Pasar, merupakan sebuah tempat yang sangat penting dan selalu di kunjungi kerana di dalamnya terdapat barang-barang untuk keperluan hidup kita sehari-hari.
Pasar di kota Tarim, sangat berbeda suasananya dengan pasar-pasar yang ada pada umumnya, karena Pasar Kota Tarim di dalamnya tidak ada ikhtilat: ( campurnya laki-laki dan perempuan ). Karena di kota Tarim orang laki-lakilah yang pergi ke pasar untuk memenuhi keperluan dapur.
Marilah kita bayangkan jika kaum laki-laki yang pergi ke pasar untuk memenuhi keperluan dapur pastilah pasar kota Tarim sangat beruntung karena di datangi oleh para Wali dan Ahli Ilmu. Dimana saja mereka ada maka tempat itu akan menjadi indah dan menjadi tempat yang harum dengan semerbak wewangian yang terpancar dari cahaya ilmu.
Mereka adalah sekelompok kaum yang dipenuhi perangai yang mulia di mana saja mereka menginjakkan kaki, maka akan membekas dari tempat pinjakkan tersebut wewangian ilmu yang harum yang membuat hati sejuk dan tenteram bagi para penciumnya.
Inilah salah satu yang membuat perbedaan pasar kota Tarim dengan pasar-pasar lainnya.
Di sebutkan bahwa Sayidina Al-Imam Faqihil Muqoddam Muhamad selalu pergi ke pasar untuk membeli ikan yang akan di masak oleh Hababah Zaenab. Begitu juga para Habaib yang lain, selalu pergi ke pasar untuk memenuhi keperluan keluarga juga memberikan ilmu mereka di pasar.
Diantaranya juga adalah Al-Habib Abdullah Ba'alawi sebagian lahan di pasar Tarim sampai terkenal dengan sebutan سوق عبد الله باعلوي “ Pasar Abdullah Ba'alawi” sebab beliau banyak mewaqafkan barang-barang yang sangat bermanfaat bagi para pedagang di pasar di antaranya timbangan besar dari besi dan lain-lainnya.
Di Pasar Abdullah Ba'alawi juga ada sebuah ke'ajaiban yaitu siapa yang masuk Pasar Ba’alawi maka akan selamat dari sengatan binatang yang ada di lokasi tersebut padahal tak jarang di jumpai kalajengking dan binatang-binatang yang menyengat lainnya tetapi dengan berkat karomah Habib Abdullah Ba'alawi mereka merasa aman dan bisa bersahabat dengan binatang yang menyengat tersebut.
Kehadiran sholihin di pasar memberikan kemanfaatan serta keajaiban yang sangat menakjubkan, sehingga Pasar Kota Tarim bagaikan Pesantren yang di dalamnya penuh dengan ilmu. Di pasar Kota Tarim Sunnah-Sunnah jual beli sangat di tegakkan, ini adalah dengan berkat para sholihin yang selalu menebarkan ilmu di dalamnya.
Al-Habib Abdul Qodir Jailani Al-Masyhur, beliau sering pergi ke pasar untuk membuka majlis ilmu di pasar kerana di pasar tersebut banyakorang-orang gunung yang turun untuk menjual barang milik mereka, memanfaatkan kesempatan ini beliau Al-Habib Abdul Qodir Jailani Al-Masyhurmembuka pelajaran kitab Al-Minhaj karangan Imam Nawawi.
(Masya Allah...Di pondok-pondok saja jarang sekali di kaji kitab sebesar Minhaj kecuali jika sudah menjadi santri tahunan di pondok. Ini Pasar Tarim mengkaji kitab Minhaj ). Tak jarang masyarakat Kota Tarim berbondong-bondong berangkat ke pasar hanya ingin hadir majlis ilmu yang ada di pasar.
Keadaan yang begitu istimewa inilah yang membuat terlahirnya para Wali, yang mana Al-Habib Hasa Bin abdullah As-Syatiri mengatakan :
“ Sampai sekarang masih ada 200 Wali di Pasar Kota Tarim ”.
Jika di pasarnya ada 200 wali lalu bagaimana di dalam masjid-masjidnya...? Padahal di sebutkan dalam Hadist bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
أحب البلاد إلى الله مساجدها و أبغض البلاد إلى الله أسواقها
“ Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya. ” (HR. Muslim).
Dalam hadist lain Rasulullah ﷺ bersabda:
خير البقاع المساجد و شر البقاع الأسواق
“ Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburuk-buruk tempat adalah pasar " (HR. At-Thabarani dan al-Hakim.
Keimanan mereka merubah pasar menjadi sebuah tempat untuk menambah ilmu dan menambah pahala serta mengangkat derajat mereka.
Mereka adalah orang-orang yang di puji oleh Allah SWT dalam al-Qur’an
رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ، لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“ Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual-beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah kurnia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS an-Nuur:37-38).
Keadaan Pasar Kota Tarim tersebut sama seperti perkataan sayidina Ali bin Abi Thalib.
سُوقُ المُسلِمِين كَمُصَلَّى المُسلِمِين ،
"Pasarnya orang muslim itu laksana tepat ibadah kerana di dalamnya adalah tempat turunnya Rahmat".
Selain kumpulan ilmu juga di Pasar Kota Tarim bagaikan masjid yang selalu makmur dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka para pedagang di Kota Tarim jika pembeli tak kunjung datang, mereka manfaatkan untuk mengaji Al-Qur’an.
Al-Habib Ali Masyhur ( kakak dari Habib Umar bin Hafidz ) berkata:
“Aku masih mendapati Pasar Kota Tarim jika tidak ada pembeli mereka menanti dengan membaca Al-Qur’an".
Ada juga yang saling bermusyawarah ilmu fiqih, ketika pembeli tiba mereka tutup kitab mereka sejenak kemudian mereka lanjutkan lagi.
Lantunan dzikir selalu terdengar di Pasar Kota Tarim, sebagian para Habaib datang ke pasar hanya ingin mengamalkan sunnah dari doa masuk pasar kerana pahala yang Allah Swt janjikan sehingga mereka masuk pasar dan mengangkat suara seraya berkata :
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.
“ Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahulmulku walahulhamdu, yuhyii wa yumiitu wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khaiir, wa huwa ‘ala kulli syai’in qodiir.”
Siapa orang yang membacanya, Allah mencatat untuknya satu juta kebaikan, menghapus darinya satu juta keburukan dan meninggikan untuknya satu juta derajat.” (HR. At-Tirmidzi 5/291, Al-Hakim 1/538 dan Ibnu Majah 2235.
Arti doa tersebut:
(Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bag-iNya segala pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dia-lah Yang Hidup, tidak akan mati. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dan Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.)
Setelah membaca doa ini 3X kemudian mereka kembali pulang…
Pernah Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir ketika beliau masih kecil ketika melihat di pasar ada orang menjual daging unta yang mana jika ada penjual daging mereka memotongnya di pasar agar dagingnya segar sehingga laku keras, mendengar ada orang menjual daging unta yang akan menyembelih untanya maka Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir yang pada saat itu masih sangat kecil, sangat ingin tau penyembelihan unta sehingga ia berangkat ke pasar dengan diam-diam tanpa pengetahuan sang bibi. Ketika sampai di pasar banyak sekali kerumunan orang yang menyaksikan penyembelihan itu. Karena sangat jarang sekali, Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir kecil menyusup dan menorobos masuk ke depan untuk melihat lebih jelas, sesampainya di depan iapun duduk dengan manis dan melihat orang yang mulai memotong daging unta tersebut. Ketika tukang sembelih unta itu melihat Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir kecil, terlintas di benak sang penyembelih, tak pantas anak orang terhormat dan keluarga ahli ilmu berkeliaran di pasar…, Maka sang pemotong unta mengambil sedikit daging dan membungkusnya kemudian menghampiri Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir , dan berkata :
“ Berikan ini pada bibimu…! ”
Dengan sangat gembira sang anak lari kembali dan memberikan bingkisan daging pada sang bibi, melihat bungkusan itu sang bibi berkata :
” Terima kasih wahai tukang potong daging.. ini adalah bukti bahwa kau telah keluar batas rumah dan pergi ke pasar tanpa izin, ini bukanlah daging tapi ini adalah surat bahwa kau ke pasar".
Maka sang bibi memberikan pelajaran pada sang bocah…
Orang pasar pun ikut mendidik anak-anak dan generasi muda…
Mudah-mudahan kita bisa ziarah ke Kota Tarim, serta menginjakkan kaki kita di Kota Para Wali...Aamiin.
Wallahu a'lam bishowab.