Hikayat ini telah dikisahkan oleh Syaikh Zakariya bin ‘Umar Bagharib Singapore, seorang putra dari Syaikh ‘Umar bin Abdullah Bagharib, seorang mursyid Tariqah Qadiriyah di Singapore.
Syaikh Zakariya Bagharib pernah bercerita bahwa suatu saat di masa hidup Ghawtsul A’zham Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailaniy (sang Sulthanul Awliya’) tengah berada di lingkungan Masjidil Haram. ketika Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailaniy sedang berada di sana, Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailaniy di hinggapi rasa takjub yang sangat mendalam ketika mendapati seorang wanita yang tengah melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah dengan hanya menggunakan satu kakinya saja. Akhirnya Saikh ‘Abdul Qadir al-Jailaniy memiliki firasat dan faham sekali jika wanita tersebut bukanlah wanita biasa, melainkan seorang Wali. Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailaniy lalu mencoba mencari tahu maqam atau kedudukan wali sang Wanita tersebut.
Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailaniy pun mencobanya mulai dari ke maqam pertama (maqam Wali paling‘rendah’), tak dijumpainya ruuhaniyyah wanita itu. Lalu begitu juga ketika beranjak Ke maqam kedua, tak ada juga. Maqam ke 3, Maqam ke4, dan seterusnya tak ada juga didapatinya. Hingga sampai mendekati maqam Ghawtsiyyah beliau sendiri, tak juga ada. Akhirnya, Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailaniy menyerah juga, lalu Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailaniy bermunajat ke Hadirat Allah SWT yang kira-kira secara bahasa dapat diartikan sebagai berikut:
“Yaa Allah, siapakah wanita ini yang tak dapat kulihat maqam wilayahnya?” (Sedangkan Syaikh Abdul Qadir Jailani terkenal dengan ucapannya ‘Kakiku berada di leher para Awliya”).
Lalu tiba-tiba ada suara yang berkata:
“Yaa, ‘Abdal Qadir, ikutilah wanita itu bila engkau ingin mengetahui maqam wilayahnya”.
Tanpa berpikir panjang Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailaniy pun lalu segera membuntuti wali wanita tersebut, hingga akhirnya Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailaniy mendapati bahwa ternyata, kaki wanita tersebut tidaklah buntung. Yang sebenarnya terjadi adalah, jika wanita tersebut sebenarnya tengah menyusui anaknya. Lalu karena kekenyangan anaknyapun tertidur di pangkuan kakinya. Dan dengan karamahnya sang Waliyyah ini segera ‘memutus’ sementara satu kakinya dengan harapan agar anaknya tidak terbangun dari tidurnya, lalu wanita tersebut pun bersegera menuju Masjidil Haram untuk berthawaf dengan hanya menggunakan satu kaki. Dan ketika kembali ke anaknya yang masih terlelap dalam tidur, wanita teresebut pun menyambungkan kembali kakinya tadi.
Subhanallah. Itulah wilayah seorang wanita yang dicapai melalui kasih sayang keibuannya. Mawlana Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil Al-Haqqani pun sering menyebutkan betapa dekat seorang wanita dengan darajah Wali… lewat keibuannya. Sayangnya, banyak wanita di zaman ini, termasuk dari kalangan Muslimah meninggalkan keibuannya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman.
Dan sungguh ternyata kita tidak pernah tahu berapa dan betapa banyak hamba-hamba Allah yang Allah SWT sembunyikan dalam kubah wilayah-Nya.
Menuru Mawlana Syaikh Husayn ‘Ali ar-Rabbani , Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani memegang maqam Ghawtsiyyah selama 3 tahun. Sebelum beliau adalah Mawlana Syaikh Yusuf Al-Hammadaniy, dan setelah beliau adalah Mawlana Syaikh ‘Abdul Khaliq Al-Ghujdawani. Maqam Ghawtsiyyah adalam maqam tertinggi wilayah, sebagai representasi Rasulullah Muhammad s ﷺ.
Wallahu Alam Bishowab.
No comments:
Post a Comment