdekakan jika bisa membayar harganya walau dengan mengangsur. Ia juga tidak dibebani pekerjaan tuannya, dan bebas berusaha untuk memperoleh uang penebusan dirinya.Melihat penampilannya yang saleh, walau tidak mengenalnya sebagai Nabi Khidir, budak itu berkata:
 “Bersedekahlah padaku, semoga Allah memberkahi engkau!!”.

Sunday, February 17, 2019

Ibnu Taimiyah (661-728H)

Sejarah Singkat Ibnu Taimiyah.

Ahmad ibn Taimiyah lahir di Harran, Syiria, di tengah keluarga berilmu yang bermadzhab Hanbali. Ayahnya adalah seorang yang berperawakan tenang. Beliau dihormati oleh para ulama’ Syam dan para pejabat pemerintah sehingga mereka mempercayakan beberapa jabatan ilmiyah kepadanya untuk membantunya. Setelah ayahnya wafat, Ibnu Taimiyah menggantikan posisinya. Orang-orang yang selama ini mempercayai ayahnya, menghadiri majelisnya guna mendorong dan memotivasinya dalam meneruskan tugas-tugas ayahnya dan memujinya. Namun pujian tersebut ternyata justru membuat Ibnu Taimiyah terlena dan tidak menyadari motif sebenarnya di balik pujian tersebut. Ibnu Taimiyah mulai menyebarkan satu demi satu bid’ah-bid’ahnya hingga para ulama’ dan pejabat yang dulu memujinya tersebut mulai menjauhinya satu persatu.

Komentar ulama’ Ahlussunnah tentang Ibnu Taimiyah
1. Al-Hafizh Ibnu Hajar (W. 852 H) menukil dalam kitab ad-Durar al-Kaminah, juz I, hlm 154-155 bahwa para ulama’ menyebut Ibnu Taimiyah dengan tiga sebutan: Mujassim, Zindiq, Munafiq.

2. Ibnu Hajar al-Haitami (W. 974 H) dalam karyanya Hasyiyah al-Idhah fi Mansik Hajj wa ‘Umrah li an-Nawawi, hlm. 214 menyatakan tentang pendapat Ibnu Taimiyah yang mengingkari kesunnahan safar (perjalanan) untuk ziarah ke makam Rasulullah: “Janganlah tertipu dengan pengingkaran Ibnu Taimiyah terhadap kesunnahan ziarah ke makam Rasulullah, karena sesungguhnya ia adalah seorang hamba yang disesatkan oleh Allah ......”

3. Pengarang kitab Kifayatul Akhyar; Syeikh Taqiyyuddin al-Hushni (W. 829 H) setelah menuturkan bahwa para ulama’ dari empat madzhab menyatakan Ibnu Taimiyah sesat, dalam karyanya Daf’u Syubah Man Syabbaha wa Tamarrada beliau menyatakan: “Maka dengan demikian, kekufuran Ibnu Taimiyah adalah hal yang disepakati oleh para ulama’.”

4. Adz-Dzahabi (mantan murid Ibnu Taimiyah) dalam risalahnya Bayan Zaghal al-Ilmi wa ath-Thalab, hlm 17 berkata tentang Ibnu Taimiyah: “Saya sudah lelah mengamati dan menimbang sepak terjangnya (Ibnu Taimiyah), hingga saya merasa bosan setelah bertahun-tahun menelitinya. Hasil yang saya peroleh, ternyata bahwa penyebab tidak sejajarnya Ibnu Taimiyah dengan ulama’ Syam dan Mesir serta ia dibenci, dihina, didustakan dan dikafirkan oleh penduduk Syam dan Mesir adalah karena dia sombong, terlena oleh diri dan hawa nafsunya (ujub), sangat haus dan gandrung untuk mengepalai dan memimpin para ulama’ dan sering melecehkan para ulama’ besar. Lihatlah para pembaca betapa berbahayanya megaku-ngaku sesuatu yang tidak dimilikinya dan betapa nestapanya akibat yang ditimbulkan dari gandrung akan popularitas dan ketenaran. Kita mohon semoga Allah mengampuni kita.” Adz-Dzahabi melanjutkan: “Sesungguhnya apa yang telah menimpa Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya hanyalah sebagian dari resiko yang harus mereka peroleh, janganlah pembaca ragukan hal ini.”

Thursday, February 14, 2019

Opu Daeng Risaju

” Jika hanya karena darah kebngsawanan yang mengalir dalam darahku lalu kalian memintaku menghentikan perjuanganku, maka irislah kulitku lalu keluarkan darah kebangsawanan itu’ supaya datu dan hadat tidak terhina kalau saya diperlakukan seperti ini”.
(Opu Daeng Risaju 1880-1964).

Opu Daeng Risaju ketika kecil dikenal dengan nama Famajjah. Beliau dilahirkan di Palopo pada tahun 1880, seorang anak dari pasangan Muhammad Abdullah To Baresseng dan Opu Daeng Mawellu. Nama Opu Daeng Risaju merupakan symbol kebangsawanan kerajaan Luwu. Opu Daeng Risaju  mendapatkan gelar ini ketika beliau sudah menikah dengan suaminya, H Muhammad Daud. 

Silsilah Raden Saleh

Siapa yang tidak kenal Raden Saleh? Seorang pelukis masyhur Indonesia keturunan Arab dan seorang seniman "modern" pertama dari Indonesia yang lukisannya beraliran romantisme yang di abad ke-19 yang pada saat itu sedang booming di Eropa. Raden Saleh adalah seorang Ahlul Bayt yang secara umum diartikan sebagai keluarga Nabi Muhammad ﷺ. Selanjutnya dipahami sebagai itrah atau keturunan Nabi Muhammad  berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan beberapa imam lainnya, bahwa Rasulullah  bersabda: 

“Aku tinggalkan kamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, maka kamu tidak akan sesat selamanya, yaitu kitab Allah (Alquran dan al-Sunnah) dan (itrah) keturunanku.”


Nama asli Raden Saleh adalah Sayyid Sholeh bin Husain bin Awud bin Yahya. Kakeknya Sayyid Awud bin Hassan bin Yahya ( dari sumber lain ada juga yang menyebutkan sebagai Sayyid Alwi bin Hassan bin Yahya), berasal dari Hadramaut yang datang ke Indonesia pada akhir abad 18.

Tuesday, February 5, 2019

Kisah: Doa 3 Orang Pemuda Yang Terperangkap Didalam Gua

Dari Abu Abdirrahman bin Abdullah bin Umar bin Khatthab ra, beliau berkata: 
Saya mendengar Rasulullah ﷺ bercerita:
“Sebelum kalian, ada 3-orang sedang dalam perjalanan, kemudian mereka menemukan sebuah gua yang dapat digunakan utk berteduh dan mrk pun masuk. Tiba-tiba saja satu batu yang sangat besar dari atas bukit jatuh dan menutupi pintu gua, mereka terperangkap dan tidak dapat keluar.

Salah seorang diantara mereka berkata:
 “Sungguh tidak ada yg dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini, kecuali kita berdoa kepada Allah ﷻ dgn menyebutkan amal2 soleh yg pernah kita perbuat...”.

Dialog Syekh Abdul Qadir Al Jailani dengan Yahudi

Suatu waktu seorang Yahudi yang datang kepada Syekh Abdul Qodir Jailani tiba-tiba saja berkata:

"Duhai Syekh, Nabi kami ; Nabi Isa lebih hebat daripada Nabinya orang Islam, yaitu Nabi Muhammad",

Lalu Syekh Abdul Qodir bertanya kepada Yahudi tersebut.
"Kenapa bisa demikian?".


Dan Orang Yahudi itu berkata lagi : 
"Iya...Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati, sedangkan Nabi kalian tidak ada Hadits yang mengatakan atau meriwayatkan pernah menghidupkan Orang mati...Jadi lebih hebat Nabi kami, Nabi Isa".