Wednesday, December 4, 2019

Takwil Mimpi Ketemu Mantan


Label: Ilmu Hikmah

Mimpi adalah hal yang ghaib. Mimpi bisa saja memberikan kabar gembira atau peringatan untuk kita. Dalam mimpi ada sebuah pesan terdalam agar kita bisa bermawas diri dan lebih berhati-hati dalam menghadapi kehidupan didunia ini.

Para ulama sepakat jika kita boleh menceritakan mimpi dan meminta penakwilan darinya. Bahkan, menurut Markaz Al-Fatwa (4473), yang mengingkari mimpi hanyalah kaum mu'tazilah dan orang-orang atheis saja. Namun, dalam menafsirkan mimpi perlu diperhatikan rujukan yang jelas dengan sangkaan yang baik.

Kisah: Allah Telah Membayarnya Dengan Syurga


Kisah berikut ini disadur dari Kitab al-Zuhd wa al-Raqaiq dan dinukilkan oleh Abdul Wahid bin Zaid Abul Fadl Abdul Waahid Bin Zaid, seorang tokoh sufi terkemuka Bashrah pada masa Dinasti Umayyah. Kisah ini menceritakan tentang keutamaan bagi orang yang mati syahid  karena berjihad di jalan Allah SWT. Dan Allah SWT langsung membayarnya secara kontan dengan kenikmatan syurga beserta dengan isinya.

Tuesday, December 3, 2019

Kisah: Dinikahkan Dengan Tujuh Puluh Dua Wanita


Salah satu keutamaan Mati syahid adalah akan Dinikahkan Dengan Tujuh Puluh Dua Wanita dari kalangan Bidadari. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dari Miqdam bin Ma’dikarb berkata,  bahwa Rasulullah  bersabda:

 لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ : يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ

رواه الترمذي 

Artinya: "Orang syahid di sisi Allah mendapatkan enam hal, diampuni pertama kali meninggal, melihat tempat tinggalnya di surga, dilindungi dari siksa kubur, akan aman dari kegentingan besar, ditaruh di atas kepalanya mahkota kebesaran, dan perhiasanya lebih baik dari dunia seisinya. Dinikahkan dengan tujuh puluh dua istri bidadari. Dapat memberi syafaat tujuh puluh dari kerabatnya". (HR. Tirmidzi).

Kisah: Akhir Hayat Orang Fasik Mendapatkan Rahmat Allah SWT




Sebagai manusia dan siapapun kita, entah itu orang fasik (jahat) ataupun orang baik pasti menginginkan meninggal dalam keadaan yang baik (khusnul khatimah). Akan tetapi itu keinginan kita ini tergantung pada keadaan dan kondisi kita pada saat akan tutup usia. Sebagaimana Rasulullah  ﷺ bersabda :

إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ رواه البخاري وغَيْرُهُ.

“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. [HR Bukhari).


Salah satu ikhtiar agar menggapai Khusnul khotimah adalah dengan berdoa yang selalu dipanjatkan setiap waktu dan kesempatan Entah itu diwaktu suka ataupun pada saat dihimpit kesusahan. Dengan modal kekuatan doa kita akan akan selalu berharap kepada Allah SWT yang maha berkehendak.

Friday, November 29, 2019

Keutamaan Kaum Quraisy

Menurut https://id.wikipedia.org/ Suku Quraisy (bahasa Arab: قريش‎ الأمة​) adalah suku bangsa Arab keturunan Ibrahim, yang menetap di kota Mekkah dan daerah sekitarnya. Klan-klan yang menetap di tengah kota disebut 'Quraisy Lembah' (Quraisy al-Batha), sementara yang menetap di daerah sekeliling kota disebut 'Quraisy Pinggiran' (Quraisy az-Zawahir).

Penamaan Quraisy berasal dari nama lain Fihr yang merupakan leluhur Nabi Muhammad, nabi dan rasul utama agama Islam. Di mana Fihr kemudian menurunkan sampai Qushay bin Kilab. Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Muhammad bin Abdullah bin 'Abd al-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murra bin Kaa'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy (Fihr) bin Malik bin Nazar bin Kinanah bin Khuzaymah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mazar bin Nazar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim.

Thursday, November 28, 2019

Keutamaan Bangsa Arab



Di dalam kitab Nawadir al-Usul  dari Ja'far al-Shodiq bin Muhammad al-Baqir dari ayahnya ( Ali Zainal Abidin ), berkata :

Rasulullah ﷺ bersabda :

" Malaikat Jibril mendatangiku seraya berkata : 

يا محمد ان الله عز و جل بعثني فطفت شرق الأرض و غربها و سهلها و جبلها فلم أجد حيا خيرا من العرب

"Ya Muhammad, sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla mengutusku lalu aku menjelajahi bumi bagian timur dan baratnya, dataran rendah dan pegunungannya, maka aku tidak mendapati satu bangsa yang lebih baik daripada #bangsa_Arab".

ثم أمرني فطفت في العرب فلم أجد حيا خيرا من مضر

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku menjelajahi didalam #bangsa_Arab, maka aku tidak mendapati qabilah yang lebih baik daripada qabilah Mudhor".

ثم أمرني فطفت في مضر فلم أجد حيا خيرا من كنانة 

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku menjelajahi didalam qabilah Mudhor, maka aku tidak mendapati suku yang lebih baik daripada suku Kinanah".

ثم أمرني فطفت في كنانة فلم أجد حيا خيرا من بني قريش

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku menjelajahi didalam suku Kinanah, maka aku tidak mendapati ( sub ) suku yang lebih baik daripada ( sub ) suku Quraisy".

ثم أمرني فطفت في قريش فلم أجد حيا خيرا من بني هاشم 

"Kemudian Allah memerintahkan aku, lalu aku mencari di Quraisy, maka aku tidak mendapati bani yang lebih baik daripada bani Hasyim".

ثم أمرني ان اختار من أنفسهم فلم أجد فيهم نفسا خيرا من نفسك

"Kemudian Allah memerintahkan aku menyeleksi diantara kalangan bani Hasyim, maka aku tidak mendapati pribadi seseorang diantara mereka yang lebih baik pribadinya daripada kamu ( yakni Rasulullah ﷺ )".

Dikutip dari kitab :

Al-Qoul al-Fashl Fima Li Bani Hasyim Wa Quraisy Wa al-Arab Min al-Fadhli Karya al-Habib Alwi bin Tahir al-Haddad Mufti Johor Hal. 69.

Wallahu Alam bishowab.

Jin Yang Bersemayam Pada Manusia

Hakikatnya jin dapat berdiam diri di sebuah tempat,  sebagaimana dalam sebuah riwayat Rasulullah  bersabda: 

"Jin itu terdiri atas tiga kelompok: satu kelompok memiliki sayap mereka terbang di udara dengannya, satu kelompok berbentuk ular dan anjing, dan satu kelompok lagi berdiam diri di tempatnya dan melakukan petualangan". (HR.Thabroni /al-Hakim/ al-Baihaqi ).

Tuesday, November 26, 2019

Pedang Naga Puspa

Siapa sih yang tidak kenal dengan Pedang Naga Puspa. Sebilah pusaka yang amat sangat tersohor yang selalu menemani Arya Kamandanu dalam setiap petualangannya.

Pada awalnya pedang Pedang Naga Puspa dibuat untuk dipersembahkan kepada Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Mongolia sebagai tebusan atas diri Mpu Ranubhaya sebagai tawanan kerajaan. Namun ternyata Pedang Naga Puspa ini malah menjadi mala petaka, karena telah menjadi rebutan para pejabat kerajaan. Demi menyelamatkan Pedang Naga Puspa dari orang-orang yang berwatak jahat, Pedang Naga Puspa tersebut akhirnya diserahkan kepada pasangan pendekar suami-istri bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin. Pasangan pendekar ini akhirnya menjadi buronan dan menjadi pelarian hingga terdampar ke Tanah Jawa. 

Monday, November 25, 2019

Kisah: Seorang Raja Yang Tangan Dan Mulutnya Tidak Bisa Dibakar


Disadur dari Kitab Tajul A`ras Karya Habib Ali Bin Husain Al-Attas

Dahulu kala, ada Seorang Ahlul Bayt yang datang dari Hadramaut  untuk berkhidmad  dan tinggal  di India. Nama beliau adalah Al-Habib Muhammad Maula Dangal Al-Attas dan tinggal di hutan yang jauh dari perkotaan.

Dalam kehidupan sehari-harinya Al-Habib Muhammad Maula Dangal Al-Attas ini dikenal sering tidak menggunakan pakaian dan tidurnyapun cuma didahan-dahan pohon saja. Masyarakat hindu disekitar hutan itu seringkali mengunjungi Al-Habib Muhammad Maula Dangal Al-Attas dan akhirnya banyak orang masuk islam. Apabila ada masyarakat yang sakit, mereka segera pergi ke kediaman Al-Habib Muhammad Maula Dangal Al-Attas dengan membawa air untuk diobati. Dengan karomahnya Al-Habib Muhammad Maula Dangal Al-Attas masyarakat yang sakit bisa segera  sembuh.

Pemakaman Auliya' Kambang Koci.



Mungkin tak banyak yang tahu kalau di Palembang ternyata ada sebuah pemakaman auliya' dari keturunan Rasulullah Saw dan penghulu para habaib yang masyarakat setempat akrab mengenalnya dengan PEMAKAMAN KAMBANG KOCI. 

Lokasi pemakaman ini bersebelahan dengan Pemakaman Kawah Tengkurep atau jaraknya sekitar 200 meter. Konon, pada tahun 1151 H/ 1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin 1 mewakafkan sebidang tanah yang cukup luas untuk pemakaman anak cucu serta menantunya. Tanah pemakaman tersebut dinamakan Kambang Koci, yang berasal dari kata kambang (kolam) dan sekoci (perahu), karena jauh sebelumnya tempat itu merupakan tempat pencucian perahu.

Dalam sejarahnya, areal pemakaman ini telah beberapa kali berusaha direbut oleh pihak-pihak yang merasa berkepentingan. Bermula pada masa pendudukan Belanda sekitar tahun 1913 M, melihat posisinya yang begitu strategis terletak di tepi Sungai Musi, di kawasan ini dibangun Pelabuhan Boom Baru, dan berselang 11 tahun kemudian, Pihak Belanda berusaha mengambil areal pemakaman ini, namun pihak ahli waris mempertahankannya sehingga sampailah pada suatu pengadilan di Batavia (sekarang Jakarta) dengan dimenangkan oleh pihak ahli waris. Demikian pula pada masa penjajahan Jepang, upaya-upaya perebutan areal pemakaman tersebut masih terjadi namun tetap tidak berhasil.

Pada 16 Nopember 1974, Pemakaman Kambang Koci ini diresmikan menjadi pemakaman anak, menantu, serta cucu-cucu Sultan Mahmud Badaruddin. Berselang setahun kemudian, terjadi persengketaan dengan pihak pelabuhan Boom Baru sehingga terjadi pembagian luas areal pemakaman ini dari 5000 meter persegi dibagi 2/3 untuk pihak pelabuhan dan 1/3 untuk ahli waris, sehingga saat ini keseluruhan luas area Kambang Koci ini tinggal 1400 meter persegi. Pada tahun 1999, upaya-upaya pihak pelabuhan terus dilakukan untuk mendapatkan sisa areal pemakaman yang ada, namun tetap tidak berhasil.

Hampir keseluruhan keturunan Alawiyyin yang tinggal di Palembang memiliki silsilah bersambung dengan para habaib yang dimakamkan di pemakaman ini, paling tidak silsilah dari sebelah ibu. 

Beberapa penghulu habaib yang dimakamkan di sini antara lain Al-‘Arif Billah Al-Habib Syech bin Ahmad bin Syahab, seorang ulama besar yang dianugerahi tanah yang luas oleh Sultan Mahmud Badaruddin I. Tanah tersebut antara lain ia wakafkan sebagai tanah pemakaman kaum alawiyyin Palembang serta tanah wakaf masjid Daarul Muttaqien. 

Juga dimakamkan di sana sosok ‘Arif Billah Al-Habib Ibrahim bin Zein bin Yahya (w.1790 M), seorang ulama besar yang menguasai Ilmu Fiqh, beliau adalah menantu Sultan Mahmud Badaruddin I yang beristerikan Raden Ayu Aisyah binti Sultan Mahmud Badaruddin I. 

Kemudian juga Al ‘Arif Billah Al-Habib Alwi bin Ahmad Al-Kaaf, seorang wali Quthb, diceritakan bahwa pernah suatu kali saat ayahnya melakukan pelayaran ke Singapura dengan sebuah kapal. Di dalam perjalanan, kapal tersebut mengalami kebocoran, ketika akan diperbaiki ternyata kapal tersebut telah ditambal dari luar dengan sebuah sandal yang menutup rapat kebocoran tersebut. Setelah sandal tersebut diambil dan dihadapkan kepada Habib Ahmad, beliau mengenali bahwa sandal tersebut adalah milik anaknya, Habib Alwi. Setibanya di Palembang, didapati Habib Alwi tengah menunggu ayahnya dengan mengenakan sebelah sandal seraya meminta sandal yang satunya lagi dari ayahnya. Tatkala Habib Alwi wafat, datanglah surat dari Kampung Al-Hajrain, Hadramaut (setelah 6 bulan perjalanan laut dari Hadramaut ke Palembang) yang isinya menanyakan siapakah waliyullah di Palembang yang wafat sehingga di Kota Tarim, Hadramaut terjadi gempa.

Di Kambang Koci juga dimakamkan Al Habib Abdullah bin Salim Al-Kaf, seorang ulama besar sekaligus pengusaha yang sukses, beliau membangun Masjid Sungai Lumpur pada tahun 1287 H yang berlokasi di 11 Ulu Palembang, dan Habib Abdullah bin Ali Al-Kaf, seorang wali mastur (tersembunyi), zurriyatnya banyak yang menjadi ulama besar yang tersebar di Tegal, Jakarta, Jeddah, dan Hadramaut, antara lain Habib Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaf (Jeddah) dan Habib Abdullah bin Ahmad Al-Kaf (Jakarta) dengan anak-anaknya yang menjadi muballigh.

Banyaknya para wali yang dimakamkan di Kambang Koci membuat para peziarah selalu menyempatkan diri untuk singgah di sini. Beberapa ulama besar yang pernah berziarah di sini adalah, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor (Bondowoso), Habib Muhammad bin Husin Al-Idrus (Surabaya), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang), Habib Ali bin Husin Al-Atthos (Bungur), Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul), Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf (Jeddah), Habib Umar bin Hafizh BSA, Habib Umar bin Abdurrahman Al Jufri (Madinah) dan Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri.

Suatu ketika dalam ziarahnya, Habib Sholeh Tanggul diberitahu bahwasanya pemakaman ini akan dibongkar, mendengar hal itu beliau terdiam sesaat dan berkata bahwa pembongkaran tidak akan terjadi, dikarenakan Allah SWT yang akan selalu menjaganya. 

Terbukti, tatkala ada usaha untuk memindahkan jenazah dari pemakaman ini dalam usaha mengambil alih areal pemakaman pada tanggal 19 Desember 1997, setelah peti-peti jenazah yang berjumlah 104 buah (dihitung berdasarkan jumlah nisan yang nampak) disiapkan di Kambang Koci, tersiarlah kabar mengenai jatuhnya pesawat Boeing 737-300 Silk Air dari Singapura di Muara Makati, Perairan Sungsang, Sumatera Selatan yang menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat. Yang mengherankan jumlah korban tewas yang dipastikan sebanyak peti yang disiapkan, yaitu 104 penumpang termasuk 7 awak. Mengingat keperluan yang lebih mendesak akhirnya peti-peti yang telah disiapkan tersebut tidak jadi digunakan, dan lahan pekuburan yang telah disediakan bagi jenazah Kambang Koci diisi dengan jenazah korban tewas kecelakaan pesawat tersebut.

Mengingat banyaknya waliyullah yang dimakamkan di Kambang Koci serta di beberapa pemakaman lainnya di Palembang, maka banyak pemuka habaib dari Hadramaut menyebut Kambang Koci sebagai Zanbal (pemakaman para wali di Kota Tarim, Hadramaut)-nya Palembang dan Kota Palembang sendiri sebagai Hadramaut Tsani alias Hadramaut Kedua.

Kepada para pecinta habaib, ulama dan auliya dipersilahkan ziarah ke Kambang Koci. Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada kita sebab keberkahan mereka dan mengumpulkan kita bersama mereka. Aamiin...


Sumber : Panduan Ziarah Kubro 'Auliya dan Ulama' Palembang Darussalam.

WallahuAlamBishowab