Showing posts with label Asal-muasal. Show all posts
Showing posts with label Asal-muasal. Show all posts

Saturday, March 14, 2020

Virus Corona

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang virus corona.
Virus corona itu bukan jenis penyakit.
Tapi jenis hewan kecil yang dapat membunuh manusia dalam sekejap saja.

Hewan kecil itu jenis  hewan yang suka berkelompok dan mudah berkembang biak secara cepat.

Hewan itu suka bersembunyi di balik rambut-rambut dalam hidung.
Suka memakan kotoran jenis ingus dan maupun upil dlm hidung.

Hewan ini menyerupai seperti CURUT, jenis golongan tikus.
Hidungnya panjang berwarna biru muda.
Kedua matanya sangat hitam legam.

Kedua tangannya seperti tangan belalang.
Binatang ini sehabis makan bakteri di dalam hidung suka mengeluarkan asap kotoran.
Nah kotoran itu yang sangat membahayakan pernapasan kaum manusia.

kegiatan kita  agar terhindar dari virus korona
  • Sering-seringlah membersihkan lubang hidung.
  • Kalau bisa pake air hangat di kasih garam,
Air hangat asin sebab dapat mencegah golongan binatang corona dapat berkembang biak di dalam hidung.

Semoga penjelasan  ini dapat membantu para sedulurnya semuanya.


#WallahuAlamBishowab.

Tuesday, January 21, 2020

Kisah Ulama Salaf & Kholaf Yang Menyentuh & Mencium Nisan (Makam) Orang Sholeh

Janganlah mudah memvonis orang yg berziarah kubur lalu peziarah itu mencium nisan kubur dengan tuduhan  bid’ah, syirik, khurofat, dll. Karena justru amal tsb telah banyak dilakukan dan dicontohkan oleh ulama2 salaf hingga saat ini. perhatikanlah beberapa kisah2 ulama salaf yang sebagian kecil saja di ketengahkan di sini

# Sahabat Bilal Ra Mencium Kubur Nabi Muhammad saw

Ibn ‘Asakir meriwayatkan dari Bilal Ra dengan sanad jayid bahwasanya setelah Bilal menginjak tanah Syam ; daerah Daroya, dia melihat nabi Muhammad saw dalam mimpinya dan bertanya ” sombong sekali kamu, ya bilal. Seharunya engkau berziarah dulu ketempatku , maka hati-hatilah engkau, hidupmu akan resah dan gelisah” . Lalu, dia menaiki kudanya menuju Madinah, setelah sampai dia, pergi kekuburan nabi Muhammad saw dalam keadaan menangis ; mencium kuburan Rasullah. Lalu  sayyidina Hasan dan Husein datang menyambutnya dengan pelukan dan ciuman rindu. “kami sangat rindu mendengar azanmu, yang mana sewaktu nabi Muhammad saw hidup , engkau selalu azan diatas mesjid itu ” seru Hasan dan Husein. Lalu , dia pergi ketempat tersebut, dan  mengumandangkan azan. Setelah dia berkata ” Allohu akbar ” penduduk Madinah terheran-heran. Setelah dia berkata ” asyhadu alla ilaaha illa lloh ” keheranan masyarakat semakin bertambah. Setelah dia mengucapkan “asyhadu anna Muhammadarrosuulul looh”para penduduk keluar dari rumah masing – masing. Dengan perasaan riang ,tak terasa air mata satu parsatu menetes. Sehingga ada yang berkata ” setelah Rosulullah meninggal, saya tidak pernah melihat tangisan  masyarakat sebanyak hari ini.

Kisah sahabat Bilal ini diriwayatkan—di antaranya—oleh Imam as-Samanhudi dalam Wafa’ul Wafa’ (4/1405) dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq/Sejarah Damaskus (7/137).

# Sahabat Abu Ayyub al-Anshari RA :

عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِيْ صَالِحٍ قَالَ: أَقْبَلَ مَرْوَانُ يَوْمًا فَوَجَدَ رَجُلاً وَاضِعًا وَجْهَهُ عَلىَ الْقَبْرِ فَقَالَ أَتَدْرِيْ مَا تَصْنَعُ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ فَإِذًا هُوَ أَبُوْ أَيُّوْبَ فَقَالَ نَعَمْ جِئْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَلَمْ آَتِ الْحَجَرَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ لاَ تَبْكُوْا عَلىَ الدِّيْنِ إِذَا وَلِيَهُ أَهْلُهُ وَلَكِنْ اِبْكُوْا عَلَيْهِ إِذَا وَلِيَهُ غَيْرُ أَهْلِهِ. (َروَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ وَابْنُ أَبِيْ خَيْثَمَةَ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَالذَّهَبِيُّ والسُّيُوْطِيُّ).

“Dawud bin Abi Shalih berkata: “Pada suatu hari Marwan datang, lalu menemukan seorang laki-laki menaruh wajahnya di atas makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Marwan berkata: “Tahukan kamu, apa yang kamu perbuat?” Lalu laki-laki tersebut menghadapnya, ternyata ia sahabat Abu Ayyub. Lalu ia menjawab: “Ya, aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan mendatangi batu. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan tangisi agama apabila diurus oleh ahlinya. Akan tetapi tangisilah agama apabila diurus oleh bukan ahlinya.”

Dalam hadits di atas, sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bertabaruk dengan mencium makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
.
# Sahabat Abdullah bin Umar RA meletakkan tangan kanannya ke makam Rasulullah SAW setiap datang dari perjalanan.

عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ صَلَّى سَجْدَتَيْنِ فِي الْمَسْجِدِ، ثُمَّ يَأْتِي النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَيَضَعُ يَدَهُ الْيَمِينَ عَلَى قَبْرِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَيَسْتَدْبِرُ الْقِبْلَةَ ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ. (رَوَاهُ الْقَاضِيْ فِيْ فَضْلِ الصَّلاَةِ عَلىَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ).

“Dari Nafi’, bahwa apabila Ibnu Umar datang dari suatu perjalanan, ia menunaikan shalat dua raka’at di Masjid, lalu mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu meletakkan tangan kanannya ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan membelakangi kiblat, kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kepada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma”. (Al-Qadhi Ismail al-Baghdadi, Fadhl al-Shalat ‘ala al-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, hal. 84.)

# Al-Husain bin Abdullah bin Abdullah bin al-Husain, tokoh ahlul-bait dari generasi Salaf. Al-Hafizh al-Sakhawi al-Syafi’i meriwayatkan:

قَالَ يَحْيَى بْنُ الْحَسَنِ بْنِ جَعْفَرٍ فِيْ كِتَابِهِ أَخْبَارِ الْمَدِيْنَةِ وَلَمْ أَرَ فِيْنَا رَجُلاً أَفْضَلَ مِنْهُ، كَانَ إِذَا اشْتَكَى شَيْئاً مِنْ جَسَدِهِ: كَشَفَ الْحَصَى عَنِ الْحَجَرِ الَّذِيْ كَانَ بِبَيْتِ فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءِ يُلاَصِقُ جِدَارَ الْقَبْرِ الشَّرِيْفِ، فَيَمْسَحُ بِهِ.

“Yahya bin al-Hasan bin Ja’far berkata dalam kitabnya Akhbar al-Madinah: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih utama dari al-Husain bin Abdullah di antara kami ahlul-bait. Kebiasaannya, apabila ia merasakan sakit pada sebagian tubuhnya, ia membuka kerikil dari batu yang di rumah Fathimah al-Zahra yang menempel ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia. Lalu ia mengusapkannya.” (Al-Hafizh al-Sakhawi, al-Tuhfah al-Lathifah fi Tarikh al-Madinah al-Syarifah (1/292).

# Al-Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali yang diakui oleh Salafi-Wahabi sebagai madzhab mereka dan madzhab Ibnu Taimiyah, telah berfatwa bolehnya bertabaruk dengan cara menyentuh dan mencium mimbar atau makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tujuan taqarub kepada Allah. Abdullah, putra al-Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan:

سَأَلْتُهُ عَنِ الرَّجُلِ يَمَسُّ مِنْبَرَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَيَتَبَرَّكُ بِمَسِّهِ وَيُقَبِّلُهُ وَيَفْعَلُ بِالْقَبْرِ مِثْلَ ذَلِكَ أَوْ نَحْوَ هَذَا يُرِيْدُ بِذَلِكَ التَّقَرُّبَ إِلَى اللهِ جَلَّ وَعَزَّ فَقَالَ لَا بَأْسَ بِذَلِكَ

“Aku bertanya kepada ayahku tentang laki-laki yang menyentuh mimbar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia bertabaruk dengan menyentuhnya dan menciumnya, dan ia melakukan hal yang sama ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau yang sesamanya, ia bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dengan hal tersebut. Beliau menjawab: “Tidak apa-apa”. (Abdullah bin al-Imam Ahmad, al-‘Ilal wa Ma’rifah al-Rijal (2/492).

Dalam kitab “Al-^ ilal wa Ma ^ rifatir-Rijal” 2/429: nomer 3243; cet maktab al islami:

سألته عن الرجل يمس منبر النبي صلى الله عليه وسلم ويتبرك بمسه ويقبله ويفعل بالقبر مثل ذلك أو نحو هذا يريد بذلك التقرب إلى الله عز وجل فقال لا بأس بذلك

“Saya bertanya kepadanya (Ahmad bin Hanbal) tentang orang yang menyentuh podium Nabi saw, dan mencari berkah dengan menyentuh dan menciumnya, dan melakukan hal yang sama ke kuburan beliau, atau hal seperti itu, dgn tujuan mendekatkan diri dan mencari berkah dari Allah, ia (Ahmad) mengatakan: “Tidak apa2 dengan hal itu”.

Ad dzahabi membenarkan pendapat Imam Ahmad dan menyatakan bahwa yang mengingkarinya adalah khowarij dan ahlu bidah (Siyar A’lam an-Nubala : 11/212)
AL-IMAM ABU ‘ALI AL-HASYIMI AL-HANBALI
● Al-Imam Al-Qadhi Asy-Syarif Abu ‘Ali Al-Hasyimi Al-Hanbali (wafat 428 H). 
Beliau adalah salah seorang Perawi ‘Aqidah Imam Ahmad bin Hanbal.
Beliau adalah Pengarang Kitab Al-Fawa’id Al-Muntaqat yang terkenal itu.

Berikut Riwayat yang terjadi didalam:
○ Kitab: THABAQAT AL-HANABILAH.
○ Karya: AL-QADHI IBNU ABI YA’LA AL-FARA’ AL-HANBALI.
○ Tahqiq: ABDURRAHMAN BIN SULAIMAN AL-UTSAIMIN.
○ Halaman: 341:
“Aku mendengar Rizqullah  (Abu Muhammad At-Tamimi, wafat 488 H) Berkata:
“Aku pernah Menziarahi Kubur Imam Ahmad untuk Menemani  Al-Qadhi Asy-Syarif Abu ‘Ali Al-Hasyimi.  AKU MELIHAT BELIAU MENCIUM KAKI KUBUR IMAM AHMAD, Maka aku katakan padanya:  “Apakah ada Atsar tentang ini (mencium kubur)..???”,
Maka Beliau berkata padaku:
“Imam Ahmad adalah seseorang yang Agung Bagiku,  Dan Aku Tidak Pernah Berpikir bahwa Allah Ta’ala akan Menyiksaku karena Perbuatanku ini…!!!”, atau perkataan Semacamnya.”
Beliau (Rizqullah) juga pernah berkata:
“Aku Menghadapnya (Asy-Syarif Abu Ali al-Hasyimi) ketika Beliau sedang Sakit menuju ke Wafatannya,  Maka Beliau berkata padaku:  “Dengarkanlah i’tiqad dariku . . . ”.


Wallahu Alam Bishowab.

Wednesday, December 4, 2019

Takwil Mimpi Ketemu Mantan


Label: Ilmu Hikmah

Mimpi adalah hal yang ghaib. Mimpi bisa saja memberikan kabar gembira atau peringatan untuk kita. Dalam mimpi ada sebuah pesan terdalam agar kita bisa bermawas diri dan lebih berhati-hati dalam menghadapi kehidupan didunia ini.

Para ulama sepakat jika kita boleh menceritakan mimpi dan meminta penakwilan darinya. Bahkan, menurut Markaz Al-Fatwa (4473), yang mengingkari mimpi hanyalah kaum mu'tazilah dan orang-orang atheis saja. Namun, dalam menafsirkan mimpi perlu diperhatikan rujukan yang jelas dengan sangkaan yang baik.

Kisah: Allah Telah Membayarnya Dengan Syurga


Kisah berikut ini disadur dari Kitab al-Zuhd wa al-Raqaiq dan dinukilkan oleh Abdul Wahid bin Zaid Abul Fadl Abdul Waahid Bin Zaid, seorang tokoh sufi terkemuka Bashrah pada masa Dinasti Umayyah. Kisah ini menceritakan tentang keutamaan bagi orang yang mati syahid  karena berjihad di jalan Allah SWT. Dan Allah SWT langsung membayarnya secara kontan dengan kenikmatan syurga beserta dengan isinya.

Tuesday, December 3, 2019

Kisah: Dinikahkan Dengan Tujuh Puluh Dua Wanita


Salah satu keutamaan Mati syahid adalah akan Dinikahkan Dengan Tujuh Puluh Dua Wanita dari kalangan Bidadari. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dari Miqdam bin Ma’dikarb berkata,  bahwa Rasulullah  bersabda:

 لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ : يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ

رواه الترمذي 

Artinya: "Orang syahid di sisi Allah mendapatkan enam hal, diampuni pertama kali meninggal, melihat tempat tinggalnya di surga, dilindungi dari siksa kubur, akan aman dari kegentingan besar, ditaruh di atas kepalanya mahkota kebesaran, dan perhiasanya lebih baik dari dunia seisinya. Dinikahkan dengan tujuh puluh dua istri bidadari. Dapat memberi syafaat tujuh puluh dari kerabatnya". (HR. Tirmidzi).

Kisah: Akhir Hayat Orang Fasik Mendapatkan Rahmat Allah SWT




Sebagai manusia dan siapapun kita, entah itu orang fasik (jahat) ataupun orang baik pasti menginginkan meninggal dalam keadaan yang baik (khusnul khatimah). Akan tetapi itu keinginan kita ini tergantung pada keadaan dan kondisi kita pada saat akan tutup usia. Sebagaimana Rasulullah  ﷺ bersabda :

إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ رواه البخاري وغَيْرُهُ.

“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. [HR Bukhari).


Salah satu ikhtiar agar menggapai Khusnul khotimah adalah dengan berdoa yang selalu dipanjatkan setiap waktu dan kesempatan Entah itu diwaktu suka ataupun pada saat dihimpit kesusahan. Dengan modal kekuatan doa kita akan akan selalu berharap kepada Allah SWT yang maha berkehendak.

Friday, November 29, 2019

Keutamaan Kaum Quraisy

Menurut https://id.wikipedia.org/ Suku Quraisy (bahasa Arab: قريش‎ الأمة​) adalah suku bangsa Arab keturunan Ibrahim, yang menetap di kota Mekkah dan daerah sekitarnya. Klan-klan yang menetap di tengah kota disebut 'Quraisy Lembah' (Quraisy al-Batha), sementara yang menetap di daerah sekeliling kota disebut 'Quraisy Pinggiran' (Quraisy az-Zawahir).

Penamaan Quraisy berasal dari nama lain Fihr yang merupakan leluhur Nabi Muhammad, nabi dan rasul utama agama Islam. Di mana Fihr kemudian menurunkan sampai Qushay bin Kilab. Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Muhammad bin Abdullah bin 'Abd al-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murra bin Kaa'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy (Fihr) bin Malik bin Nazar bin Kinanah bin Khuzaymah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mazar bin Nazar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim.

Thursday, November 28, 2019

Keutamaan Bangsa Arab



Di dalam kitab Nawadir al-Usul  dari Ja'far al-Shodiq bin Muhammad al-Baqir dari ayahnya ( Ali Zainal Abidin ), berkata :

Rasulullah ﷺ bersabda :

" Malaikat Jibril mendatangiku seraya berkata : 

يا محمد ان الله عز و جل بعثني فطفت شرق الأرض و غربها و سهلها و جبلها فلم أجد حيا خيرا من العرب

"Ya Muhammad, sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla mengutusku lalu aku menjelajahi bumi bagian timur dan baratnya, dataran rendah dan pegunungannya, maka aku tidak mendapati satu bangsa yang lebih baik daripada #bangsa_Arab".

ثم أمرني فطفت في العرب فلم أجد حيا خيرا من مضر

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku menjelajahi didalam #bangsa_Arab, maka aku tidak mendapati qabilah yang lebih baik daripada qabilah Mudhor".

ثم أمرني فطفت في مضر فلم أجد حيا خيرا من كنانة 

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku menjelajahi didalam qabilah Mudhor, maka aku tidak mendapati suku yang lebih baik daripada suku Kinanah".

ثم أمرني فطفت في كنانة فلم أجد حيا خيرا من بني قريش

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku menjelajahi didalam suku Kinanah, maka aku tidak mendapati ( sub ) suku yang lebih baik daripada ( sub ) suku Quraisy".

ثم أمرني فطفت في قريش فلم أجد حيا خيرا من بني هاشم 

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku mencari di Quraisy, maka aku tidak mendapati bani yang lebih baik daripada bani Hasyim".

ثم أمرني ان اختار من أنفسهم فلم أجد فيهم نفسا خيرا من نفسك

"Kemudian Allah memerintahkan aku menyeleksi diantara kalangan bani Hasyim, maka aku tidak mendapati pribadi seseorang diantara mereka yang lebih baik pribadinya daripada kamu ( yakni Rasulullah ﷺ )".

Dikutip dari kitab :

Al-Qoul al-Fashl Fima Li Bani Hasyim Wa Quraisy Wa al-Arab Min al-Fadhli Karya al-Habib Alwi bin Tahir al-Haddad Mufti Johor Hal. 69.

Wallahu Alam bishowab.

Jin Yang Bersemayam Pada Manusia

Hakikatnya jin dapat berdiam diri di sebuah tempat,  sebagaimana dalam sebuah riwayat Rasulullah  bersabda: 

"Jin itu terdiri atas tiga kelompok: satu kelompok memiliki sayap mereka terbang di udara dengannya, satu kelompok berbentuk ular dan anjing, dan satu kelompok lagi berdiam diri di tempatnya dan melakukan petualangan". (HR.Thabroni /al-Hakim/ al-Baihaqi ).

Monday, November 25, 2019

Pemakaman Auliya' Kambang Koci.



Mungkin tak banyak yang tahu kalau di Palembang ternyata ada sebuah pemakaman auliya' dari keturunan Rasulullah Saw dan penghulu para habaib yang masyarakat setempat akrab mengenalnya dengan PEMAKAMAN KAMBANG KOCI. 

Lokasi pemakaman ini bersebelahan dengan Pemakaman Kawah Tengkurep atau jaraknya sekitar 200 meter. Konon, pada tahun 1151 H/ 1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin 1 mewakafkan sebidang tanah yang cukup luas untuk pemakaman anak cucu serta menantunya. Tanah pemakaman tersebut dinamakan Kambang Koci, yang berasal dari kata kambang (kolam) dan sekoci (perahu), karena jauh sebelumnya tempat itu merupakan tempat pencucian perahu.

Dalam sejarahnya, areal pemakaman ini telah beberapa kali berusaha direbut oleh pihak-pihak yang merasa berkepentingan. Bermula pada masa pendudukan Belanda sekitar tahun 1913 M, melihat posisinya yang begitu strategis terletak di tepi Sungai Musi, di kawasan ini dibangun Pelabuhan Boom Baru, dan berselang 11 tahun kemudian, Pihak Belanda berusaha mengambil areal pemakaman ini, namun pihak ahli waris mempertahankannya sehingga sampailah pada suatu pengadilan di Batavia (sekarang Jakarta) dengan dimenangkan oleh pihak ahli waris. Demikian pula pada masa penjajahan Jepang, upaya-upaya perebutan areal pemakaman tersebut masih terjadi namun tetap tidak berhasil.

Pada 16 Nopember 1974, Pemakaman Kambang Koci ini diresmikan menjadi pemakaman anak, menantu, serta cucu-cucu Sultan Mahmud Badaruddin. Berselang setahun kemudian, terjadi persengketaan dengan pihak pelabuhan Boom Baru sehingga terjadi pembagian luas areal pemakaman ini dari 5000 meter persegi dibagi 2/3 untuk pihak pelabuhan dan 1/3 untuk ahli waris, sehingga saat ini keseluruhan luas area Kambang Koci ini tinggal 1400 meter persegi. Pada tahun 1999, upaya-upaya pihak pelabuhan terus dilakukan untuk mendapatkan sisa areal pemakaman yang ada, namun tetap tidak berhasil.

Hampir keseluruhan keturunan Alawiyyin yang tinggal di Palembang memiliki silsilah bersambung dengan para habaib yang dimakamkan di pemakaman ini, paling tidak silsilah dari sebelah ibu. 

Beberapa penghulu habaib yang dimakamkan di sini antara lain Al-‘Arif Billah Al-Habib Syech bin Ahmad bin Syahab, seorang ulama besar yang dianugerahi tanah yang luas oleh Sultan Mahmud Badaruddin I. Tanah tersebut antara lain ia wakafkan sebagai tanah pemakaman kaum alawiyyin Palembang serta tanah wakaf masjid Daarul Muttaqien. 

Juga dimakamkan di sana sosok ‘Arif Billah Al-Habib Ibrahim bin Zein bin Yahya (w.1790 M), seorang ulama besar yang menguasai Ilmu Fiqh, beliau adalah menantu Sultan Mahmud Badaruddin I yang beristerikan Raden Ayu Aisyah binti Sultan Mahmud Badaruddin I. 

Kemudian juga Al ‘Arif Billah Al-Habib Alwi bin Ahmad Al-Kaaf, seorang wali Quthb, diceritakan bahwa pernah suatu kali saat ayahnya melakukan pelayaran ke Singapura dengan sebuah kapal. Di dalam perjalanan, kapal tersebut mengalami kebocoran, ketika akan diperbaiki ternyata kapal tersebut telah ditambal dari luar dengan sebuah sandal yang menutup rapat kebocoran tersebut. Setelah sandal tersebut diambil dan dihadapkan kepada Habib Ahmad, beliau mengenali bahwa sandal tersebut adalah milik anaknya, Habib Alwi. Setibanya di Palembang, didapati Habib Alwi tengah menunggu ayahnya dengan mengenakan sebelah sandal seraya meminta sandal yang satunya lagi dari ayahnya. Tatkala Habib Alwi wafat, datanglah surat dari Kampung Al-Hajrain, Hadramaut (setelah 6 bulan perjalanan laut dari Hadramaut ke Palembang) yang isinya menanyakan siapakah waliyullah di Palembang yang wafat sehingga di Kota Tarim, Hadramaut terjadi gempa.

Di Kambang Koci juga dimakamkan Al Habib Abdullah bin Salim Al-Kaf, seorang ulama besar sekaligus pengusaha yang sukses, beliau membangun Masjid Sungai Lumpur pada tahun 1287 H yang berlokasi di 11 Ulu Palembang, dan Habib Abdullah bin Ali Al-Kaf, seorang wali mastur (tersembunyi), zurriyatnya banyak yang menjadi ulama besar yang tersebar di Tegal, Jakarta, Jeddah, dan Hadramaut, antara lain Habib Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaf (Jeddah) dan Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaf (Jakarta) dengan anak-anaknya yang menjadi muballigh.

Banyaknya para wali yang dimakamkan di Kambang Koci membuat para peziarah selalu menyempatkan diri untuk singgah di sini. Beberapa ulama besar yang pernah berziarah di sini adalah, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor (Bondowoso), Habib Muhammad bin Husin Al-Idrus (Surabaya), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang), Habib Ali bin Husin Al-Atthos (Bungur), Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul), Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf (Jeddah), Habib Umar bin Hafizh BSA, Habib Umar bin Abdurrahman Al Jufri (Madinah) dan Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri.

Suatu ketika dalam ziarahnya, Habib Sholeh Tanggul diberitahu bahwasanya pemakaman ini akan dibongkar, mendengar hal itu beliau terdiam sesaat dan berkata bahwa pembongkaran tidak akan terjadi, dikarenakan Allah SWT yang akan selalu menjaganya. 

Terbukti, tatkala ada usaha untuk memindahkan jenazah dari pemakaman ini dalam usaha mengambil alih areal pemakaman pada tanggal 19 Desember 1997, setelah peti-peti jenazah yang berjumlah 104 buah (dihitung berdasarkan jumlah nisan yang nampak) disiapkan di Kambang Koci, tersiarlah kabar mengenai jatuhnya pesawat Boeing 737-300 Silk Air dari Singapura di Muara Makati, Perairan Sungsang, Sumatera Selatan yang menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat. Yang mengherankan jumlah korban tewas yang dipastikan sebanyak peti yang disiapkan, yaitu 104 penumpang termasuk 7 awak. Mengingat keperluan yang lebih mendesak akhirnya peti-peti yang telah disiapkan tersebut tidak jadi digunakan, dan lahan pekuburan yang telah disediakan bagi jenazah Kambang Koci diisi dengan jenazah korban tewas kecelakaan pesawat tersebut.

Mengingat banyaknya waliyullah yang dimakamkan di Kambang Koci serta di beberapa pemakaman lainnya di Palembang, maka banyak pemuka habaib dari Hadramaut menyebut Kambang Koci sebagai Zanbal (pemakaman para wali di Kota Tarim, Hadramaut)-nya Palembang dan Kota Palembang sendiri sebagai Hadramaut Tsani alias Hadramaut Kedua.

Kepada para pecinta habaib, ulama dan auliya dipersilahkan ziarah ke Kambang Koci. Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada kita sebab keberkahan mereka dan mengumpulkan kita bersama mereka. Aamiin...


Sumber : Panduan Ziarah Kubro 'Auliya dan Ulama' Palembang Darussalam.

WallahuAlamBishowab

Amalan : Agar Uang Berkah

Bagaimana caranya agar menjadikan uang menjadi lebih berkah dan mampu memanggil teman-temannya sehingga rezeki kita tidak ada habisnya? Mungkin bagi kebanyakan orang itu adalah hal yang mustahal.

Tapi kita juga jangan berputus asa dari rahmat-Nya. Tidak ada salahnya kita mencoba sebuah amalan yang telah diijazahkan dari Al-Habib Novel Alaydrus (solo) yang mendapat amalan ini dari Gurunya dari gurunya mendapatkannya dari seorang Wali yang berada di alam barzakh. 

Wednesday, November 20, 2019

Shalawat Asmaul Husna: Yaa Quddus



# صلوات أسماء الحسنى الْـقُدُّوْسِ #


اَللّٰهُمَّ يَاقُدُّوْسُ صَلِّ وَسّلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِ الْـقُدُّوْسِ وَعَلٰى أٰلهِ الَّذِى قَدَّسْتَهُ عَنِ الْهَوَى بِالْوَحْيِ وَعَنِ الْـمَعْصِيَةِ بِالْعِصْمَةِ وَهَدَيْتَهُ وَهَدَيْتَ بِهِ فَكَانَ نَجْمُ هِدَايَتِكَ ﴿وَعَلٰمٰتٍۚ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَـهْتَدُوْنَ ﴾ ﴿وَالنَّجْمُ إذَا هَوٰى. مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوٰى. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إنْ هُوَ إلَّا وَحْيٌ يُوْحٰى﴾ صَلَاةً تُقَدِّسُنَا بِـهَا عَنْ كُلِّ وَصْفٍ وَفِعْلٍ وَقَوْلٍ يُحْجِبُنَا عَنْكَ حَتّٰى نَـــكُوْنُ بِكَ وَلَكَ يَارَبَّ الْعَالَـمِيْنَ.


Artinya: "Ya Allah, Dzat Yang maha Suci, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami nabi Muhammad ﷺ sebagai hamba-Nya Dzat yang Maha Suci beserta keluarganya yang telah Engkau sucikan dari segala hawa (suasana) dan suci dari kemaksiatan melalui Penjagaan (dari sifat dosa) dengan wahyu, yang telah Engkau anugerahi hidayah serta memberikan hidayah kepadanya dengan Wahyu sehingga beliau menjadi Bintangnya petujuk-Mu “Dan (Dia menciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan), dan dengan bintang-bintang itulah, mereka mendapatkan petunjuk”. “Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad), tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadamnya)” bersihkanlah (sucikanlah) kami dari sifat, perilaku, dan perkataan yang dapat menghalangi kami dari-Mu, sehingga kami menjadi orang yang selalu berada disisi-Mu, Duhai Dzat yang memelihara seluruh alam".

Tuesday, November 19, 2019

Shalawat Pembuka Asmaul Husna


-﴿صلوات أسماء الحسنى﴾-
شَرْحُ الصًّلَوَاتِ الْيُسْرِيَّةِ عَلَى خَيْرِ الْبَرِيَّةِ: لِلْفَقِــيْرِ إِلَى اللهِ / يُسْرِى رُشْدِى السَّيِّدِ جَبْرُ


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. ﴿وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِـهَا (الأعرف : 182)﴾
﴿إنَّ اللهَ وَمَلَائِكَــتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰاأَيُّــهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمً
(الأحزاب :56)﴾
Aku berlindung diri dari godaan syetan yang terkutuk. Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dan bagi Allah mempunyai Nama-Nama yang baik, maka berdoalah kepada-Nya melalui Asma'-Nya. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, wahai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat dan salam kepadanya.


اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وَبِأَسْمَآئِكَ الْحُسْنٰى كُـلِّهَا مَاعَلِمْنَا مِنْـهَا وَمَا لَمْ نَعْلَمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِالْـمُتَعَلِّقِ وَالْـمُتَخَلِّقِ وَالْـمُتَحَقِّقِ بِـهَا وَعَلَى أٰلِهِ وَارْزُقْنَا مَحَبَّةً فِيْهِ وَتَعَلُّقًا بِهِ يُوْرِثُنَا مِنْهُ وَعَلٰى يَدَيْهِ تَعَلُّقًا وَتَحَقُّقًا بِأَسْمَآئِكَ يَارَبَّ الْعَالَـمِيْنَ.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan melalui nama-nama indah-Mu apa yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui kepada junjungan kita Nabi Muhammad, yang selalu terhubung, yang diciptakan dan yang direalisasikan, dan kepada keluarganya. Serta limpahkanlah kepada kami rasa cinta kepadanya yang selalu melekat padanya, yang dapat mewarisi kita dari padanya. Dengan Amsa’-Mu duhai Tuhan semesta alam.


اَللّٰهُمَّ يَا مَنْ هُوَ اللهُ الَّذِى لَا إلٰهَ إلَّا هُوَ, صَلِّ صَلَاةً هُوِيَّةً عَلٰى مَنْ جَعَلْتَهُ هُوِيَّةَ اْلأَكْوَانِ وَسِرَّ رُوْحَانِــيَّـــتِــهَا سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ وَعَلٰى أٰلِهِ وَسَلِّمْ, وَاجْعَلْهُ هُوِيَّةً لِذَاتِى وَرُوْحًا لِرُوْحِى أَسْلَمُ بِهَا مِنْ مَوَارِدِ اْلأَشْقِيَاءِ وَأَنَالُ بِـهَا عَطَاءَ السُّعَدَآءِ.
Ya Allah, Duhai Dzat, Dia-lah Allah (sesembahan) yang tiada Tuhan selain Dia. Limpahkanlah
rahmat kepada kepada orang yang telah Engkau ciptakan yang menjadi identitas wujudnya dan rahasianya alam ruhani, junjungan kitanabi Muhammad saw, hamba-Mu, nabi-Mu, utusan-Mu dan limpahkanlah keselamatan kepada keluarhanya. Dan jadikanlah ia identitas pribadiku dan ruhnya 
.pada ruhku, hamba berserah diridari kecelakaan dan kebahagiaan melalui dirinya.


اَللّٰهُمَّ يَااللهُ صَلِّ صَلَاةً أُلُوْهِيَّةً وَسَلِّمْ سَلَامًا رُبُوْبِــيَّةً وَبَارِكْ بَرَكَةً خُصُوْصِيَّةً عَلٰى عَبْدِكَ الْهَادِىْ لِسُبُلِ الرَّشَادِكَ وَالْقَائِمُ بِشُكْرِ نَعْمَائِكَ سَيِّـدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلٰى أٰلِهِ مِثْلَ ذٰلِكَ, وَارْزُقْنَا اَللّٰهُمَّ هِدَايَةً مِنْ هِدَايَتِهِ وَسَلَامًا مِنْ رُبُوْبِـيَّــتِهِ وَبَارَكَةً مِنْ عُبُوْدِيَــتِهِ نَسْلَمُ بِـهَا مِنْ كُلِّ مَكْرُوْهٍ وَسُوْءٍ يَا رَبَّ الْعَالَـمِيْنَ.
Ya Allah, limpahkanlah rahmat, dengan rahmat yang luhur, serta limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan ketuhanan, limpahkanlah keberkahan dengan berkah yang khusus kepada hamba-Mu yang telah memberi petunjuk yang benar, seorang nabi yang berdiri tegak yang selalu bersyukur atas nikmat-nikmat-Mu, kepada junjungan kita nabi Muhammad bin Abdullah beserta keluarganya limpahan yang seperti itu pula. Dan limpahkanlah kepada kami rizki berupa hidayah dari hidayahnya dan keselamatan dari sifat ketuhanannya, serta keberkahan dari sifat penghambaannya. Kita pasrah melalui bacaan sholawat ini dari segala sesuatu yang kami benci dan yang bersifat jelek. Duhai Tuhan semesta alam. 


Wallahu Alam Bishowab.

Biodata Nabi Luth AS.

Biodata Nabi Luth AS.

Nama lengkap beliau adalah Luth bin Haran.
Dalam dalam bahasa Arab: لوط (Luth), dalam bahasa Ibrani: לוֹט (Lot).
Nasab Nabi Luth AS:  Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris AS ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh AS ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Haran ⇒ Luth AS.
Didalam Al-Quran telah disebutkan sebanyak:27 kali.
Usia: 80 tahun.
Periode sejarah: sekitar 1950-1870 SM.
Tempat diutus: Negeri Sadum, Syam, Palestina..
Jumlah keturunannya: 2 anak.
Tempat wafat: Desa Shafrah di Syam, Palestina..
Sebutan kaumnya: Bangsa Sodom.

Kisah: Budak Yang Berkuit Hitam Itu Adalah Seorang Wali.

Abdullah bin Al-Mubarak atau Ibnul Mubarak, yang diberi bergelar (bahasa Arab: كنية) Abu Abdirrahman, lahir di Marwa pada tahun 118 H. dan wafat di bulan Ramadhan, saat kembali dari medan perang pada 181 H. dalam umur 63 tahun, atau yang bertepatan dengan tahun 736 – 797 M. Ibnul Mubarak adalah seorang ahli fikih, ahli hadits, punya sikap wara’ atau hati-hati, tepercaya (bahasa Arab: ثبت) dalam bidang hadits, zuhud, suka berjihad (bahasa Arab: مجاهد), sangat alim (bahasa Arab: العلامة), pemberani, dermawan, ahli sejarah, dan lain-lain., salah seorang ulama di masa tabi’in, setelah melaksanakan ibadah haji atau umrah, Ibnul Mubarak tinggal beberapa waktu lamanya di Makkah. Ketika itu terjadi masa paceklik karena telah beberapa bulan lamanya tidak terjadi hujan. Maka orang-orang datang ke suatu lapangan luas untuk melaksanakan shalat istisqo’ (shalat meminta hujan), Ibnul Mubarak ikut serta dalam jamaah shalat tersebut.

Shalawat Asma'ul Husna

Shalawat Asma'ul Husna atau bisa disebut dengan Shalawat Yusriyah Asma'ul Husna atau Shalawat Yusriyah  Ala Khoiril Bariyah merupakan bagian atau lanjutan dari Shalawat Yusriyah yang ditulis oleh Syekh Yusri Rasyid Sayyid Jabar Al Hasani Al Asyhary sosok Imam dan juga Khatib di masjid Al Asyrof di Muqattham.

Monday, November 18, 2019

Shalawat Yusriyah



Shalawat  Yusriyah ditulis oleh Syukh Yusri Rasyid Sayyid Jabar Al Hasani Al Asyhary sosok Imam dan juga Khatib di masjid Al Asyrof di Muqattham. 

Pembacaan Shalawat Yusriyah dapat dijadikan salah satu kegiatan  sebagai wirid harian atau sebagai amalan harian Karena Shalawat Yusriyah tersebut memiliki banyak sekali hikmah atau  keutamaan yang membawa dampak positif yang dapat diambil bagi para pengamalnya.

Sunday, November 17, 2019

Istighfar Imam Ahmad bin Idris

Imam Ahmad bin Idris, pendiri thariqah Al-Idrisiyah yang merupakan cabang dari thariqah as-Syadziliyah. Nasab beliau ialah Ahmad ibn Idris ibn Muhammad ibn Ali ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Abdullah ibn Ibrahim ibn Umar ibn Ahmad ibn Abdul Jabbar ibn Muhammad ibn Yamluh ibn Masyish ibn Abu Bakar ibn Ali ibn Hurmah ibn Isa ibn Salam ibn Marwan ibn Haidarah ibn Muhammad ibn Idris al Asghar ibn Idris al Akbar ibn Abdullah al Kamil ibn al Hasan al Muthanna ibn Sayyidina Hasan ibn Sayyidina Ali dan Fatimah al Zahra binti Muhammad Rasulullah .

Dalam kitab Abwabul Faraj, Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki menyebutkan bahwa Imam Ahmad bin Idris  lafadz acapkali membaca istighfar agung, salah satu di antaranya adalah:

أَسْتَغْفِرُ الله العَظِيْم الّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّوْمُ غَفَّارُ الذُّنُوبِ ذُو الْجَــلاَلِ وَ الإِكْرَامِ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِمِنْ جَمِيْعِ المَعَاصِى كُلِّهَا وَ الذُّنُوبِ وَ الآثاَمِ وَمِنْ كُلِّ ذَنْبٍ أَذْنَبْتُهُ عَمْدًا وَخَطَأً, ظاهرا وباطنا قَوْلاً وَفِعْلاً فِى جَمِيْعِ حَرَكاَتِى وَسَكَنَاتِى وَخَطَرَاتِى وَأَنْفَاسِيى كُلِّهَا دَاِئمًا أَبَدًا سَرْمَدًا مِنَ الذَّنْبِ الَّذِىأَعْلَمُ مِنَ الذَّنْبِ الَّذِى لاَ أَعْلَم عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ الْعِلْمُ وَأَحْصَاهُ الكِتَابُ وَخَطَّهُ الْقَلَمُ وَعَدَدَ مَا أَوْجَدَتْهُ الُقْدرًةُ وَخَصَّصَتْهُ الإرَادَةُ وَمِدَادَ كَلِمَاتِ اللهِ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِ رَبِّنَا وَجَمَالِهِ وَكَمَالِهِ وَ كَمَا يُحِبُّ رَبّـُنَا وَيَرْضَى.

Wednesday, November 13, 2019

Kisah: Syekh Ahmad Ar Rifai & Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Disadur dari Kitab Al-Fawaid al-Mukhtarah (Yaman: Dar al-Ilmi wa ad-Da`wah, 2018) karya Habib Ali Hasan Baharun. Dalam kitab tersebut berisi tentang wejangan-wejangan dari para ulama, wali, habaib, dan termasuk kisah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam perjalanannya memperoleh gelar sulthanul auliya (raja dari seluruh para wali).

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mendapatkan maqam tertinggi dari Allah SWT berkat sikap rendah dirinya kepada seorang wali dan beliau diangkat menjadi raja dari seluruh para wali di muka bumi. Pada saat mengajar murid-muridnya, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pun berkata seperti apa yang dikatakan wali Al-Ghouts:
“Kakiku ini berada di atas lehernya seluruh para wali Allah”.

 Dan perkataannya didengar oleh seluruh wali di penjuru dunia, lalu mereka berikrar:
 “Sami`na wa atha`na”.

Shalawat Imam Ahmad bin Idris


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِنُورِ وَجْهِ الله الْعَظِيمِ الَّذِي مَلأَ أَرْكَانَ عَرْشِ الله الْعَظِيمِ وَقَامَتْ بِهِ عَوَالِمُ الله الْعَظِيمِ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ ذِي الْقَدْرِ الْعَظِيمِ وَعَلَى آلِ نَبِيِّ الله الْعَظِيمِ بِقَدْرِ ذَاتِ الله الْعَظِيمِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَد مَا فِي عِلْمِ الله الْعَظِيمِ صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِ الله الْعَظِيمِ تَعْظِيماً لِحَقِّكَ يَا مَوْلاَنَا يَا مُحَمَّدُ يَا ذَا الْخُلُقِ الْعَظِيمِ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَاجْمَعْ بَيْنِي وَبَيْنَهُ كَمَا جَمَعْتَ بَيْنَ الرُّوحِ وَالنَّفْسِ ظَاهِراً وَبَاطِناً يَقَظَةً وَمَنَاماً وَاجْعَلْهُ يَا رَبِّ رُوحاً لِذَاتِي مِنْ جَمِيعِ الْوُجُوهِ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ الآخِرَةِ يَا عَظِيمُ


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى طَامَّةِ الْحَقَائِقِ الْكُبْرَى. سِرِّ الْخَلْوَةِ الإِلَهِيَّةِ لَيْلَةَ الإِسْرَاء. تَاجِ الْمَمْلَكَةِ الإِلَهِيَّةِ. يَنْبُوعِ الْحَقَائقِ الْوُجُودِيَّةِ. بَصَرِ الْوُجُودِ. وَسِرِّ بَصِيرَةِ الشُّهُودِ. حَقِّ الْحَقِيقَةِ الْعَيْنِيَّةِ. وَهُوِيَّةِ الْمَشَاهِدِ الْغَيْبِيَّةِ. تَفْصِيلِ الإِجْمَالِ الْكُلِّيِّ. الآيَةِ الْكُبْرَى فِي التَّجَلِّي وَالتَّدَلِّي. نَفَسِ الأَنْفَاسِ الرُّوحِيَّةِ. كُلِّيَّةِ الأَجْسَامِ الصُّورِيَّةِ. عَرْشِ الْعُرُوشِ الذَّاتِيَّةِ. صُورَةِ الْكَمَالاَتِ الرَّحْمَانِيَّةِ. لَوْحِ مَحْفُوظِ عِلْمِكَ الْمَخْزُونِ. وَسِرِّ كِتَابِكَ الْمَكْنُونِ. الَّذِي لاَ يَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ. يَا فَاتِحَةَ الْمَوْجُودَاتِ. يَا جَامِعَ بَحْرَيِ الْحَقَائِقِ الأَزَلِيَّاتِ وَالأَبَدِيَّاتِ. يَا عَيْنَ جَمَالِ الاِخْتِرَاعَاتِ وَالاِنْفِعَالاَتِ. يَا نُقْطَةَ مَرْكَزِ جَمِيعِ التَّجَلِّيَاتِ. يَا عَيْنَ حَيَاةِ الْحُسْنِ الَّذِي طَارَتْ مِنْهُ رَشَاشَاتٌ. فَاقْتَسَمَتْهَا بِحُكْمِ الْمَشِيئَةِ الإِلَهِيَّةِ جَمِيعُ الْمُبْدِعَاتِ. يَا مَعْنَى كِتَابِ الْحُسْنِ الْمُطْلَقِ الَّذِي اعْتَكَفَتْ فِي حَضْرَتِهِ جَمِيعُ الْمَحَاسِنِ لِتَقْرَأَ حُرُوفَ حُسْنِهِ الْمُقَيَّدَاتِ. يَا مَنْ أَرْخَتْ حَقَائِقُ الْكَمَالِ كُلُّهَا بُرْقُعَ الْحِجَابِ دُونَ الْخَلْقِ وَأَجْمَعَتْ أَنْ لاَ تَنْظُرَ لِغَيْرِهِ إِلاَّ بِهِ مِنْ جَمِيعِ الْمُكَوَّنَاتِ. يَا مَصَبَّ يَنَابِيعِ ثَجَّاجِ الأَنْوَارِ السُّبْحَانِيَّاتِ الشَّعْشَعَانِيَّاتِ. يَا مَنْ تَعَشَّقَتْ بِكَمَالِهِ جَمِيعُ الْمَحَاسِنِ الإِلَهِيَّاتِ. يَا يَاقُوتَةَ الأَزَلِ يَا مَغْنَاطِيسَ الْكَمَالاَتِ. قَدْ أَيِسَتِ الْعُقُولُ وَالْفُهُومُ وَالأَلْسُنُ وَجَمِيعُ الإِدْرَاكَاتِ. أَنْ تَقْرَأَ رُقُومَ مَسْطُورِ كُنْهِيَّاتِكَ الْمُحَمَّدِيَّةِ أَوْ تَصِلَ إِلَى حَقِيقَةِ مَكْنُونَاتِ عُلُومِكَ اللَّدُنِّيَّاتِ. وَكَيْفَ لاَ يَا رَسُولَ الله وَمِنَ لَوْحِ مَحْفُوظِ كُنْهِكَ قَرَأَ الْمُقَرَّبُونَ كُلُّهُمْ حَقِيقَةَ التَّجَلِّيَاتِ. صَلَّى الله وَسَلَّمَ عَلَيْكَ يَا زَيْنَ الْبَرَايَا يَا مَنْ لَوْلاَ هُوَ لَمْ تَظْهَرْ لِلْعَالَمِ عَيْنٌ مِنَ الْخَفِيَّاتِ


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ نُورِكَ اللاَّمِعِ. وَمَظْهَرِ سِرِّكَ الْهَامِعِ. الَّذِي طَرَّزْتَ بِجَمَالِهِ الأَكْوَانَ. وَزَيَّنْتَ بِبَهْجَةِ جَلاَلِهِ الأَوَانَ. الَّذِي فَتَحْتَ ظُهُورَ عَالَمِ مِنْ نُورِ حَقِيقَتِهِ. وَخَتَمْتَ كَمَالَهُ بِأَسْرَارِ نُبُوَّتِهِ. فَظَهَرَتْ صُوَرُ الْحُسْنِِ مِنْ فَيْضِهِ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. وَلَوْلاَ هُوَ مَا ظَهَرَتْ لِصُورَةٍ عَيْنٌ مِنَ الْعَدَمِ الرَّمِيمِ. الَّذِي مَا اسْتَغَاثَكَ بِهِ جَائِعٌ إِلاَّ شَبِعَ وَلاَ ظَمْآنٌ إِلاَّ رَوِيَ وَلاَ خَائِفٌ إِلاَّ أَمِنَ وَلاَ لَهْفَانٌ إِلاَّ أُغِيثَ وَإِنِّي لَهْفَانٌ مُسْتَغِيثُكَ أَسْتَمْطِرُ رَحْمَتَكَ الْوَاسِعَةَ مِنْ خَزَائِنِ جُودِكَ فَأَغِثْنِي يَا رَحْمَنُ يَا مَنْ إِذَا نَظَرَ بِعَيْنِ حِلْمِهِ وَعَفْوِهِ لَمْ يَظْهَرْ فِي جَنْبِ كِبْرِيَاءِ حِلْمِهِ وَعَظَمَةِ عَفْوِهِ ذَنْبٌ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ وَتَجَاوَزْ عَنِّي يَا كَرِيمُ


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَيْنِ بَحْرِ الْحَقَائِقِ الْوُجُودِيَّةِ الْمُطْلَقَةِ اللاَّهُوتِيَّةِ. وَمَنْبَعِ الرَّقَائِقِ اللَّطِيفَةِ الْمُقَيَّدَةِ النَّاسُوتِيَّةِ. صُورَةِ الْجَمَالِ. وَمَطْلَعِ الْجَلاَلِ. مَجْلَى الأُلُوهِيَّةِ. وَسِرِّ إِطْلاَقِ الأَحَدِيَّةِ. عَرْشِ اسْتِوَاءِ الذَّاتِ. وَجْهِ مَحَاسِنِ الصِّفَاتِ. مُزِيلِ بُرْقُعِ حِجَابِ ظُلُمَاتِ اللَّبْسِ بِطَلْعَةِ شَمْسِ حَقَائِقِ كُنْهِ ذَاتِهِ الأَنْفَسِ. عَنْ وَجْهِ تَجَلِّيَاتِ الْكَمَالِ الإِلَهِيِّ الأَقْدَسِ. كِتَابِ مَسطُورِ جَمْعِ أَحَدِيَّةِ الذَّاتِ الْحَقّ. فِي رَقِّ مَنْشُورِ تَجَلِّيَاتِ الشُّؤُونِ الإِلَهِيَّةِ الْمُسَمَّى كَثْرَةُ صُوَرِهَا بِالْخَلْقِ. جَانِبِ طُورِ الْحَقَائِقِ الرُّوحِيَّةِ الأَيْمَنِ الْمُكَلَّمِ مِنْهُ مُوسَى النَّفْسِ. بِأَنَا الله لاَ إِلَهِ إِلاَّ أَنَا فِي حَضْرَةِ الْقُدْس. يَا كَامِلَ الذَّاتِ يَا جَمِيلَ الصِّفَاتِ يَا مُنْتَهَى الْغَايَاتِ يَا نُورَ الْحَقِّ يَا سِرَاجَ الْعَوَالِمِ يَا مُحَمَّدُ يَا أَحْمَدُ يَا أَبَا الْقَاسِمِ جَلَّ كَمَالُكَ أَنْ يُعَبِّرَ عَنْهُ لِسَانٌ وَعَزَّ جَمَالُكَ أَنْ يَكُونَ مُدْرَكاً لإِنْسَانٍ. وَتَعَاظَمَ جَلاَلُكَ أَنْ يَخْطُرَ فِي جَنَانٍ. صَلَّى الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَيْكَ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ الله يَا مَجْلَى الْكَمَالاَتِ الإِلَهِيَّةِ الأَعْظَمِ


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سُلْطَانِ حَضَرَاتِ الذَّاتِ. مَالِكِ أَزِمَّةِ تَجَلِّيَاتِ الصِّفَاتِ. قُطْبِ رَحَى عَوَالِمِ الأُلُوِهِيَّةِ. كَثِيبِ الرُّؤْيَةِ يَوْمَ الزَّوْرِ الأَعْظَمِ فِي مَشَاهِدِكَ الْجِنَانِيَّةِ. جِبَالِ مَوْجِ بِحَارِ أَحَدِيَّةِ الذَّاتِ. طِلَّسْمِ كُنُوزِ الْمَعَارِفِ الإِلَهِيَّاتِ. سِدْرَةِ مُنْتَهَى الإِحَاطِيَّاتِ الْخَلْقِيَّاتِ الصِّفَاتِيَّاتِ. بَيْتِ مَعْمُورِ التجليات الْكُنْهِيَّاتِ الْذَّاتِيَّاتِ. سَقْفِ مَرْفُوعِ الْكَمَالاَتِ الأَسْمَائِيَّةِ بَحْرِ مَسْجُورِ الْعُلُومِ اللَّدُنِّيَّاتِ. حَوْضِ الأُلُوهِيَّةِ الأَعْظَمِ الْمُمِدِّ لِبِحَارِ أَمْوَاجِ صُوَرِ الْكَوْنِ الظَّاهِرَةِ مِنْ فُيُوضِ حَقَائِقِ أَنْفَاسِهِ قَلَمِ الْقُدْرَةِ الإِلَهِيَّةِ الْعُظْمَوِيَّةِ الْكَاتِبِ فِي لَوْحِ نَفْسِهِ مَا كَانَ وَمَا يَكُونُ مِنْ مَحَاسِنِ مُبْدَعَاتِ الْعَالَمِ وَتَقَلُّبَاتِهِ وَجَمَالِ كُلِّ صُورَةٍ إِلَهِيَّةِ وَسِرِّ حَقِيقَتِهَا غَيْباً وَشَهَادَةً. وَجَلاَلِ كُلِّ مَعْنًى كَمَالِيِّ بَدْأً وَإِعَادَةً. لِسَانِ الْعِلْمِ الإِلَهِيِّ الْمُطْلَقِ التَّالِي لِقُرْآنِ حَقَائِقِ حُسْنِ ذَاتِهِ. مِنْ كِتَابِ مَكْنُونِ غَيْبِ كُنْهِ صِفَاتِهِ. جَمْعِ الْجَمْعِ وَفَرْقِ الْفَرْقِ مِنْ حَيْثُ لاَ جَمْعَ وَلاَ فَرْقَ لاَ لِسَانَ لِمَخْلُوقٍ يَبْلُغُ الثَّنَاءَ عَلَيْكَ صَلَّى الله وَسَلَّمَ يَا سَيِّدَنَا يَا مَوْلاَنَا يَا مُحَمَّدٍ عَلَيْكَ


اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ عَدَدَ الأَعْدَاءِ كُلِّهَا مِنْ حَيْثُ انْتِهَاؤُهَا فِي عِلْمِكَ وَمِنْ حَيْثُ لاَ أَعْدَادَ مِنْا حَيْثُ إِحَاطَتُكَ بِمَا تَعْلَمُ لِنَفْسِكَ مِنْ غَيْرِ انْتِهَاءٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ