Monday, October 31, 2016

7 Keutamaan Mencintai Rasulullah ﷺ Beserta Keluarganya.


Disadur dari Kitab Al Ghurar karangan Al Imam Al Habib Muhammad Bin Ali Bin Alawi Khird Ba'alawi dalam kitabnya bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :


حبي وحب أهل بيتي نافع في سبعة ﻣﻮﺍﻃﻦ أهوالهن عظيمة
عند الوفاة 
وعند القبر 
وعند ﺍﻟﻨﺸﺮ 
وعند ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
وعند الحساب 
وعند الميزان
وعند ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ


Mencintaiku dan mencintai keluargaku bermanfaat di tujuh tempat-tempat mulia : 

1. Ketika wafat. 

2. Ketika di kubur. 
3. Ketika di bangkitkan. 
4. Ketika pencatatan. 
5. Ketika penghisaban. 
6. Ketika di timbangan Mizan. 
7. Ketika di jembatan Shirath.


Di riwayatkan oleh Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib bahwa  Rasulullah ﷺ. bersabda :
لكل شيء أساس ، وأساس الإسلام حب أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وحب أهل بيته

"Setiap sesuatu memiliki azas dan azas islam adalah mencintai sahabat dan keluarga  Rasulullah ﷺ".

Di riwayatkan oleh Al Imam Ath Thabrani dari Sayyidina Ali kwj. bahwa  Rasulullah ﷺ bersabda:
أول من يرد الحوض أهل بيتي ومن أحبني من أمتي
"Pertama yang sampai di telaga haudh adalah keluargaku dan mereka yang mencitaiku dari golongan umatku".


لايبغضنا ولايحسدنا أحد إلا ذيد عن الحوض يوم القيامة بسياط من النار
"Tidaklah yang membenci kami (Rasulullah ﷺ beserta keluarganya) dan tidak pula menghasud kami kecuali dia terusir dari telaga haudh pada hari kiamat".

Di riwayatkan dalam kitab Al Ghurar :
من مات على بغض آل محمد جاء يوم القيامة مكتوبا بين عينيه آيس من رحمة الله
"Siapa saja yang mati dalam keadaan yang benci kepada keluarga Rasulullah ﷺ, dia akan datang pada hari kiamat, tertulis diantara kedua matanya orang yang tidak mendapat rahmat Allah سبحانه و تعالى ". 


حرمت الجنة على من ظلم أهل بيتي أو قتلهم أو أعان عليهم أو سبهم
"Diharamkan syurga atas siapa yang mengdzolimi keluargaku".

Wallahu A'lam Bishowab.

Jassasah Binatang Bumi

Siapakah  Jassasah itu? Jassasah adalah seekor binatang yang akan keluar dari bumi yang besar, berbulu panjang, berbulu roma pendek dan halus dan mempunyai beberapa kaki. 


Allah سبحانه و تعالى berfirman:
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami akan mengeluarkan seekor binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia sudah tidak yakin kepada ayat-ayat kami.”(QS:An Naml: [82]).

Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya tanda-tanda kiamat pertama yang akan terjadi adalah terbitnya matahari dari tempat terbenamnya dan keluarnya seekor binatang kepada manusia pada waktu Dhuha, yang manapun diantara dua hal ini akan duluan terjadi, maka yang keduanya akan terjadi dalam waktu yang dekat.” (Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Ibn Majah dari ‘Abdullah bin ‘Umar).


Rasulullah ﷺ bersabda:

Binatang bumi itu akan keluar dengan membawa Tongkat Musa dan Cincin Sulaiman, maka ia akan mencap hidung orang kafir dengan tongkat dan akan membuat terang wajah orang Mu’min degan cincin, sehingga degan demikian apabila telah berkumpul beberapa orang-orang yang makan di suatu meja hidangan, maka salah seorang dari mereka akan berkata: “Makanlah ini wahai orang Mu’min” dan “makanlah ini wahai orang kafir” .(Riwayat Abu Dawud Ath Thayalisi, Ahmad dan Ibn Majah, semua riwayat tersebut berasal dari Hammad bin Salamah dari Abi Hurairah).

Dari Fathimah bintu Qois رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه ia berkata,


صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنْتُ فِي صَفِّ النِّسَاءِ الَّتِي تَلِي ظُهُورَ الْقَوْمِ فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ جَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَضْحَكُ فَقَالَ لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلَّاهُ ثُمَّ قَالَ أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ إِنِّي وَاللَّهِ مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلَا لِرَهْبَةٍ وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ لِأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلًا نَصْرَانِيًّا فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلَاثِينَ رَجُلًا مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ فَلَعِبَ بِهِمْ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبْ السَّفِينَةِ فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقَالُوا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قَالُوا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ أَيُّهَا الْقَوْمُ انْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ قَالَ لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلًا فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً قَالَ فَانْطَلَقْنَا سِرَاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ قُلْنَا وَيْلَكَ مَا أَنْتَ قَالَ قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ قَالُوا نَحْنُ أُنَاسٌ مِنْ الْعَرَبِ رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقُلْنَا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قُلْنَا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ اعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً فَقَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا هَلْ يُثْمِرُ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لَا تُثْمِرَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِيهَا مَاءٌ قَالُوا هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ قَالَ أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ قَالُوا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ الْأُمِّيِّينَ مَا فَعَلَ قَالُوا قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ قَالَ أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ فَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنْ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ قَالَ لَهُمْ قَدْ كَانَ ذَلِكَ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي الْأَرْضِ فَلَا أَدَعَ قَرْيَةً إِلَّا هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَائِكَةً يَحْرُسُونَهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَطَعَنَ بِمِخْصَرَتِهِ فِي الْمِنْبَرِ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ يَعْنِي الْمَدِينَةَ أَلَا هَلْ كُنْتُ حَدَّثْتُكُمْ ذَلِكَ فَقَالَ النَّاسُ نَعَمْ

“Aku pernah sholat bersama Rasulullah ﷺ . Aku berada di shaff wanita yang berada dekat dengan punggung kaum lelaki. Tatkala Rasulullah ﷺ telah menyelesaikan sholatnya, maka Rasulullah ﷺ  duduk di atas mimbar sambil tertawa. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
 “Hendaknya setiap orang melazimi tempatnya”, 
lalu Rasulullah ﷺ bersabda lagi:
 “Tahukah kalian kenapa aku kumpulkan kalian?”



“Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, kata mereka.



Rasulullah ﷺ bersabda: 
“Demi Allah, sesungguhnya aku tidaklah mengumpulkan kalian karena keinginan (dalam membagi ghonimah) dan tidak pula karena takut (terhadap musuh). Akan tetapi aku kumpulkan kalian, karena Tamim Ad-Dariy dahulu seorang yang beragama Nasrani. Kemudian ia datang berbai’at dan masuk Islam. Dia telah menceritakan kepadaku sebuah kisah yang sesuai dengan kisah yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Dia telah menceritakan kepadaku bahwa telah berlayar dalam sebuah perahu besar bersama 30 orang lelaki dari Suku Lakhm dan Judzam. Mereka dipermainkan oleh ombak selama sebulan di lautan. Kemudian mereka berlabuh pada sebuah pulau di tengah lautan ketika terbenamnya matahari. Mereka pun duduk di perahu kecil, lalu memasuki pulau itu".



Mereka dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. Mereka berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Mereka bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Duhai kalian semua, pergilah kalian kepada laki-laki ini di dalam istana itu. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”.



Dia (Tamim) lalu berkata:
 “Tatkala ia (si binatang) menyebutkan seorang lelaki kepada kami, maka kami khawatir jangan-jangan binatang itu adalah setan perempuan”. 
Tamim berkata:
“Kami pun pergi dengan cepat sampai kami memasuki istana tersebut. Tiba-tiba di dalamnya terdapat orang yang paling besar kami lihat dan paling kuat ikatannya dalam keadaan kedua tangannya terbelenggu ke lehernya antara kedua lututnya sampai kedua mata kakinya dengan besi”. 
Kami katakan:
“Celaka anda, siapakah anda?” Dia (Dajjal) menjawab, “Sungguh kalian telah tahu beritaku. Kabarkanlah kepadaku siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang Arab. Kami telah berlayar dalam sebuah perahu besar. Kami pun mengarungi lautan saat berombak besar. Akhirnya, ombak mempermainkan kami selama sebulan. Kemudian kami berlabuh di pulau anda ini. Kami pun duduk-duduk di perahu kecil, lalu masuk pulau. Tiba-tiba kami dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. kami berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Kami bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”. Lalu kami menghadap kepadamu dengan cepat, kami takut kepadanya dan tak merasa aman jika ia adalah setan perempuan”. Dia (Dajjal) berkata, “Kabarilah aku tentang pohon-pohon korma Baisan (nama tempat di Yordania, –pent.)!!”. Kami bertanya, “Engkau tanya tentang apanya?”. Dajjal berkata, “Aku tanyakan kepada kalian tentang pohon-pohon kurmanya, apakah masih berbuah?”. Kami jawab, “Ya”. Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hampir-hampir ia tak akan berbuah lagi”. Dajjal berkata, “Kabarilah aku tentang Danau Thobariyyah!!”. Kami katakan, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalamnya masih ada air?” Mereka menjawab, “Danau itu masih banyak airnya”. Dajjal berkata, “Ingatlah, sesungguhnya airnya hampir-hampir akan habis”. Dajjal bertanya lagi, “Kabarilah aku tentang mata air Zughor!!” Mereka bertanya, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalam mata air itu masih ada air? Apakah penduduknya masih menanam dengan memakai air dari mata air itu?” Kami jawab, “Ya, mata air itu masih banyak airnya dan penduduknya masih bercocok tanam dari airnya”. Dajjal berkata lagi, “Kabarilah aku tentang Nabinya orang-orang Ummi (ummi : buta huruf, yakni orang-orang Quraisy), apa yang ia lakukan? Mereka berkata, “Dia telah keluar dari Kota Makah dan bertempat tinggal di Yatsrib (Madinah)”. Dajjal bertanya, “Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?” Kami katakan, “Ya”. Dajjal bertanya, “Apa yang ia lakukan pada mereka?” Lalu mereka kabari Dajjal bahwa sungguh ia (Nabi itu, yakni Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-) telah berkuasa atas orang-orang yang ada di sekitarnya dari kalangan Arab dan mereka menaatinya”. Dajjal berkata kepada mereka, “Apakah hal itu sudah terjadi?” Kami jawab, “Ya”.



Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hal itu lebih baik bagi mereka untuk menaatinya. Sekarang aku kabari kalian bahwa aku adalah Al-Masih (yakni, Al-Masih Ad-Dajjal). Sungguh aku hampir diberi izin untuk keluar. Aku akan keluar, lalu berjalan di bumi. Aku tak akan membiarkan suatu negeri, kecuali aku injak dalam waktu 40 malam, selain Makkah dan Thoibah (nama lain bagi kotaMadinah, –pent.). Kedua kota ini diharamkan bagiku.



Setiap kali aku hendak memasuki salah satunya diantaranya, maka aku dihadang oleh seorang malaikat, di tangannya terdapat pedang terhunus yang akan menghalangiku darinya. Sesungguhnya pada setiap jalan-jalan masuk padanya ada malaikat-malaikat yang menjaganya”



Dia (Fathimah bintu Qois) berkata, “ Rasulullah ﷺ - bersabda seraya menusuk-nusukkan tongkatnya pada mimbar, “Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, yakni kota Madinah. Ingatlah, apakah aku telah menceritakan hal itu kepada kalian?”



Orang-orang pun berkata, “Ya”.



[HR. Muslim dalam Kitab Asyroot As-Saa'ah, bab : Qishshoh Al-Jassasah (no. 2942), Abu Dawud dalam Kitab Al-Malaahim(4326), At-Tirmidziy dalam Kitab Al-Fitan (2253) dan Ibnu MajahKitab Al-Fitan (4074)].

Wallahu A'lam Bishowab.

Sunday, October 30, 2016

The Well of Utsman

Dahulu kala, di kota Madinah, tidak terlalu jauh dari masjid Nabawi, terdapat sebidang tanah dengan sebuah sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Penduduk kota Madinah menyebutnya dengan nama Sumur  Ruma (The Well of Ruma), sebutan ini timbul karena Sumur  tersebut dimiliki seorang Yahudi yang bernama Ruma.

Ruma sebagai pemilik sumur menjual air kepada penduduk Madinah, dan setiap harinya Penduduk kota Madinah rela antri hanya untuk membeli air dari Sumur  Ruma (The Well of Ruma). Di waktu waktu tertentu Ruma sering menaikkan harga air dengan semaunya dia, dan rPenduduk kota Madinahpun terpaksa harus tetap membelinya. karena hanya sumur inilah yang tidak pernah kering disepanjang waktu. 

Melihat kenyataan ini, Rasulullah  bersabda:
"Siapa saja orang yang dapat membeli sumur ini, Surga  adalah balasannya". Lalu Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه berniat untuk membeli Sumur  Ruma (The Well of Ruma) seraya bergegas mendekati pemiliknya. Lalu Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  mengatakan maksud dan kedatangannya hanya untuk membeli Sumur  Ruma (The Well of Ruma). Tentu saja Ruma sebagai pemiliknya menolak dengan keras. Karena ini adalah kehidupannya, dan ia telah mendapat banyak uang dari apa yang telah dia usahakan selama ini.

Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  adalah sosok seorang exekutif muda sukses yang juga kaya raya dan juga merupakan seorang negosiator yang handal. Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه lalu berkata kepada Ruma:
"Saya akan membeli setengah dari sumur anda dengan harga yang pantas, lalu kita akan bergantian menjual airnya, hari ini anda yang menjualnya, lalu baru besok saya yang menjualnya".
Dengan melalui negosiasi yang sangat alot, akhirnya Ruma langsung menjual Sumur  Ruma (The Well of Ruma) senilai 1 juta Dirham dan memberikan hak pemasaran 50% kepada Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه

Apa yang terjadi setelah peristiwa ini, telah membuat Ruma menjadi gelisah. Ternyata Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه telah menggratiskan air tersebut kepada semua  Penduduk kota Madinah. Merekapun mengambil air sepuas puasnya sehingga hari kesokannya mereka tidak perlu lagi membeli air dari Ruma sang Yahudi. Karena merasa terdesak, sang Yahudi akhirnyapun menyerah, lalu ia meminta Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya. Tentu saja Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه harus membayar setengahnya lagi dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. 

Sampai dengan hari ini, sumur tersebut dikenal dengan nama Sumur Utsman (The Well of Utsman). Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang diberi air dari sumur Ustman. Kebun kurma tersebut dikelola oleh badan wakaf pemerintah Saudi sampai dengan hari ini. Kurmanya dieksport ke berbagai negara di dunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu, dan pendidikan. Sebagian dikembangkan menjadi hotel dan proyek proyek lainnya, sebagian lagi dimasukkan kembali kepada sebuah rekening tertua di dunia atas nama Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه. Hasil kelolaan kebun kurma dan grupnya yang di saat ini menghasilkan 50 juta Riyal pertahun (atau setara 200 Milyar pertahun) 

Dari kisah diatas lalu akan timbul pertanyaan mengenai kenapa orang-orang Yahudi itu tidak akan penah menang? 
Jawaban dari pertanyaan itu adalah Karena visinya dari kebanyakan orang-orang Yahudi  itu terlalu dangkal. Mereka hanya memikirkan untuk bisa hidup dimasa kini, masa diamana mereka masih ada di dunia. Sedangkan visi dari Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه adalah jauh kedepan. Beliau rela berkorban untuk menolong manusia lain yang membutuhkan dan ia menatap sebuah visi besar yang bernama Shodaqoh Jariyah, sedekah berkelanjutan.
Sebuah shadaqah yang tidak pernah  berhenti, bahkan pada saat manusia sudah mati. 

Semoga kita bisa mengamalkannya agar selalu bershodaqoh Jariyah. Aamiin

Wallahu A'lam Bishowab.

Friday, October 21, 2016

Penghina Rasulullah ﷺ, Mati Diterkam Seekor Anjing.


Al Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  telah menuliskan suatu kisah di Dalam Kitabnya :


Pernah suatu ketika ada sekelompok orang dari kalangan pembesar Nasrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol yang telah murtad karena telah menjadi Nasrani.

Dan dalam perayaan tersebut ada seorang pendeta Nasrani yang telah menghina Rasulullah  ﷺ, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat.

Maka saat pendeta Nasrani  yang dengki ini mulai mencela dan menghardik Rasulullah  ﷺ, anjing tersebut menggonggong dengan keras lalu kemudian menerkam pendeta Nasrani itu dan mencakar wajahnya.

Maka orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berusaha menyelamatkannya. Lantas sebagian orang yang hadir berkata: 
"Itulah akibatnya karena hinaanmu kepada Rasulullah  ﷺ".

Deangan begitu sombongnya, Lantas pendeta Nasrani itu berkata: 
"Tidak, Anjing ini hanya spontanitas karena melihat isyarat tanganku dan disangkanya aku ingin memukulnya".

Namun kemudian pendeta Nasrani ini mengulang kembali celaannya terhadap Rasulullah  ﷺ dengan perkataannya yang sangat keji. Maka si anjing pun berhasil lepas dari ikatannya dan langsung saja menyambar leher pendeta Nasrani itu dan merobek hingga bagian dadanya yang paling atas. Tak berselang lama kemudian pendeta Nasrani itu pun mati seketika.

Karena kejadian ini, ada sekitar 40.000 orang Mongol masuk Islam. 

Di zaman kita, apakah anjing lebih mulia dan lebih pemberani daripada manusia?

_{Lihat: Al Haafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqolany didalam kitab "AdDurarurl Kaaminah Fi A'ayaanil Miati Tsaaminah" Jilid 4 Halaman 153.}_

قصة الكلاب الذى انقض على النصراني الذى شتم النبي

ابن حجر العسقلاني

أَن بعض أُمَرَاء الْمغل تنصر فَحَضَرَ عِنْده جمَاعَة من كبار النَّصَارَى والمغل فَجعل وَاحِد مِنْهُم ينتقص النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَهُنَاكَ كلب صيد مربوط فَلَمَّا أَكثر من ذَلِك وثب عَلَيْهِ الْكَلْب فخمشه فخلصوه مِنْهُ وَقَالَ بعض من حضر هَذَا بكلامك فِي مُحَمَّد صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فَقَالَ كلا بل هَذَا الْكَلْب عَزِيز النَّفس وَآل أُشير بيَدي فَظن أَنِّي أُرِيد أَن أضربه ثمَّ عَاد إِلَى مَا كَانَ فِيهِ فَأطَال فَوَثَبَ الْكَلْب مرّة أُخْرَى فَقبض على زردمته فقلعها فَمَاتَ من حِينه فَأسلم بِسَبَب ذَلِك نَحْو أَرْبَعِينَ ألفا من الْمغل 


ابن حجر العسقلاني، الدرر الكامنة في أعيان المائة الثامنة، ت محمد عبد المعيد ضان، مجلس دائرة المعارف العثمانية، صيدر اباد - الهند، الطبعة الثانية 1392هـ/ 1972م ج 4 ص 153.

"Janganlah Sampai Seekor Anjing itu Masih Lebih Mulia Karena Membela Kehormatan Rasulullah  ﷺ , Dibandingkan dengan orang-orang yang Mengaku Muslim Tapi Membela Penghina Al Qur'an".


Wallahu A'lam Bishowab.