Tuesday, July 19, 2016

Awaluddin Ma’rifatullah.

Awal dari agama adalah dengan mengenal Allah atau biasa disebut dengan Awaluddin Ma'rifatullah. Maknanya adalah bahwa tidaklah dapat dikatakan bahwa kita itu beragama dengan baik jika kita  tidak awali dengan sebuah pengenalan yang baik (ma’rifat) kepada Allah سبحانه و تعالى. Sah-sah saja jika kita menjudge bahwa kita adalah orang yang beragama tetapi ketika kita tidak mengenaldengan  Allah سبحانه و تعالى maka keberagamaannya itu menjadi sangat lemah. Lalu dapatkah kita dikatakan beragama jika kita sendiri tidak mengemal Allah سبحانه و تعالى?.


Jika kita tidak mengenal Allah سبحانه و تعالى maka bagaimana dengan ibadah yang telah kita tunaikan, salah astu contohnya adalah shalat kita?. Tidak sah shalat tanpa mengenal Allah atau biasa disebut dengan Layasul shalat illa bin ma'rifat. Maknanya adalah bahwa tidaklah dapat dikatakan shalat kita itu akan diterima dengan baik dan pastinya akan tertolak karena bagaimana mungkin kita itu dianggap sholat tetapi ketika sholat kita tidak mengenal dengan Allah سبحانه و تعالى yang disembah. Jikasaja kita itu tidak mengenal Allah سبحانه و تعالى yang disembah maka kepada siapakah penyembahan dan penghambaannya itu dilakukan?. Kemanakah kehambaan itu kita arahkan ? yang pasti menjadi tak menentu arahnya dan ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah penyembahan dan penghambaan.

Bagaimana cara kita mengenal Allah سبحانه و تعالى.
Salah satu cara untuk melatih dan mengkaji diri kita, sejauh mana kita mengenal Allah  سبحانه و تعالى dalam pemahaman "Awaluddin Ma'rifatullah" adalah melalui kisah berikut dan silahkan anda jawab sendiri pertanyaanya.

Suatu hari ada seorang Sufi Muda habis - habisan di bully oleh beberapa teman-temannya orang ahli Ilmu Syareat atau biasa disebut dengan fuqaha, dan salah satu orang diantaranya berkata :
" Hai Sufi yang bodoh dan sesat !!". 

Temannya itupun melanjutkan perkataannya:
"Buktikanlah kepada kami jika kamu memang benar, Dimana dan yang mana wujud Allah SWT pada diriku ???".

Dengan tenang lalu Sufi itu memberikan selembar kertas dan meminta mereka menulis surat kepada Allah سبحانه و تعالى, lalu mereka menulis kalimat berikut:
" Ya Allah , Hamba  telah diminta untuk menulis surat untuk-Mu, atas permintaan dari hamba-Mu yang begitu bodoh dan sesat ini".

Setelah mereka selesai menulis surat itu, lalu mereka masukkan ke dalam sebuah amplop. lalu Sufi itupun berkata:
" Pertanyaan kalian akan terjawab ketika surat ini telah sampai pada alamt tujuannya".

Lalu Sufi itu menulis di amplopnya sebagai berikut :
Di tujukan kepada Yth ;
Allah سبحانه و تعالى dimanapun Engkau berada.

Pengirim :
Fulan.
Jl. Fulanah No. 3 Kota ABC 73227
Hp. 123456789

Lalu mereka mengirimkan surat itu melalui sebuah jasa pengiriman ....., dan selama perjalanan pergi dan pulang si Sufi itu masih saja terus-menerusi bully dan di tertawakan  oleh teman-temannya ....sampai akhirnya mereka terdiam dan mulai berfikir....:
Kemanakah surat itu akan sampai?? .

Mungkin sedulur sekalian ada yang tahu jawabannya dan membantu para fuqoha tersebut untuk menemukan jawabannya?


Wallahu A'lam Bishowab.

Saturday, July 16, 2016

As-Suhrawardi Al-Maqtul

Nama asli beliau adalah Abul Futuh Yahya bin Habsyi bin Amrak, lahir di Suhrawardi, Zanda, Persia utara, pada 549 H / 1129 M. seperti Al-Hallaj, ia juga di bunuh oleh penguasa. Itu sebabnya ia dijuluki Al-Maqtul (yang terbunuh).

Ada tiga sufi yang namanya mirip dengan beliau: As-Suhrawardi, Abu An-Najib As-Suhrawardi, dan Abu Hafs Syihabuddin As-Suhrawardi Al-Baghdadi yang dikenal sebagai pengarang kitab Awarif al-Maarif.

Beliau lahir di lingkungan keluarga yang taat beribadah. Seperti halnya sufi atau ulama besar lainnya, sejak kecil ia juga belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti Al-Quran dan fiqih. Juga seperti sufi yang lain, catatan perjalanan kehidupannya sangat sedikit diketahui orang. Beliau hidup di suatu zaman ketika muncul kebutuhan untuk menyatukan kembali ilmu pengetahuan Islam dengan memadukan berbagai mazhab. Ditengah perdebatan intelektual itulah muncul pemikiran beliau tentang Isyraq, yang antara lain meyakini bahwa wacana filosofis merupakan bagian dari perjalanan spritual seseorang.

Beliau adalah salah seorang sufi besar yang suka mengembara untuk berburu ilmu dan kebenaran. Beliaulah pencetus paham Isyraq (Kerinduan pada Allah سبحانه و تعالى)  yang dikenal Dalam dunia tasawuf. Paham ini meyakini, bahwa Allah adalah Nurus Samawati wal Ardi (cahaya langit dan Bumi) sebagaimana disebut dalam firman Allah سبحانه و تعالى:

۞ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚمَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖالْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖالزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚنُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗيَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚوَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗوَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


Artinya: "Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lobang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu"(QS. An-Nur[24]:35).

Dari Nur Allah itulah lahir cahaya-cahaya yang lain di alam semesta dan di jagat rohaniah. Paham ini juga dikenal sebagai paham Iluminatif (pencerah), dan terpengaruh oleh paham-paham Filsafat. Karena itu Prof. Dr. Hamka menyebutnya sebagai filsafat Isyraq.

Beliau dikenal sebagai seorang pengembara yang gandrung menuntut ilmu dan berguru kepada sejumlah ulama dan pakar dalam berbagai ilmu pengetahuan. Di Marga Azarbaijan, Asia Tengah, ia belajar fiqih dan filsafat kepada Syekh Majduddin Al-Jilli, seorang fuqaha yang termasyhur kala itu. Di Isfahan, Iran, beliau belajar Mantiq (logika) kepada Ibnu Shlan As-Sawi pengarang kitab Al-Basair An-Nasiriyah. Selain itu juga tercatat belajar filsafat India, Persia dan Yunani. Menurut seorang pengikutnya, pengetahuan beliau sangat dalam dan sangat menguasai ilmu hikmah. 

Beliau merintis perjalanan sufistisnya sejak bergabung dengan para sufi dalam kehidupan asketisnya. Beberapa tahun bergelut dengan ajaran-ajaran sufi, setelah itu beliau mengembara mengunjungi sejumlah ulama dan pakar di Aleppo Damaskus, Anatolia, sampai ke Azarbaijan. Terakhir kali beliau melakukan perjalanan ke Halb, belajar tasawuf kepada sufi besar As-Syafir Iftikharuddin.

Beliau juga termasuk sufi besar yang produktif membukukan pikiran-pikirannya. Karya-karyanya yang dianggap monumental, antara lain, Hikmah al-Isyraq. Al-Muqawwamat dan Al-Mutaribat, salah satu kitab yang banyak diperbincangkan ialah Hikamh al-Isyraq. Memuat berbagai pandangannya perihal filsafat Isyraq atau Iluminatif. Karya-karyanya rata-rata terwujud dalam sebuah kitab yang tipis seperti: Hikayat An-Nur, Alwah wa Imadiyah. Partaw Nama, Fil Itikad al-Hukama, Al-Lahamat, Bustan al-Qulub sebagian besar di tulis dalam bahasa arab. Sementara karya-karyanya dalam bahasa Persia banyak dipuji sebagai karya sastra yang indah. Karya yang lain, diantaranya, Aqil Surkh, Awazi Par-I Jabarail, Al-Qissah Al-Ghurbah al-Gharbiyah, Lugati Muran, Risalah fil Hallah al-Tufuliyyah, Ruzi Ba Jamaah Sufiyan, Safir Simurg dan Risalah fi Mikraj.

Ada pula karya Risalah beliau yang bersifat Filosofis, berupa terjemahan karya Ibnu Sina, berjudul Risalah Tayr, dan komentar mengenai karya Ibnu Sina dalam bahasa Persia, Isyraf wa Tanbihat. Juga sebuah risalah berjudul Risalah fi Haqiqah al-Isyq, didasarkan pada karya Ibnu Sina berjudul Risalah fil Isyq. Ada juga karyanya yang memuat doa, dzikir, wirid, berjudul Al-Waridat wa Taqdisat.

Banyak pandangan beliau yang di ikuti para sufi, misalnya ucapannya yang terkenal, Semua yang menyenangkan anda, seperti hak milik, perabotan dan kenikmtan duniawi, dan hal-hal yang serupa itu, lemaprkanlah. Jika resep ini anda ikuti, penglihatan anda akan tercerahkan. Pandangan lain yang juga terkenal, Ketika mata batin terbuka, mata lahir harus di tutup, bibir harus di kunci, dan lima indra lahir harus dibungkam. Indra batin hendaknya mulai berfungsi, sehingga jika ia mencapai sesuatu, melakukakannya dengan jasad batin, jika mendengar, dia mendengar dengan telinga batin.

Salah satu peristiwa yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Suhrawardi ialah saat kematiannya. Ia meninggal di tiang gantungan dalam sebuah upacara pengadilan yang digelar oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, dari dinasti Bani Saljuk gara-gara ajarannya yang dianggap sesat. Di tengah kemasyhurannya sebagai seorang ulama tasawuf dan cendikiawan, pendapat-pendapatnya memang seringkali memancing kontroversi yang kerap dipermasalahkan oleh fuqoha. Seperti pandangan-pandangan Al-Hallaj maupun Junaid Al-Baghdadi, pendapat Suhrawardi sering dianggap menyimpang sehingga memancing polemik yang berkepanjangan.

Sebelum di adili, terlebih dahulu beliau dipanggil oleh pangeran Zahir bin Salahuddin Al-Ayyubi agar dapat mempertanggung jawabkan ajarannya didalam suatu forum debat terbuka yang dihadiri Teolog dan Fuqaha. Dalam debat itu, ia berhasil mempertahankan argumentasinya, sehingga pangeran Zahir pun memaafkannya, bahkan belakangan bersahabat dengannya, tapi akibatnya hal itu memancing rasa iri dan dengki.

Maka timbullah berbagai fitnah dan hasutan kepadanya. Bahkan ada yang sempat yang mengirim surat ke Sultan Shalahuddin yang memperingatkan perihal Kesesatan ajarannya. Dan celakanya lagi sang Sultan malah memerintakan Pangeran Zahir putranya, agar menghukum beliau. Zahir segera menggelar sidang untuk memutuskan hukuman baginya, keputusan pun jatuh: beliau di jatuhi hukuman pancung. Itu terjadi pada tahun 587 H / 1167 M. ketika Suhrawardi berusia 38 tahun. Mungkin karena ia korban persekongkolan politik dan keberadaan makam beliaupun tidak diketahui sampai saat ini.

Dengan adanya hukuman pancung itu membuat namanya menjadi semakin terkenal, masyarakat menggelarinya dengan sebutan Al-Maqtul (tokoh yang terbunuh). belaiu memang telah wafat dan jasadnya telah dibuang, akan tetapi ajaran dan pikiran-pikirannya yang cemerlang tetap hidup hingga kini, bahkan hingga akhir zaman.

Wallahu A'lam bishowab.

Friday, July 1, 2016

Kisah Nyata: Azab Seorang Jamaah Haji Di Tanah Suci

Kisah ini dikutip dari sebuah catatan facebook.

Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil menguruskan jemaah haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan yang pahit. Bagaimana pun, dalam banyaknya peristiwa yang saya alami, ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan. Kisah ini terjadi kepada seorang wanita yang berusia sekitar 30-an tahun pada saat saya mengurus satu rombongan haji.

Setibanya wanita tersebut dan rombongan jamaah haji di Jeddah airport kami sambut dengan sebuah bus. Rombongan jamaah haji terlihat sangat senang sebab ini adalah kali pertamanya mereka dapat menuniakan ibadah haji. Setelah itu saya membawa mereka menaiki bis untuk menuju ke Madinah.

Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua penumpang segera turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu sampai tiba pada giliran wanita tersebut.

Tanpa sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri,  setelah menginjakkan kakinya di bumi Madinah.

Sebagai orang yang diberi tanggungjawab untuk mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut. Lalu saya berkata kepada jemaah-jemaah yang lain:
“Jemaah ini sedang sakit”.

Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.

 Lalu saya berkata kepada jemaah-jemaah yang lain
“Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya … kita bawa dia ke rumah sakit”.

Tanpa membuang waktu, kami segera mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing.

Seampainya di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semua usahanya telah gagal.

Sementara itu, karena tugas untuk mengurus jemaah lainnya perlu saya lanjutkan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya tetap menghubungi rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut.

Dan saya diberi kabar bahwa dia masih tidak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga tidak sadarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu.

Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lanjut sebab rumah sakit di Jeddah lebih lengkap  dibandingkan rumah sakit Madinah.

Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadwal Haji harus dilanjutkan. Kami berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Selesai selesai, saya memutuskan untuk langsung pergi ke Jeddah.

Malangnya, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahwa wanita tersebut masih koma. Tetapi kata dokter, keadaannya masih stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.

Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak. Ketika itu saya sangat bingung, Saya lalu  bertanya kepada wanita tersebut:
“Kenapa kamu menangis?”.

Wanita tersebut lalu berkata:
“Ustazah … saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.”

Karena keheranan sayapun bertanya kepadanya:
“Kenapa anda tiba-tiba ingin bertaubat?”. 

Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Tidak lama kemudian dia mencoba untuk bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil hikmahnya oleh kita semua.

Wanita tersebut lalu berkata: 
“Ustadzah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman".

Dengan suara terbata-bata, wanita itu kembali menceritakan:
“Ustadzah … Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma , saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini".

Sambil terkejut sayapun bertanya:
“Betulkah?”.

Dengan suara terbata-bata, wanita itu berkata:
“Betul Ustadzah. Selama koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga".

Diapun melanjutkan ceritanya:
"Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata".

"Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah”.

“Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini … putus, jatuh ke dalam api neraka".

"Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali”.

Tanpa mempedulikan pasien yang lain, suster pun ikut memperhatikannya wanita itu yang terus bercerita. Menurutnya lagi:
"Setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, sepanjang masa koma itu di laluinya dengan azab yang amat pedih".

Dengan suara terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu meneruskan ceritanya:
“Hari ke hari saya disiksa. Bila rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut terlepas. Panasnya juga menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegak".

"Azab itu pedih … pedih yang amat sangat … tidak bisa saya ungkapkan. Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia betul-betul menyesal atas semua kesalahannya. Saya pun termenung, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada umat-Nya yang ingkar".

“Ustadzah … buat saya, Islam hanya nama saja, tapi saya minum alkohol, saya main judi dan segala macam dosa besar. Karena saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam".

"Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar".

"Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya".

"Setelah buah-buah duri itu habis, saya diberi makan berupa bara-bara api. Pada saat saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya rasanya seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya. Setelah memakan bara api itu, saya meminta minuman, tapi … saya dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk, saya terpaksa meminumnya sebab saya sangat merasa haus. Semua terpaksa saya lalui, tak pernah saya alami sepanjang hidup di dunia ini”.

Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Sangat terasa kebesaran Allah. diapun kembali melanjutkan ceritanya:

“Semasa diazab itu, saya merayu memohon kepada Allah supaya diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti saya memohon. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan ingkar atas perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sholat, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan”.

Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa. Kita manusia ini tak akan terlepas dari balasan-Nya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.

Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah. Sambil menangis dia lalu berkata:
“Ini bukan mimpi ustadzah. Kalau mimpi azabnya tidak akan terasa sampai sepedih ini. Saya bertaubat Ustazah, saya tak akan ulangi lagi kesalahan saya. Saya bertaubat … saya taubat Nasuha".

Sejak itu wanita tersebut benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling khusyuk.

Amal ibadahnya tak pernah berhenti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia hanya akan balik kehotelnya selepas sholat subuh.
Sayapun segera menegurnya:
“Kenapa anda melakukan ibadah sampai tidak ingat waktu. anda juga harus menjaga kesehatan. Pulanglah setelah sholat Isya, makan nasi atau istirahatlah sejenak …” 

Diapun berkata;
“Tidak apa-apa Ustazah. saya membawa buah kurma. saya memakannya disaat saya merasa lapar.” Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia ingin membayar sholat yang ditinggalkannya dahulu".

Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaannya, saya takut karena ibadah dan tekanan perasaan yang berlebihan hingga dia akan jatuh sakit. Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadah berlebihan hingga mengabaikan kesehatannya.

Diapun kembali berkata;
“Tidak boleh Ustadzah. Saya takut … saya sudah merasakan pedihnya azab Tuhan. Ustazah tidak merasa, Ustazah tidak mengetahui rasanya. Kalau Ustadzah sudah merasakan azab itu, Ustdazah juga akan menjadi seperti saya. Saya betul- betul bertaubat”.

Dia juga berpesan kepada saya, katanya: 
“Ustazah, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustazah ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab. Cukuplah saya saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau ada wanita lain yang merasakan hal seperti yang saya sudah rasakan. Semasa diazab, saya melihat larangan-larangan Allah, salah satunya adalah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada lelaki yang bukan mahromnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau ada 10 lelaki yang bukan mahrom melihat sehelai rambut saya ini, maka saya mendapatkan 10 dosa”.

“Tapi Ustazah, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang melihat rambut saya, itu berarti beribu-ribu dosa yang saya dapat. Saya berniat, sepulang saya dari haji ini, saya minta tolong dari ustazah supaya mau mengajarkan suami saya sholat, puasa, mengaji, dan mengerjakan semua ibadah. Saya ingin mengajak suami pergi haji. Seperti saya, suami saya itu Islam pada nama saja. Tapi itu semua adalah kesalahan saya. Saya sudah membawa dia masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayalah yang menjadi seperti orang yang bukan Islam”.

Sejak kembali dari haji itu, saya tidak mendegar cerita tentang wanita tersebut. Bagaimana pun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab semasa koma? Tidak. Saya percaya jika dia berkata benar. 

Rasulullah ﷺ mengingatkan pada kita tentang lima perkara sebelum datangnya lima perkara, dalam hadistnya. Dalam suatu riwayat dari Ibnu ‘Abbas,Rasulullah ﷺ bersabda,

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
  • Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
  • Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
  • Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
  • Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
  • Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim).



Wallahu A'lam Bishowab.

Bukti Cinta Rasulullah ﷺ Kepada Umatnya.

Habib Ali Abdurrahmah Alhabsy pernah memgatakan:
Seandainya engkau mengetahui  betapa cinta dan  kasihnya Baginda Nabi Muhammad Saw kepada umatnya, niscaya engkau akan berziarah ke madinah sekalipun engkau berjalan dengan merangkak atau menggunakan kedua kelopak matamu....

Ketika sakaratul maut Rasulullah  masih ingat dengan engkau umatnya, sedang kegembiraan yang sedikit telah melupakan mu kepada Rasulullah .... Dan inikah yang dinamakan cinta kepada Rasulullah ..?.

Basahilah lisanmu dengan memperbanyak sholawat pada sang kekasih (Nabiyyuna wa Maulana )Nabi Muhamad )....

Pagi itu Rasulullah  dengan suara terbata-bata berkutbah:
" Wahai umat ku. kita semua dalam kekuasaan Allah سبحانه و تعالى dan cinta kasih-Nya, maka taat dan bertaqwla kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara kepada kalian, Al Qur'an dan Sunnahku. Siapa yang mencintai Sunnahku, berarti mencintaiku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk surga bersama-sama aku".

Kutbah singkat itu di akhiri dengan pandangan mata Rasulullah  yang tenang dan penuh harap menatap satu persatu para sahabatnya. Abu bakar  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  menatap mata Rasulullah  dengan berkaca-kaca. Umar  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه menahan nafas dan tangisnya. Ustman  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  menghela nafas panjang. Ali  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  hanya menundukkan kepala.

Isyarat itu telah datang, saatnya telah tiba, Lalu  dalam hati para sahabat mengatakan:
 "Rasulullah  akan meninggalkan kita semua". 

Manusia tercinta itu telah selesai menunaikan tugasnya yang mulia didunia. Tanda-tanda itupun bertambah kuat. Tat kala Ali  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  dengan cekatan memeluk Rasulullah  yang lemah dan lunglai ketika turun dari mimbar.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah  masih tertutup. Di dalamnya Rasulullah  terbaring lemah dengan kening berkeringat membasahi pelepah kurma alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar salam, yang bertanya
"bolehkah saya masuk?".

Fatimah رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  tak mengijinkan masuk lalu berkata:
"Maafkan ayahku sedang demam".

Fatimah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya:
"Siapakah itu wahai anakku?".

Dengan lembut  Fatimah رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه bertutur;
"Aku Tak tahu ayahanda, sepertinya baru kali ini aku melihatnya".

Rasulullah  menatap putrinya dengan pandangan yang mengetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah putrinya hendak di kenangnya.

Lalu Rasulullah  berkata:
" Ketahuilah. Dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara. Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah malaikul maut" .

Fatimahpun menahan ledakan tangisnya. Ketika malaikat maut datang mendekat, Rasulullah  menanyakan kenapa jibril عليه السلام  tidak menyertainya. Kemudian di panggilah jibril عليه السلام  yang sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah سبحانه و تعالى ini. 

Dengan suara yang teramat lemah Rasulullah ﷺ lalu bertanya:
"Duhai Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah سبحانه و تعالى ".

Jibril  عليه السلام  menjawab: 
"Pintu-pintu langit telah terbuka. para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu" .

Ternyata itu tidak membuat Rasulullah  lega. Matanya masih penuh gambaran kecemasan. lalu Jibril  عليه السلام melanjutkan perkataanya:
"Engkau tidak akan senang mendengar kabar ini?".

Rasulullah ﷺ lalu bertanya:
" Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?".

Jibril  عليه السلام  lalu menjawab:
"Jangan khawatir ya Muhamad, aku pernah mendengar Allah سبحانه و تعالى berfirman kepada ku, Ku haramkan surga bagi siapa saja, kecuali umatmu telah berada di dalamnya".

Detik-detik semakin dekat. Saatnya Izrail عليه السلام menunaikan tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah ﷺ di tarik. Nampak sekujur tubuh Rasulullah ﷺ bersimbah peluh, urat-urat lehernyapun menegang. Lalu Rasulullah  berkata:
"Ya Jibril, betapa dahsyatnya sakaratul maut ini".

Fatimah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه terpejam. Ali  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  yang berada di sampingnya menunduk semakin dalam. Jibril عليه السلام memalingkan muka.

Lalu Rasulullah ﷺ  bertanya kepada malaikat pengantar wahyu itu:
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" .

Lalu Jibril  عليه السلام  menjawab:
"Siapa yang sanggup melihat kekasih Allah سبحانه و تعالى di renggut ajal"

Kemudian terdengar Rasulullah  memekik karena sakit yang tak tertahankan lalu berdoa:
 "Ya Allah, Alangkah dahsyatnya  maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan engkau timpakan pada umatku".

Badan Rasulullah  mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  segera mendekatkan telinganya:
"Uushikum bis shalati, wa maa malakat aymanukum". 
Yang artinya:
"Peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah diantara kamu".

Di luar pintu tangispun mulai terdengar membahana. Para sahabat saling berpelukan. Fatimah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه menutupkan tangan di wajahnya. Dan Ali  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  kembali mendekatkan telinga di bibir Rasulullah ﷺ  yang mulai kebiruan, " Ummatii..., ummatii...., ummatii...,"

Berakhirlah hidup manusia mulia yang membawa agama rahmatan lil alamin itu.

آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ
Wallahu A'lam Bishowab.

Thursday, June 30, 2016

Jawaban Dari Pertanyaan Kita.

Terkadang banyak orang  sering bertanya tanya kenapa, kenapa dan kenapa???. 

Kenapa begini ya! Kenapa begitu ya!. 
Ataupun sering bilang kok begini ya! Kok begitu ya! 


Jangan bingung ataupun bimbang. Don't worry be happy kalo kata orang inggris disana. Sebagai tanda kasih sayang-Nya, اللّهِ  سبحانه و تعالى  telah memberikan jawaban dan petunjuk jauh sebelum kita dilahirkan kedunia ini. Segala pertanyaan itu sudah dijawab oleh firman اللّهِ  سبحانه و تعالى.  Jika ada orang yang bertanya "mengapa kita selalu diuji?".  Mari kita perhatikan bersama-sama jawabannya telah dijawab oleh اللّهِ  سبحانه و تعالى dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai  berikut: 

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖفَلَيَعْلَمَنَّ الَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Yang artinya: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?.  Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta". (Al-Ankabut [29]: 2-3).

Bagi anda yang dipenuhi dengan rasa kekecewaan karena tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, pastinya akan  bertanya "Mengapa kita tidak dapat apa yg kita inginkan?". Ada baiknya jika kita lihat firman-Nya yang berbunyi sebagai  berikut: 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖوَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖوَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗوَالَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Yang artinya: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".(QS. Al-Baqarah [2] : 216).


Sewaktu kita sedang menerima ataupun dalam cobaan yang berat, banyak dari kita  yang mengeluhkan  "Mengapa ujian yang kita hadapi seberat ini?". Agar kita bisa move on dan coba simak Firman اللّهِ  سبحانه و تعالى berikut ini
لَا يُكَلِّفُ الَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚلَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗرَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚرَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚرَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖوَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚأَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ


Yang artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):" Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".(QS. Al-Baqarah [2] : 286).


"Lalu, jika kita sedang bersedih. kita harus Bagaimana?".  
Mari kita perhatikan bersama-sama firman اللّهِ  سبحانه و تعالى  yang berbunyi sebagai  berikut: 
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Yang artinya: "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman".(QS.Ali Imran [3]: 139).


Ketika kita putus asa dalam menghadapi cobaan sering kita mengeluh "Tapi kadang kita tidak sanggup  lagi menerima semua ini!". Mari kita perhatikan bersama-sama jawabannya telah dijawab oleh اللّهِ  سبحانه و تعالى dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai  berikut: 
  أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ.  وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ. الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ. وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ. فَإِنَّمَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا فَإِذَا فَرَغْتَ  فَانْصَبْ. وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَ

Yang artinya: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,Yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".(QS.AL-Insyiraah[94]:1-8).


Bagi anda yang bingung dengan hidup dan bertanya "bagaimana cara kita menjalani hidup?". Mari kita simak firman Allah SWT  yang berbunyi sebagai  berikut: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung". (QS. Ali Imran [3] : 200).

Dalam firman اللّهِ  سبحانه و تعالى  yang lainnya juga dijelaskan:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚوَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Yang artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu". (QS. Al-Baqarah [2] : 45). 

Jangan pernahkan mengharapkan sesuatu kepada mahluk, lalu ada yang bertanya "Jadi pada siapa kita harus berharap?". Mari kita perhatikan bersama-sama jawabannya telah dijawab oleh اللّهِ  سبحانه و تعالى dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai  berikut: 
   فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖوَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Yang artinya: "Maka katakanlah:" Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki arasy yang agung".( At-Taubah [9] : 129).


Dalam firman اللّهِ  سبحانه و تعالى yang lainnya juga dijelaskan:

   وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَ

Yang artinya: "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". (QS. Al-Insyiraah [94]: 8).


"Lantas balasan  apa yang kita dapat dari semua ini?".  Mari kita perhatikan bersama-sama jawabannya telah dijawab oleh اللّهِ  سبحانه و تعالى dalam firman-Nya yang berbunyi sebagai  berikut:  

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚلِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَأَرْضُ الَّهِ وَاسِعَةٌ ۗإِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Yang artinya: Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". (QS. Az Zumar [39]: 10).

Dalam firman اللّهِ  سبحانه و تعالى yang lainnya juga dijelaskan:
۞ إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚيُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖوَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚوَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚفَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚوَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Yang artinya: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar". (QS. At-Taubah [9]: 111). 


Semogaاللّهِ  سبحانه و تعالى selalu memberikan kita petunjuk, ketetapan hati, dijauhkan dari segala keraguan.  

Wallahu A'lam bishowab.

Monday, June 27, 2016

Budak Itu Ternyata Seorang Wali Mastur.

Disadur dari kitab Mukasayafat Al-Qulub karya Imam Al Ghazali. Alkisah, ada seorang bangsawan yang sedang berjalan jalan di pasar budak. Lalu pandangannya tertarik dengan seorang budak yang memiliki tubuh kekar dan kuat. Lalu ia mendekati  budak itu dan berkata:
“Maukah kau bekerja untukku? Aku lihat kau mempunyai keterampilan yang aku butuhkan”. 

Dengan tenang budak itu menjawab:
“ Aku akan bekerja untuk siapapun dengan dua syarat”.

Karena penasaran iapun bertanya:
 “Apa itu syaratmu anak muda?”. 

Dengan santun budak itu menjawab:
“Syaratku yang pertama adalah, aku hanya mau bekerja siang hari, jangan suruh aku bekerja malam hari dan kedua, aku tidak mau tinggal satu rumah denganmu, beri aku tempat tinggal yang lain”.

Mendengar hal ini, timbul rasa penasaran di hatinya, ia pun berniat untuk mempekerjakan budak itu, apalagi si budak memenuhi kriterianya.

Singkat cerita ditebuslah mahar untuk menebus budak itu dan dibawalah budak itu ke rumah bangsawan tersebut. Budak tersebut diizinkan untuk tinggal di sebuah gubuk di sebelah rumah mewahnya. Lalu dimulailah hari-hari sang budak bekerja untuknya sebgai majikan barunya. Segala sesuatu berjalan lancar seperti yang diharapkannya. Si budak bekerja di siang hari menjalankan semua tugas-tugasnya dan  iapun sangat puas dengan hasil keja budak tersebut. Ingin rasanya ia sebagai majikannya itu memintanya agar dapat bekerja di malam hari, walaupun hanya untuk melakukan pekerjaan ringan saja, tetapi ia teringat akan syarat pertama si budak. Dan ia merasa berkecukupan dengan hasil kerja budak itu pada siang hari.

Hingga pada suatu saat ketika istrinya merasa ingin memberi hadiah atas kerja keras budak itu. Tapi tanpa sepengetahuannya, pada waktu malam hari istrinya itu membawakan sesuatu buat si budak sebgai hadiah nutuknya. Ia menyelinap masuk ke dalam gubuk. Ia terkejut manakala menemukan budak itu telungkup sujud. Di atasnya bergayut lingkaran putih bercahaya.

Melihat ini, istrinya segera berlari menemuinya dan berkata;
“Wahai suamiku, sesungguhnya budak itu adalah seorang wali Allah !”. 

Dengan segera mereka bergegas untuk menemui budak tersebut.Tapi apa jawab budak itu ketika bertemu mereka ? Dengan  singkat Ia hanya menjawab: 
“Bukankah sudah aku minta agar kalian tidak menggangguku di malam hari ?”.
 
Lalu ia menengadahkan tangannya ke langit seraya lalu dia berdoa: 
“Wahai pemilik rahasia, sesungguhnya rahasia ini sudah terungkap, maka tak kuinginkan lagi hidup ini setelah rahasia ini tersingkap”. 

Tak lama setelah membacakan syair ini, si budak pun sujud dan menghembuskan nafasnya yang terakhir, meninggalkan suami istri itu dalam keheranan.

Wallahu A'lam Bishowab.