Nama lengkap beliau adalah Abu Said Ahmad Ibnu Isa Al-Kharraaz Al-Baghdadi yang berasal dari kota Baghdad dan pekerjaannya adalah seorang tukang sepatu. Abu Said sezaman dan bahkan sempat bertemu dengan Dzun Nun Al-Misri, serta bersahabat dengan Bisyir Al-Hafi dan Sarri As-Saqathi.
Abu Said dijuluki sebagai Lidah Sufisme karena belum ada seorangpun di komunitas sufi yang memiliki kebenaran mistis sebagaimana dirinya.
Ada sebuah doktrin yang telah dinisbatkan kepadanya, yaitu doktrin Fana (keterputusan dari sifat-sifat manusiawi) dan Baqa (kesinambungan/keabadian dalam Tuhan). Abu Said telah menulis sebanyak empat ratus kitab dengan tema yang terpisah dan lepas. Termasuk diantaranya alah beberapa kitab yang masih ada hingga kini. Abu Said adalah orang yang pertama kali berbicara tentang keadaan Fana dan Baqa dalam pengertian mistis, merangkum keseluruhan doktrinnya dalam dua istilah tersebut.
Sejumlah ulama fuqoha sangat menantang doktrin-doktrin dan ajarannya. Mereka bahkan telah mengutuknya dengan tuduhan melakukan penghinaan terhadap Allah dan Agama karena sejumlah ungkapan yang mereka temukan dalam karya-karyanya. Terutama setelah mereka mengkritik Kitab al-Haqaiq (kitab hakikat-hakikat)-nya, khususnya satu bagian didalamnya yang gagal mereka pahami dengan baik. Bagian itu adalah dimana Abu said mengatakan:
"Seorang hamba Allah yang telah kembali kepada Allah dan melekatkan dirinya pada Allah, ia telah sempurna melupakan dirinya dan segala sesuatu selain Allah, hingga jika engkau bertanya kepadanya, Darimana Anda, dan apa yang anda cari? ia tidak memiliki jawaban lain kecuali Allah".
Bahkan dibagian yang lain dari karya Abu Said yang mengundang pertentangan adalah ketika ia berkata:
"Jika salah seorang sufi itu ditanya, Apa yang anda inginkan? ia menjawab, Allah, Jika ia berada dalam suatu keadaan dimana seluruh bagian tubuhnya menjadi mampu berbicara, maka mereka semua akan berkata, Allah. Karena seluruh anggota tubuh dan persendiannya dinaungi cahaya Allah, hingga ia tenggelam dalam Allah. Begitu jauhnya ia mencapai kedekatan dengan Allah, hingga disana tak ada seorang pun yang mampu berkata Allah. Karena apapun yang didapat di sana, didapat dari realitas untuk realitas, dan dari Allah untuk Allah. Karena disini dalam keadaan manusia biasa, tidak ada yang dihasilkan dari Allah. Maka bagaimana mungkin seseorang mengatakan, Allah? disinilah segala akal manusia berakhir dalam kebingungan".
Suatu kali Abu Said juga pernah mengatakan:
"Setiap manusia telah diberi pilihan antara kejauhan (al-Bud) dan kedekatan (al-Qurb). Aku memilih kejauhan, karena aku tidak sanggup menanggung kedekatan. Aku diberi pilihan antara kebijaksanaan dan kenabian. Aku memilih kebijaksanaan, karena aku tidak sanggup menanggung beban kenabian".
Tidak diketahui dengan pasti kapan Abu Said wafat, namun ada sumber yang menyebutkan antara tahun 279 H / 892 M dan 286 H / 899 M.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Abu Said wafat, namun ada sumber yang menyebutkan antara tahun 279 H / 892 M dan 286 H / 899 M.
Wallahu A'lam Bishowab.
No comments:
Post a Comment