Salah satu keutamaan Mati syahid adalah akan Dinikahkan Dengan Tujuh Puluh Dua Wanita dari kalangan Bidadari. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dari Miqdam bin Ma’dikarb berkata, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ : يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ
رواه الترمذي
Artinya: "Orang syahid di sisi Allah mendapatkan enam hal, diampuni pertama kali meninggal, melihat tempat tinggalnya di surga, dilindungi dari siksa kubur, akan aman dari kegentingan besar, ditaruh di atas kepalanya mahkota kebesaran, dan perhiasanya lebih baik dari dunia seisinya. Dinikahkan dengan tujuh puluh dua istri bidadari. Dapat memberi syafaat tujuh puluh dari kerabatnya". (HR. Tirmidzi).
Peristiwa ini telah dialami oleh seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Sa’ad As-Sulami dan Rasulullah SAW memanggilnya dengan sebutan Julabib , yang merupakan seorang tokoh pemuda yang berasal dari keluarga terpandang di kabilahnya bani Sulaim. Namun, ia sedikit berbeda dengan keluarganya karena ia berkulit hitam sehingga mereka (bani Sulaim) menolak keberadaan Julabib.
Dalam sebuah riwayat di ceritakah datanglah julabib menghadap Rasulullah ﷺ dan bertanya:
“Ya Rasulullah, apakah hitamnya kulit dan buruknya wajah ku dapat menghalangi ku masuk surga? ”
Sambil tersenyum Rasulullah SAW menjawab:
“ Tidak, selama engkau yakin kepada Rabb mu dan membenarkan Rasul dan risalah yang dibawanya…”.
Kemudian Julabib berkata:
“Demi Allah, sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi selain Allah, engkau adalah hamba dan juga Rasul-Nya. Akan tetapi ya Rasulullah, aku telah mencoba melamar wanita yang ada di sekitar sini dan yang jauh dari sini, dan mereka semua telah menolakku”.
Kemudian Rasulullah ﷺ berkata:
“Wahai kekasih ku Julabib, maukah engkau aku nikahkan dengan seorang wanita yang pandai dan cantik?" Tahukah engkau bani Anshar(dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif) dan Datanglah ke rumahnya dan katakan bahwa aku melamarkan putrinya untukmu”.
Maka dengan perasaan yang bahagia berangkatlah Julabib ke rumah bani Anshar(dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif) Setelah memberi salam lalu Julabib berkata:
“ Betulkah Tuan dari bani Anshar(dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif)? ”.
Bani anshar itu menjawab:
“ Betul".
Lalu bertanya:
"Lalu siapakah engkau ?" Dan apa keperluan engkau datang menemui ku ?".
Julabib lalu menjawab:
“Aku Sa’ad As-Sulami dari bani Sulaim, aku datang karena diutus oleh Rasulullah ﷺ untuk melamar putri mu .”
Keluarga bani Anshar (dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif) sangat senang mendengar berita itu, karena ia mengira bahwa Rasulullah yang melamar putrinya. Maka Julabib pun menjelaskan ,
“ Bukan begitu Tuan, tetapi Rasulullah ﷺ meminta mu untuk menikahkan aku dengan putri mu”.
Bani Anshar(dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif) lalu berkata:
“ Kamu pasti berdusta !!!”.
Mendengar ucapan yang keras dari bani Anshar (dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif), Julabib pun pulang dengan wajah murung untuk menemui Rasulullah ﷺ.
Sementara itu putri dari bani Anshar (dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif) yang mendengar percakapan tadi berkata pada Ayahnya ,
“ Duhai Ayahku, carilah selamat, carilah selamat ! Jangan sampai Allah dan Rasul-Nya murka dan kau akan dipermalukan dengan turunnya ayat dari langit tentang perbuatanmu ini. Jika Allah dan Rasul-Nya ridho dengan aku menikah dengan orang itu, maka aku pun rela menikah dengannya”.
Bani Anshar (dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif) pun bergegas pergi mengejar dan segera menemui Rasulullah ﷺ. Hingga keduanya menghadap kepada Rasulullah ﷺ. Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya:
“ Inikah orang yang telah menolak lamaran ku untuk kekasih ku Julabib ?"
Amr bin Wahb mengakui dan berkata:
“Benar ya Rasulullah ﷺ, maafkan kekhilafan ku karena aku mengira ia telah berdusta. Jika memang engkau yang memerintahkan, maka aku rela menikahkan putri ku dengan pemuda dari bani Sulaim ini ”.
Seketika itu Rasulullah ﷺ pun memimpin pernikahanJulabib dengan putri dari bani Anshar (dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif). Kemudian Rasulullah ﷺ berkata pada Julabib:
“Pergilah engkau pada beberapa orang Muhajirin, datanglah kepada Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib”.
Maka Julabib mendatangi mereka semuanya, Abdurrahman bin Auf RA memberikan dirham bahkan dilebihkanya, Utsman bin Affan RA memberi dirham serta melebihkannya, begitu pun dengan ‘Ali bin Abi Thalib RA memberi dirham bahkan melebihkannya juga. Akhirnya Julabib telah mendapatkan ratusan dirham untuk membeli mahar pernikahan.
Kemudian Julabib bersegera pergi ke pasar untuk membeli mahar pernikahan serta beberapa pakaian untuk hadiah kepada istrinya yang belum sempat ditemuinya itu. Tetapi tiba-tiba terdengar seruan:
“ Wahai kuda-kuda Allah, bergeraklah !! Bergeraklah !!” .
Seruan ini adalah sebuah tanda untuk panggilan jihad. Julabib pun menatap ke arah langit dan berkata:
“ Ya Allah, kecantikan isteri ku mungkin takkan sebanding dengan kecantikan surga-Mu, maka aku akan memenuhi panggilan jihad-Mu.”
Maka Julabib mengembalikan semua belanjaannya dan menggantinya dengan baju besi dan kuda serta tameng untuk berperang yang kemudian segera dikenakannya. Julabib memakai pakaian perang lengkap sampai-sampai wajahnya tidak terlihat lagi kecuali hanya kedua matanya saja.
Ketika tiba dalam barisan, Rasulullah ﷺ mulai memperhatikan satu persatu setiap barisan pasukannya. Nampak Julabib yang menghindar dari pandangan Rasulullah ﷺ. Apabila Rasulullah ﷺ bergerak ke arah kiri, Julabib akan menyelundup ke bahagian kanan, begitu juga sebaliknya. Mungkin Julabib khawatir jika Rasulullah ﷺ mengetahui keikut-sertaannya maka Rasulullah ﷺ akan menyuruhnya pulang untuk menemui isterinya terlebih dahulu. Meski begitu, Rasulullah sebenarnya juga tahu mengenai perbuatan Julabib ini karena mengenal dari sebagian tangannya yang sempat tersingkap, namun Rasulullah ﷺ hanya tersenyum dan membiarkannya.
Sementara para sahabat saling bertanya tentang seorang penunggang kuda baru yang tidak dikenali oleh para sahabat Rasulullah ﷺ, Lalu Ali bin Abi Thalib RA berkata:
“ Mungkin ia adalah orang yang datang dari Negeri Syam untuk mempelajari agama mu dan melindungi mu ”.
Tatkala peperangan terjadi, Julabib maju dengan bersemangat, ia bergerak dengan lincah, menghantam ke kiri dan ke kanan, hingga kudanya kelelahan. Ia yang kasihan terhadap kudanya pun turun dari kudanya dan terus bergerak maju dan maju dengan berjalan kaki, hingga akhirnya peperangan usai.
Ketika pasukan kaum muslimin kembali dari medan jihad, Rasulullah ﷺ lalu bertanya:
“ Di mana kekasih ku Julabib ? ”.
Para sahabat pun kebingungan, hanya saling pandang seraya bertanya-tanya siapakah Julabib yang dimaksud Rasulullah ﷺ?
Rasulullah ﷺ lalu mengulang kembali pertanyaannya:
“ Di mana kekasih ku Julabib ? ”
Seraya berkata-kata. Tiga kali pertanyaan itu telah ditanyakan oleh Rasulullah ﷺ, namun tak ada seorang pun yang tahu tentang kabar dan keberadaan Julabib. Pasukan Rasulullah ﷺ pun kembali ke medan jihad mencari sosok Julabib.
Rupanya Julabib telah syahid. Jasadnya berada di tengah-tengah tujuh mayat orang kafir. maka Rasulullah ﷺ berjalan menuju jasad Julabib, diletakkan kepalanya dipangkuannya dan dibersihkannya dari debu dengan kain. Lantas Rasulullah ﷺ pun menangis, kemudian tersenyum, dan kemudian memalingkan wajahnya yang telah memerah. Rasulullah ﷺ lalu berkata:
” Julabib telah membunuh tujuh orang kafir kemudian mereka membunuhnya".
Maka para sahabatpun bertanya:
“Ya Rasulullah, tadi kami melihat engkau begini, begini, dan begini (menangis, tersenyum, lalu memalingkan wajah)? ”.
Rasulullah ﷺ menjawab:
“Aku menangis karena aku akan merindukan seorang Julabib. Kemudian aku tersenyum karena ia sudah menggenapkan separuh agamanya (dengan menikah), hingga aku melihat ia telah berada di tepian telaga jernih yang tepiannya terbuat dari intan dan permata (surga). Lalu aku memalingkan wajah karena melihat bidadari berkumpul dan berlarian menghampiri Julabib, sedang gaunnya tersingkap hingga aku melihat betisnya. Aku malu melihatnya, karena bidadari itu hanya milik Julabib”.
Sang Pengantin Surga pun telah syahid. Kemudian Rasulullah ﷺ mengumpulkan semua barang dan kendaraan milik Julabib untuk diserahkan kepada putri Amr bin Wahb, seraya berkata:
“ Katakanlah kepada bani Anshar(dalam riwayat lain adalah Amr bin Wahb dari bani Tsaqif): Sesungguhnya Allah telah menikahkan Sa’ad As-Sulami dengan wanita yang lebih baik dari putri mu (bidadari surga) ".
“Jika surga telah dimasuki oleh para penghuninya, ada yang menyeru : ‘Wahai penduduk surga, sesungguhnya Allah mempunyai suatu janji untuk kalian yang janji tersebut berada di sisi Allah, di mana Dia ingin menuaikannya.’ Mereka berkata : ‘Apakah itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan kami, memasukkan kami ke surga, dan menyelamatkan kami dari neraka?‘ Beliau melanjutkan : ‘Maka Allah menyingkapkan hijabnya (tabirnya), sehingga mereka melihat-Nya (wajah Allah). Demi Allah, Allah belum pernah memberikan sesuatu pun yang lebih mereka cintai dan menyejukkan pandangan mereka daripada melihat-Nya.” (HR. Muslim).
Wallahu Alam Bishowab.
No comments:
Post a Comment