Tuesday, April 4, 2017

Wali Allah Itu Seorang Wanita.

Di negeri Yaman ada seorang wali wanita yang bernama Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi. Nama lengkap Beliau adalah  Sulthonah binti ‘Ali az-Zabidiah yang berasal dari keluarga az-Zabidi dan merupakan  bagian dari kabilah Bani Haritsah al-Kindiah. Ada juga riwayat lain yang mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari kabilah Bani Madzhji. Kabilah al-Kindiah ini adalah merupakan kaum badwi yang terkenal dengan senjata, kekuatan dan keberanian. Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi dilahirkan di perkampungan al-Urro,yaitu dataran yang membentang dari sebelah timur kampung Maryamah hingga ujung Hauthoh yang sekarang dikenal dengan nama Hautoh. Pekerjaan Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi hanya bersholawat kepada Rasulullah . Karena cintanya yang begitu besar kepada Rasulullah  .

Pada suatu waktu Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi mendengarkan sebuah suara ghaib, yang mengatakan bahwa jika saja Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi meminta apapun, pasti  akan dikabulkan. Namun karenanya Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi sebagai seorang ahli tasyawuf yang pastinya juga memiliki mursyid, oleh karenanya Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi tidak langsung mengucapkan permintaannya. Akan tetapi Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi lebih memilih untuk  menemui Mursyid Beliau dari keluarga Baqushair, dan menanyakan kepada Mursyid Beliau:

“Apakah ada di dunia ini ada maqam kewalian yang tidak ada lagi maqam sesudahnya??”.

Mursyid Beliau menjawab : 

“Ada, yaitu bertemu secara jaga dengan Rasulullah ”.

Singkat cerita, lalu Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi meminta agar dadipertemukan secara jaga dengan Rasulullah . Seketika itu juga Rasulullah ﷺ ada di hadapan Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi.

Setelah peristiwa ini semasa hidupnya,  banyak orang-orang yang titip salam kepada Rasulullah ﷺ melalui perantaan Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi, bahkan Rasulullah ﷺ juga titip menasihati kepada Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi untuk orang-orang sekitar Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi.

Bahkan Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi berani menjamin syurga bila orang-orang berziarah ke tempat beliau pada hari Senin akhir bulan, dikarenakan saat itu Rasulullah  hadir dit empat beliau.

Begitu tingginya maqam kewalian Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi, sehingga Beliau mengetahui maqam kewalian orang-orang disekitarnya, kecuali dua orang, yakni Habib Abdurrahman as-Syegaf bin Muhammad Mawla Dawilah  dan anak beliau Habib Abu Bakar as-Sakran. Dua orang Habib yang hidup sezaman dengan beliau.

Maqam Habib Abdurrahman as-Syegaf bin Muhammad Mawla Dawilah dan anak beliau Habib Abu Bakar as-Sakran tidak diketahui dan dijangkau oleh Syeikhah Sulthonah karena begitu tingginya.

Setiap kali Syeikhah Sulthonah mau mengejar maqam mereka, maka maqam mereka melesat begitu cepat dan jauhnya ke atas.

Kata Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi lagi, beliau sudah mengetahui siapa saja di antara wali-wali yang berkunjung kepada Beliau, kecuali 2 orang, yakni Habib Abdurrahman as-Syegaf bin Muhammad Mawla Dawilah dan  habib Abu Bakar as-Sakran, karena hanya mereka bwedua yang bisa langsung ada di hadapan Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi secara tiba-tiba tanpa diketahui oleh Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi.

Hanya saja, kata Syeikhah Sulthonah Az-Zabidi, bila Habib Abu Bakar as-Sakran mau bertemu, ada suara ghaib dr langit yang mengatakan :

”Telah datang seorang sulthon anak seorang sulthon”. 

Ya, karena Habib Abu Bakar adalah seorang Sulthonul Awliya, dan ayah Beliau pun seorang sulthonul Awliya.

Demikianlah bagaimana maqam seorang auliya yang bertemu secara langsung dengan Rasulullah. Begitu tingginya dan begitu mulianya.

Bagaimana  dengan para sahabat Rasulullah  (r.anhum ajmaiin), mereka bertemu secara langsung dengan Rasulullah  dengan kondisi rasulullah   masih hidup, sedangkan para wali sesudahnya bertemu dengan rasulullah  yang sudah mangkat.

Sungguh bertemu dengan rasulullah  secara jaga melebihi nikmat syurga sekalipun. Para sahabat sudah mendapatkan syurga firdaus sebelum memasukinya.

Rasulullah telah bersabda:

"Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku! Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, seandainya seseorang menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka ia tidak akan dapat menandingi satu mud atau setengahnya dari apa yang telah diinfakkan para sahabatku.’” ( HR. Muslim ).

Alangkah ruginya orang-orang yang berakhlak buruk kepada para sahabat Rasulullah  .

Wallahu A'lam Bishowab.

No comments: