Sunday, August 21, 2016

Tangga Dalam Perspektif Jawa

Dalam perspektif  Jawa, Tangga merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam konsep sebuah rumah yang memiliki lantai lebih dari 1 lantai. Sebagian orang ada yang percaya, jika jumlah anak tangga memilki dampak yang sangat signifikan dalam kehidupan entah itu akan membawa peruntungan ataupun  nasib sial. Tangga juga memiliki fungsi yang sama dengan pintu, yakni sebagai sarana untuk keluar-masuk. Dan dikarenakan memiliki fungsi yang sama, maka disetiap anak tangga pun akan menimbulkan energi tertentu. Jika pintu masuk dianggap sebagai tempat masuknya energi ke dalam suatu rumah maka jumlah anak tangga rumah menuju ke lantai selanjutnya akan menentukan energi yang timbul dilantai tersebut. 


Karena pada hakekatnya anak tangga juga memiliki pemahaman yang unik. Menurut perspektif Jawa, tangga adalah sarana penghubung suatu energi antara lantai bawah dengan lantai selanjutnya.



Jika energi yang yang ada pada anak tangga itu adalah energi yang negatif, maka energi di lantai selanjutnyapun akan memilki energi yang negatif pula. Jika energi yang yang ada pada anak tangga itu adalah energi yang positif maka energi di lantai selanjutnyapun akan memiliki energi yang positif pula.

Dalam hal perhitungan jumlah anak tangga menurut perspektif Jawa, terdapat satu konsep yang mirip dengan konsep feng shui China. Yaitu perhitungan jumlah anak tangga dengan menggunakan cara konsep empat. 

  • Konsep Empat Feng Shui.
Maka Konsep Empat dalam feng shui ini akan menggunakan hitungan:
Anak tangga 1 (Pertama) = Sen(Lahir).
Anak tangga 2 (Kedua) = Huok(Hidup).
Anak tangga 3 (Ketiga) = Bing(Sakit).
Anak tangga 4 (keempat) = Sek(Mati).

Maka dengan demikian maka nilai yang paling baik itu seharusnya berada pada hitungan anak tangga ke-1 dan ke-2. Dengan ketentuan jumlah anak tangga keseluruhan itu dibagi 4 dan hasil sisanya harus berjumlah  1 atau 2 anak tangga, dengan ketentuan lantai paling bawah sebagai dasarnya maka memiliki nilai 0  (Nol) dan lantai selanjutnya harus tetap dihitung. 
  • Konsep Empat Jawa.
Maka Konsep Empat dalam perspektif Jawa adalah konsep yang menggunakan atau dapat dikatakan diambil dari konsep sedulur papat limo pancer. Dalam artian sedulur papatnya itu adalah hasil sisa anak tangga dari jumlah anak tangga yang telah dibagi 4. Dan pancernya adalah penghuni lantai tersebut. Dan hitungannya dalah:
Anak tangga 1 (Pertama) =Ketek(Kera).
Anak tangga 2 (Kedua) = Menek(Naik).
Anak tangga 3 (Ketiga) = Tibo(Jatuh).
Anak tangga 4 (keempat) = Loro(Sakit).

Artinya adalah:
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 1 hasilnya adalah Ketek itu berarti penghuni lantai tersebut akan memiliki prilaku seperti kera atupun binatang.
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 2 hasilnya adalah Menek itu berarti penghuni lantai tersebut akan memiliki kehidupan yang terus naik atau selalu berada diatas. Apa saja yang telah diusahakan dalam kehidupannya akan selalu meraih kesuksesan.
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 3 hasilnya adalah Tibo itu berarti penghuni lantai tersebut akan memiliki kehidupan yang selalu dibawah atau hidupnya akan selalu jatuh. pa saja yang telah diusahakan dalam kehidupannya akan selalu menemui kegagalan.
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 4 hasilnya adalah Loro itu berarti penghuni lantai tersebut akan akan selalu sakit-sakitan dalam kehidupannya.
Dengan demikian maka nilai yang paling baik itu seharusnya berada pada hitungan ke-2. Dengan ketentuan jumlah anak tangga anak tangga keseluruhan itu dibagi 4 dan hasil sisanya harus berjumlah 2 anak tangga, dengan ketentuan lantai paling bawah sebagai dasarnya maka memiliki nilai 0 (Nol) dan lantai selanjutnya harus tetap dihitung. 

Wallahu A'lam Bishowab.

No comments: