"Duhai guru yang mulia, mengapakah nafsu itu bermain disinggasananya yang ada dalam pikiran dan perasaan, dan mengapa banyak orang bisa menceritakannya tapi tetap terbawa olehnya, memahami dampaknya namun tetap terkena juga?.".
Tanpa basa-basi gurunya pun langsung menjawabnya dan berkata:
"Disaat kita sedang melihat keindahan alam, apa yang terjadi pada diri kita, pastinya kita akan sangat menikmatinya bukan. Saat kita ini sedang melihat terjadinya suatu pertengkaran di jalan apa yang menjadi dampak pada diri kita, kita juga akan memikirkannya juga bukan, dan bahkan bisa teringat terhadap kejadian tersebut.
Pahamilah jika yang pertama kali di akses oleh indera adalah fikiran dan perasaan, sedangkan apa yang kita lihat dan kita dengar ini bukan kemauan kita, semua keadaan diciptakan untuk kita hadapi, karena ada ketentuan bermain disana. Maka hawa nafsu bukan terletak di indera tapi pada fikiran dan perasaan, itu sebabnya pandangan pertama kepada yang bathil itu masih halal, namun pandangan selanjutnya tidak di perbolehkan karena sudah di tumpangi oleh hawa nafsu, dimana rasa langsung terakses..
Jika kita sebelumnya sudah sering mendengar tentang jangan berprasangka terhadap orang lain, maka sekarang saatnya hindari berprasangka terhadap keadaan atau kejadian yang datang menghampiri kita, biarkan dia mengalir sendiri, jangan di fikirkan jangan di ingat, kita lepaskan saja.
Kita sudah terbiasa mengomentari keadaan yang datang menghampiri kita, memberikan penilaian, menduga-duga, bahkan bisa terbawa emosi, dan rasa rasa lainnya, seperti minyak yang menyebar mencari api, kita lah yang akan membakar diri kita sendiri. Dididalam Al qur'an Allah telah berfirman yang artinya:
“Maka Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri,” (QS. Ar Ruum: 9)
Disaat kita di minta dzikrullah, itu bermakna kita di minta melokalisasi fikiran agar tidak terpengaruh terhadap hal yang di luar diri. Jika kita menyaksikan ada yang sedang melafadzkan dzikir tapi masih emosi atau marah atau masih membicarakan yang bukan haq nya, itu artinya lafadz tadi belum bisa melokalisasi fikirannya, kesadaran belum bisa memposisikan diri sebagai audzubillah...sehingga neraka kita jinjing kemana mana".
Wallahu Alam Bishowab.
Wallahu Alam Bishowab.