Begitulah judul sebuah cerita yang dikisahkan dalam Kitab Al-Khaufu min Sū’il Khātimah. oleh Syaikh Mahmud al-Mishri. Sesuai dengan dengan judulnya Kitab Al-Khaufu min Sū’il Khātimah pastinya bebicara mengenai su’ul khatimah mulai dari sebab, cara menghindari dan contoh nyata mereka yang mati dalam keadaan su’ul khatimah.
Di antara kisah tersebut adalah kisah wafatnya seorang ayah yang sangat kaya raya dan memiliki banyak harta, kisahnya adalah sebagai berikut:
Kemudian mereka bersegera untuk mengurus jenazah sang ayah, memandikan, mengkafani, menshalatkan serta membawanya menuju pemakaman. Setelah mereka menguburkannya, tiba-tiba salah seorang anaknya meminta izin kepada saudaranya yang lain untuk kembali masuk ke makam dengan dalih untuk mengecek dan memastikan apakah sudah benar posisi jenazah almarhum ayahnya, dan apakah sudah menghadap kiblat, kemudian mereka mengizinkannya, maka turunlah anak tersebut ke dalam makam almarhum ayahnnya.
Peristiwa ini yang tadinya adalah peristiwa biasa saja menjadi aneh dan luar biasa. Karena sudah lebih dari lima belas menit namun anak tersebut tidak juga keluar dari makam ayahnya, merekapun semakin gelisah, akhirnya salah seorang dari sanak saudara tersebut turun untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, dengan keadaan kaget ia melihat ternyata saudaranya telah terbaring menjadi mayit di samping jenazah ayahnya, ya, sang anak juga telah meninggal.
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Innalillaahi wa inna ilayhi raaji’uun
(“Kita ini milik Allah, dan kepadaNya kita kembali”)
Bukan hanya sekedar itu, tapi ada hal yang lebih aneh lagi, ternyata sebelum saudaranya meninggal dunia tanpa sepengetahuan saudaranya yang lain dia telah melepaskan kain kafan ayahnya, kemudian mengeluarkan tangan sang ayah dari dalam kafan lalu ia mencuri sidik jari ayahnya yang akan ia gunakan untuk menjual aset milik sang ayah.
Sungguh menyedihkan...! Sang anak telah mempersiapkan tinta dan dokumen yang ia selipkan di sakunya, kemudian ia masuk ke dalam kuburan untuk mencuri sidik jari ayahnya, namun apa yang terjadi? Ketika ia dalam keadaan senang karena telah mendapatkan sidik jari tiba-tiba malaikat maut datang mencabut nyawanya dalam keadaan ia sedang bermaksiat kepada Allah.
Sungguh, sang ayah pasti merasakan kesedihan yang sangat mendalam atas apa yang dilakukan oleh anaknya tersebut, ayahnya yang sedang mengharapkan curahan doa dari anak-anaknya namun ternyata tindakan keji yang jauh dari kata anak yang sholeh telah dilakukan sang anak.
Padahal Rasulullah bersabda.
“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh”. (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi)
Dari kisah di atas, kita dapat mengambil banyak pelajaran, di antaranya adalah bahwa maut tidak mengenal usia dan tempat. Bahkan di puncak kebugaran sekalipun jika memang telah sampai ajalnya maka tak ada yang bisa menunda.
Perbanyaklah amal shalih, ikhlaskan niat karena Allah, selalu berdoa kepada Allah agar diberikan husnul khatimah, karena hal yang paling menyedihkan adalah ketika lisan dan hati mengkhianati kita saat sakaratul maut, sehingga di akhir hayat tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid namun justru mengeluarkan kata-kata kufur.
Wallahu Alam Bishowab.
No comments:
Post a Comment