Abdullah bin Al-Mubarak atau Ibnul Mubarak, yang diberi bergelar (bahasa Arab: كنية) Abu Abdirrahman, lahir di Marwa pada tahun 118 H. dan wafat di bulan Ramadhan, saat kembali dari medan perang pada 181 H. dalam umur 63 tahun, atau yang bertepatan dengan tahun 736 – 797 M. Ibnul Mubarak adalah seorang ahli fikih, ahli hadits, punya sikap wara’ atau hati-hati, tepercaya (bahasa Arab: ثبت) dalam bidang hadits, zuhud, suka berjihad (bahasa Arab: مجاهد), sangat alim (bahasa Arab: العلامة), pemberani, dermawan, ahli sejarah, dan lain-lain., salah seorang ulama di masa tabi’in, setelah melaksanakan ibadah haji atau umrah, Ibnul Mubarak tinggal beberapa waktu lamanya di Makkah. Ketika itu terjadi masa paceklik karena telah beberapa bulan lamanya tidak terjadi hujan. Maka orang-orang datang ke suatu lapangan luas untuk melaksanakan shalat istisqo’ (shalat meminta hujan), Ibnul Mubarak ikut serta dalam jamaah shalat tersebut.
Usai shalat dan memanjatkan doa kepada Allah, tidak terlihat tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Hingga malam menjelang tidak ada awan tebal yang datang membawa air untuk menyirami wilayah Makkah dan sekitarnya. Keesokan harinya, mereka mengulang lagi shalat istisqo’ tersebut, tetapi masih juga tidak ada pertanda akan turunnya hujan, termasuk ketika mereka melakukannya untuk ke tiga kalinya pada hari berikutnya.
Setelah berjamaah shalat Istisqo’ pada hari ketiga itu, Ibnul Mubarak berkata dalam hati:
“Aku akan keluar memisahkan diri dari orang-orang ini dan berdoa kepada Allah, mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat-Nya dan mengabulkan doaku sehingga hujan bisa turun!!”.
Ibnul Mubarak lalu berjalan diam-diam menuju perbukitan di sekitar Makkah, dan masuk salah satu gua yang berada di sana. Tetapi belum sempat ia berbuat apa-apa, tiba-tiba masuklah ke dalam gua itu seorang budak berkulit hitam. Entah tidak tahu, pura-pura tidak tahu atau merasa minder melihat ‘penampilan’ Ibnul Mubarak yang layaknya seorang ulama, budak berkulit hitam itu tidak menyapa atau memberi salam kepadanya.
Budak yang berkulit hitam itu langsung shalat dua rakaat yang tampaknya sederhana dan ringkas. Setelah mengucap salam, ia meletakkan kepalanya di tanah dan berdoa:
“Ya Allah, sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba-Mu, mereka telah melaksanakan shalat Istisqo’ selama tiga hari, tetapi Engkau belum berkenan juga menurunkan hujan. Maka demi Keagungan dan Kemuliaan-Mu, aku tidak akan mengangkat kepalaku hingga Engkau menurunkan hujan kepada kami!!”.
Beberapa waktu lamanya ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datang awan hitam bergulung-gulung, kemudian hujan turun dengan derasnya. Budak yang berkulit hitam itu segera mengangkat kepalanya dan keluar gua, berjalan menembus hujan tanpa berkata apa-apa.
Sejenak Ibnul Mubarak tertegun melihat pemandangan itu, dan segera setelah tersadar Ibnul Mubarak berjalan mengikuti Budak yang berkulit hitam itu menembus hujan. Ibnul Mubarak terus membuntutinya hingga memasuki sebuah perkampungan, dan Budak yang berkulit hitam itu memasuki sebuah rumah yang cukup bagus. Ibnul Mubarak lalu duduk diam di depan rumah itu beberapa waktu lamanya, sampai seseorang keluar. Ibnul Mubarak lalu berkata;
“Rumah siapakah ini?”.
Budak yang berkulit hitam itu berkata:
“Rumah Tuan Fulan bin Fulan!!”.
Ibnul Mubarak lalu bertanya seraya berkata;
“Bisakah saya membeli budak dari dirinya?”.
.
Budak yang berkulit hitam itu berkata:
“Tentu saja bisa dan silahkan masuk!!”
Ibnul Mubarak dipersilahkan duduk dan Budak itu segera memanggil tuannya. Sang pemilik rumah menemui Ibnul Mubarak sambil membawa seorang budak yang bagus wajahnya dan tampak cekatan, tetapi Ibnul Mubarak berkata:
“Aku tidak menginginkan orang ini, apakah engkau mempunyai budak lainnya??”.
Tuan itu berkata:
“Baiklah!!”.
Tuan itu lalu memerintahkan untuk memanggil budak lainnya. Satu atau dua orang budak lagi ditunjukkan, tetapi Ibnul Mubarak berkata;
“Aku menginginkan yang lainnya, apakah engkau masih memilikinya?”.
Tujuan utama Abdullah bin Mubarak adalah untuk membeli Budak yang berkulit hitam yang ditemuinya di dalam gua itu. Tuan itu berkata:
“Saya memang masih memiliki satu orang lagi budak, tetapi ia sangat tidak pantas bagi tuan!!”.
Ibnul Mubarak bertanya seraya berkata:
“Mengapa?”.
Tuan itu berkata:
“Karena dia seorang yang pemalas, tuan tidak akan memperoleh manfaat apa-apa dari dirinya”.
Ibnul Mubarak berkata:
“Bawalah dia kemari, aku ingin melihatnya.”
Budak itu segera didatangkan, dan memang lelaki hitam yang ditemuinya di dalam gua tersebut. Tampak kegembiraan di matanya dan segera Ibnul Mubarak berkata:
“Aku ridha dengan orang ini, berapa engkau ingin menjualnya!!”
Tuan itu berkata:
“Saya dahulu membelinya duapuluh dinar, tetapi sekarang tidak laku walau hanya sepuluh dinar!!”
Ibnul Mubarak berkata:
“Saya akan membelinya seharga sepuluh dinar darimu!!”.
Ibnul Mubarak langsung mengeluarkan uang sepuluh dinar dan memberikannya kepada orang itu dan segera membawa budak hitam itu ke tempat tinggalnya. Budak hitam yang selama itu hanya diam saja, tiba-tiba berkata;
“Wahai Ibnul Mubarak, mengapa engkau membeli aku, aku tidak akan mengabdi dan melayani dirimu!!”.
Walau sempat menduga sebelumnya karena peristiwa di dalam gua itu, masih juga Ibnul Mubarak terkejut karena budak itu mengetahui dan menyebut namanya. Padahal ia belum pernah memperkenalkan diri, termasuk kepada pemilik sebelumnya. Tetapi justru hal itu memperkuat dugaannya sebelumnya, segera saja Ibnul Mubarak berkata;
“Bukan seperti itu, justru aku yang akan melayani kamu, siapakah namamu??”.
Budak yang berkulit hitam itu berkata:
“Para kekasih Allah tentu mengenal kekasih-Nya!!”
Ketika Budak yang berkulit hitam itu akan beranjak untuk berwudhu, Ibnul Mubarak segera mengambil air untuknya dan mempersiapkan sandal, serta menunjukkan kamar untuk dirinya. Di dalam kamar lelaki hitam itu shalat dua rakaat. Ibnul Mubarak yang memang sengaja menguping itu, mendengar dia berdoa setelah shalatnya, layaknya sedang bersyair (berpuisi);
“Wahai Tuhan Pemilik Rahasia, rahasia telah menjadi nyata (terbuka), saya tidak lagi menginginkan kehidupan ini, setelah rahasia hidupku diketahui….!!”
Beberapa waktu lamanya Ibnul Mubarak menunggu, tetapi ia tidak mendengar suara atau gerakan apapun, maka ia masuk ke dalam kamar dan mendapati Budak yang berkulit hitam itu telah meninggal. Ia segera mengurus jenazahnya dengan penuh takdzim, hingga memakamkannya. Hanya sedikit orang saja yang membantu dan mengiringi jenazahnya hanya karena beliau adalah seorang budak hitam yang tampak sangat sepele. Hal itu justru menggembirakan bagi Ibnul Mubarak yang akhirnya banyak berperan dalam mengurus jenazah ‘kekasih Allah’ tersebut.
Malam harinya, Ibnul Mubarak bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ . Di sisi kanan beliau ada seorang tua (syaikh) yang wajahnya tampak bersinar, dan budak hitam itu berada di sisi kiri Rasulullah ﷺ bersabda dalam mimpinya itu;
“Mudah-mudahan Allah membalas engkau dengan kebaikan yang berlimpah karena apa yang telah engkau lakukan itu. Aku tidak melihat adanya bahaya dan kesulitan yang akan engkau hadapi karena engkau telah berbuat kebaikan kepada kekasihku ini!!”.
Ibnul Mubarak lalu menunjuk lelaki hitam tersebut, dan berkata:
“Ya Rasulullah ﷺ, apakah dia itu kekasihmu?”.
Rasulullah ﷺ lalu berkata:
“Benar,".
Sambil menunjuk lelaki tua di sisi kanannya, Rasulullah ﷺ lalu berkata:
"Dan dia juga adalah kekasih Khalilul Rahman, Ibrahim AS!!”.
Ibnul Mubarak tersentak bangun dari tidurnya. Ia segera bangkit berwudhu dan shalat dua rakaat, kemudian berdoa yang lebih banyak diisinya dengan ucapan syukur kepada Allah.
BANYAK PARA WALI ALLAH MEMILIH MASTHUR FIL ARDH (TERSEMBUNYI DI DUNIA) DARIPADA POPULER JADI ULAMA KHARISMATIK. KETIKA TERBUKA RAHASIA MEREKA MEMILIH MALAMATIYAH (HINAKAN DIRI), TERLIHAT TIDAK ALIM, BAHKAN MEMILIH BERPULANG. TERSEMBUNYINYA KEKASIH ALLAH
Wallahu alam bishowab.
No comments:
Post a Comment