Laila dan Majnun, juga dikenali sebagai Majnun atau disebut dengan seorang pemuda Gila karena mencintai seorang gadis bernama Laila (Bahasa Arab: مجنون ليلى, Majnun-Layla atau قيس وليلى, Qays dan Layla) ialah cerita cinta klasik dari Timur Tengah. Kisah Majnun-Layla diangkat berdasarkan kisah nyata seorang pemuda bernama Qays ibn al-Mulawwah (Bahasa Arab: قيس بن الملوح) dari utara semenanjung Arab semasa era dinasti Umayyah pada abad ketujuh.
Terdapat dua versi dari kisah ini. Menurut versi pertama, semenjak kecil Majnun telah menghabiskan waktunya menggembala kambing bersama sepupunya Laila sehingga tumbuhlah benih cinta diantara mereka.
Dalam versi kedua, Laila adalah cinta pada pandangan pertama Majnun. Dalam versi kedua-duanya, pemuda ini menjadi gila ketika mendapati ayah Laila melarangnya menikahi Laila. Oleh karenanya, pemuda ini dipanggil dengan sebutan Majnun Laila yang memiliki arti menjadi gila karena Laila. Dari pemuda Majnun inilah lahirnya pelbagai syair-syair Arab yang menggambarkan gelora cinta diantara 2 orang pasangan kekasih.
Dalam versi kedua, Laila adalah cinta pada pandangan pertama Majnun. Dalam versi kedua-duanya, pemuda ini menjadi gila ketika mendapati ayah Laila melarangnya menikahi Laila. Oleh karenanya, pemuda ini dipanggil dengan sebutan Majnun Laila yang memiliki arti menjadi gila karena Laila. Dari pemuda Majnun inilah lahirnya pelbagai syair-syair Arab yang menggambarkan gelora cinta diantara 2 orang pasangan kekasih.
Suatu waktu dikisahkan seorang bangsawan berjalan dengan pakaian kebesarannya sambil membawa makanan dan minuman.
Bangsawan tersebut manatap kearah majnun yang duduk di bawah sebuah pohon dengan pakaian kusut dan serpihan roti keringnya. Warna hitam cekung menghias bawah kedua matanya.
Bangsawan tersebut lalu berkata:
"Duhai Majnun, mengapa engkau siksa dirimu hanya demi cintamu kepada Laila. Apa arti hidup ini jika engkau hanya menghabiskan waktu untuk hal itu saja?".
Tanpa memandang wajah bangsawan itu Majnun lalu menjawab:
"Duhai tuan yang memiliki pakaian kebesaran, ketahuilah bahwa sebagian orang itu yang terlihat itu hanyalah kesedihan diraut wajahnya namun pada hakekatnya hatinya itu gembira dan bahagia. Begitu juga sebaliknya, sebagiannya lagi itu yang terlihat itu hanyalah kebahagian diraut wajahnya yang membuatnya tertawa namun pada hakekatnya ia sedang merana dan tersiksa".
Bangsawan tersebut hanya terdiam setelah mendengarkan perkataan dari Majnun.
Majnun lalu kembali meneruskan perkataannya dan berkata:
"Bagiku siksa yang terpedih adalah, jika aku terhalang dari cinta Laila, walaupun semua kenikmatan yang lain telah terhimpun di diriku".
Majnun lalu kembali melanjutkan perkataannya dan berkata:
"Demi Allah, jika para raja mengetahui kenikmatan yang kurasakan dalam siksa ini, mereka akan saling membunuh untuk memperebutkannya".
Bangsawan tersebut masih hanya terdiam membisu saja setelah mendengarkan semua jawaban dari Majnun.
Karena pada hakekatnya kisah diatas itu menggambarkan rasa cinta dan rindunya seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya serta guru ruhani mereka dengan kisah Majnun dan Laila.
Wallahu A'lam Bishowab.
Wallahu A'lam Bishowab.