Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku.
Intuisi Rabbani atau intuisi Ilahi akan diraih ketika berusaha menghidupkan hati dengan ma’rifatullâh. Intuisi Rabbani bukanlah sekadar intuisi biasa, tapi merupakan nur Ilahi yang memenuhi seluruh sudut hati. Intuisi Rabbani ditunjukkan melalui dua bukti:
- Pertama, muncul bersamaan dengan syariat bagi pelakunya, dan ada bukti-bukti kebenarannya.Tidak diawali hasrat nafsu ketika menerima intuisi tersebut, justru muncul ragam keleluasaan. Intuisi tersebut merobohkan nafsu, tanpa adanya permulaan seperti pada intuisi syetan. Hanya saja kecepatan nafsu berselaras dengan intuisi syetan, lebih banyak, lebih gamblang, dan lebih membuatnya malas.
- Kedua, kita harus mengetahui perbedaan antara intuisi RabbanI, intuisi nafsu dan intuisi syetan. Intuisi syetan itu datang dari sisi syahwat dan kesenangannya. Sedangkan intuisi Rabbani datang dari segi beban dan tugas. Intuisi Nafsu menolak kedatangan tugas dari intuisi Rabbani.
Apabila kita kedatangan intuisi, maka timbanglah dengan tiga kriteria di atas, sehingga kita bisa membedakan berbagai intuisi.
Jadikanlah prioritas agar setiap intuisi syetan dan intuisi nafsu itu dapat sdengan segera kita enyahkan dan bergegaslah dengan intuisi Rabbani. Jangan pernah kita abaikan intuisi Rabbani itu, sebab waktu itu sempit dan kondisi ruhani kita bisa berubah. Kita harus waspada dengan buaian nafsu dan syetan. Sebab pintu ini termasuk pintu kebajikan yang dibukakan untuk kita, maka raihlah hingga kita bisa memulainya dari awal.
Sebagai contohnya adalah muncul bisikan kepada kita yang dianjurkan untuk berpuasa sunnah lalu intuisi itu datang dan berkata:
“Sudahlah, nanti saja. Besok juga masih bisa”.
Ketika kita akan mengerjakan qiyamullail, lalu intuisi itu datang dan berkata:
“Nanti saja, bukankah lebih utama jika dikerjkan di akhir waktu”.
“Sudahlah, nanti saja. Besok juga masih bisa”.
Ketika kita akan mengerjakan qiyamullail, lalu intuisi itu datang dan berkata:
“Nanti saja, bukankah lebih utama jika dikerjkan di akhir waktu”.
Padahal intuisi seperti itu adalah rekayasa syetan untuk menghalang-halangi suatu yang bermanfaat. Intuisi seperti itu tidak abadi, namun cepat berubah.
Sedangkan bergegas untuk berpegang erat pada intuisi Rabbani, sangat dianjurkan dalam syariat. Ada dua manfaat di dalamnya:
- Pertama, bahwa waktu yang ada adalah waktu yang paling sempurna, seperti waktu-waktu dimana hadist-hadist menyebutkan turunnya anugerah dari Allah سبحانه و تعالى, dan turunnya rahmat beserta ampunan-Nya. Sementara pandangan-pandangan Allah سبحانه و تعالى kepada makhluk-Nya tiada terbatas.
- Kedua, ghirah untuk bersegera untuk menjalankan segala amalan kebajikan dan kita juga akan menjadi pribadi yang taat ketika muncul berkah dibaliknya. Di sinilah rasa malas akan menjadi sirna, karena berhadapan dengan hembusan-hembusan Rahmat Allah سبحانه و تعالى.
Demikian pula sekaligus menjadi manfaat olah jiwa (riyadhoh nafsu) untuk segera melaksanakan amal kebajikan.
Wallahu A'lam Bishowab.
No comments:
Post a Comment