Sunday, December 24, 2017

Air Bekas Memandikan Jasad Rasulullah ﷺ

Sekitar tahun 90-an, diadakan sebuah Muktamar Tingkat Dunia yang diselenggarakan di Mesir, muncul pertanyaan dari Syeikh Mutawwali Asy-Sya'rawi tentang kemanakah perginya air bekas memandikan jasad Rasulullah .

Semua peserta Muktamar yang merupakan para ulama perwakilan dari berbagai negara itu tak ada yang mampu menjawab.Karena pertanyaan tersebut menarik dan belum pernah dibahas dalam sejarah Islam sebelumnya, maka sang pimpinan Muktamar meminta waktu untuk mencari jawaban tersebut.
Beliau berkata bahwa besok beliau akan menemukan jawabannya. Sepulangnya dari Muktamar, sang pimpinan langsung masuk ke perpustakaan dan membuka seluruh kitab yang ada guna mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.Namun setelah semua kitab dibuka, tak ada satupun kalimat yang membahas pertanyaan tersebut.

Karena kelelahan, akhirnya beliau tertidur.Saat tidur itulah beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ yang sedang bersama seorang pembawa lentera. Bak pucuk dicinta ulam pun tiba, beliau menggunakan kesempatantersebut untuk meminta jawaban yang dicarinya langsung kepada Rasulullah ﷺ. 

Lalu Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar beliau bertanya kepada pemegang lentera disampingnya:

"Tanyalah kepada Shohibul Qindil (Lentera)".

Shohibul Qindil menjawab :
"Air tersebut naik ke langit dan turun kembali ke bumi bersama hujan. Setiap tanah yang dijatuhi air tersebut, maka di kemudian hari akan didirikan sebuah masjid".

Keesokan harinya, berdirilah sang pemimpin Muktamar untuk memberikan jawaban tentang perginya air bekas memandikan jasad Rasulullah ﷺ. Semua yang hadir terkagum-kagum. Lalu Syeikh Mutawwali yang mengajukan pertanyaan tersebut, bertanya lagi:
"Darimana engkau mengetahuinya?".

Sang pimpinan Muktamar menjawab :
"Dari seseorang yang saat itu sedang bersama Rasulullah ﷺ dalam mimpiku semalam".

Syeikh Mutawwali bertanya lagi :
"Apakah ia membawa Qindil?".

Pimpinan muktamar lalu bertanya:
"Bagaimana engkau bisa mengetahuinya?".

Syeikh Mutawwali  berkata;
."Karena akulah Shohibul Qindil tersebut".

Kisah ini amatlah masyhur di kalangan ulama,terlebih di Mesir. Sekalipun banyak saksi mata yang menyaksikan langsung peristiwa ini, namun ulama-ulama dari kelompok Wahabi yang kala itu hadir juga, sedikitpun tidak mempercayai kisah ini, kecuali Syeikh Umar Abdul Kafi.Beliau mengatakan bahwa dirinya telah banyak melihat berbagai karamah dalam diri Syeikh Mutawwali Asy-Sya'rawi, namun beliau enggan mengakuinya karena keyakinan yang dianutnya (faham Wahabi)menolak adanya karamah.Tapi untuk kali ini, Allah telah menumbuhkan keyakinan dalam dadanya,sehingga beliau termasuk orang yang mempercayai kisah ini.Beliau kemudian keluar dari Wahabi dan masuk ke dalam faham Ahlussunnah Wal Jama'ah......HIKAM SYA’RAWIYAH ( Hikmah-hikmah syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi).

Wallahu alam bishowab.

Pasar Kota Tarim,

Pasar, merupakan sebuah tempat yang sangat penting dan selalu di kunjungi kerana di dalamnya terdapat barang-barang untuk keperluan hidup kita sehari-hari.

Pasar di kota Tarim, sangat berbeda suasananya dengan pasar-pasar yang ada pada umumnya, karena Pasar Kota Tarim di dalamnya tidak ada ikhtilat: ( campurnya laki-laki dan perempuan ). Karena di kota Tarim orang laki-lakilah yang pergi ke pasar untuk memenuhi keperluan dapur.

Marilah kita bayangkan jika kaum laki-laki yang pergi ke pasar untuk memenuhi keperluan dapur pastilah pasar kota Tarim sangat beruntung karena di datangi oleh para Wali dan Ahli Ilmu. Dimana saja mereka ada maka tempat itu akan menjadi indah dan menjadi tempat yang harum dengan semerbak wewangian yang terpancar dari cahaya ilmu.

Mereka adalah sekelompok kaum yang dipenuhi perangai yang mulia di mana saja mereka menginjakkan kaki, maka akan membekas dari tempat pinjakkan tersebut wewangian ilmu yang harum yang membuat hati sejuk dan tenteram bagi para penciumnya.

Inilah salah satu yang membuat perbedaan pasar kota Tarim dengan pasar-pasar lainnya.
Di sebutkan bahwa Sayidina Al-Imam Faqihil Muqoddam Muhamad  selalu pergi ke pasar untuk membeli ikan yang akan di masak oleh Hababah Zaenab. Begitu juga para Habaib yang lain, selalu pergi ke pasar untuk memenuhi keperluan keluarga juga memberikan ilmu mereka di pasar.

Diantaranya juga adalah Al-Habib Abdullah Ba'alawi sebagian lahan di pasar Tarim sampai terkenal dengan sebutan سوق عبد الله باعلوي “ Pasar Abdullah Ba'alawi” sebab beliau banyak mewaqafkan barang-barang yang sangat bermanfaat bagi para pedagang di pasar di antaranya timbangan besar dari besi dan lain-lainnya.

Di Pasar Abdullah Ba'alawi juga ada sebuah ke'ajaiban yaitu siapa yang masuk Pasar Ba’alawi maka akan selamat dari sengatan binatang yang ada di lokasi tersebut padahal tak jarang di jumpai kalajengking dan binatang-binatang yang menyengat lainnya tetapi dengan berkat karomah Habib Abdullah Ba'alawi mereka merasa aman dan bisa bersahabat dengan binatang yang menyengat tersebut.

Kehadiran sholihin di pasar memberikan kemanfaatan serta keajaiban yang sangat menakjubkan, sehingga Pasar Kota Tarim bagaikan Pesantren yang di dalamnya penuh dengan ilmu. Di pasar Kota Tarim Sunnah-Sunnah jual beli sangat di tegakkan, ini adalah dengan berkat para sholihin yang selalu menebarkan ilmu di dalamnya.

Al-Habib  Abdul Qodir Jailani Al-Masyhur, beliau sering pergi ke pasar untuk membuka majlis ilmu di pasar kerana di pasar tersebut banyakorang-orang gunung yang turun untuk menjual barang milik mereka, memanfaatkan kesempatan ini beliau Al-Habib  Abdul Qodir Jailani Al-Masyhurmembuka pelajaran kitab Al-Minhaj karangan Imam Nawawi.

(Masya Allah...Di pondok-pondok saja jarang sekali di kaji kitab sebesar Minhaj kecuali jika sudah menjadi santri tahunan di pondok. Ini Pasar Tarim mengkaji kitab Minhaj ). Tak jarang masyarakat Kota Tarim berbondong-bondong berangkat ke pasar hanya ingin hadir majlis ilmu yang ada di pasar.
Keadaan yang begitu istimewa inilah yang membuat terlahirnya para Wali, yang mana Al-Habib Hasa Bin abdullah As-Syatiri  mengatakan :
“ Sampai sekarang masih ada 200 Wali di Pasar Kota Tarim ”.


Jika di pasarnya ada 200 wali lalu bagaimana di dalam masjid-masjidnya...? Padahal di sebutkan dalam Hadist bahwa  Rasulullahbersabda:
أحب البلاد إلى الله مساجدها و أبغض البلاد إلى الله أسواقها
“ Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya. ” (HR. Muslim).

Dalam hadist lain  Rasulullah ﷺ bersabda:
خير البقاع المساجد و شر البقاع الأسواق
“ Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburuk-buruk tempat adalah pasar " (HR. At-Thabarani dan al-Hakim.

Keimanan mereka merubah pasar menjadi sebuah tempat untuk menambah ilmu dan menambah pahala serta mengangkat derajat mereka.

Mereka adalah orang-orang yang di puji oleh Allah SWT dalam al-Qur’an
رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ، لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“ Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual-beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah kurnia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS an-Nuur:37-38).

Keadaan Pasar Kota Tarim tersebut sama seperti perkataan sayidina Ali bin Abi Thalib.
سُوقُ المُسلِمِين كَمُصَلَّى المُسلِمِين ،
"Pasarnya orang muslim itu laksana tepat ibadah kerana di dalamnya adalah tempat turunnya Rahmat".

Selain kumpulan ilmu juga di Pasar Kota Tarim bagaikan masjid yang selalu makmur dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka para pedagang di Kota Tarim jika pembeli tak kunjung datang, mereka manfaatkan untuk mengaji Al-Qur’an.

Al-Habib Ali Masyhur  ( kakak dari Habib Umar bin Hafidz ) berkata: 
“Aku masih mendapati Pasar Kota Tarim jika tidak ada pembeli mereka menanti dengan membaca Al-Qur’an".

Ada juga yang saling bermusyawarah ilmu fiqih, ketika pembeli tiba mereka tutup kitab mereka sejenak kemudian mereka lanjutkan lagi.

Lantunan dzikir selalu terdengar di Pasar Kota Tarim, sebagian para Habaib datang ke pasar hanya ingin mengamalkan sunnah dari doa masuk pasar kerana pahala yang Allah Swt janjikan sehingga mereka masuk pasar dan mengangkat suara seraya berkata :
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ.
“ Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahulmulku walahulhamdu, yuhyii wa yumiitu wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khaiir, wa huwa ‘ala kulli syai’in qodiir.”

Siapa orang yang membacanya, Allah mencatat untuknya satu juta kebaikan, menghapus darinya satu juta keburukan dan meninggikan untuknya satu juta derajat.” (HR. At-Tirmidzi 5/291, Al-Hakim 1/538 dan Ibnu Majah 2235.

Arti doa tersebut:
(Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bag-iNya segala pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dia-lah Yang Hidup, tidak akan mati. Di tangan-Nya semua kebaikan. Dan Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.)

Setelah membaca doa ini 3X kemudian mereka kembali pulang…
Pernah  Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir  ketika beliau masih kecil ketika melihat di pasar ada orang menjual daging unta yang mana jika ada penjual daging mereka memotongnya di pasar agar dagingnya segar sehingga laku keras, mendengar ada orang menjual daging unta yang akan menyembelih untanya maka Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir  yang pada saat itu masih sangat kecil, sangat ingin tau penyembelihan unta sehingga ia berangkat ke pasar dengan diam-diam tanpa pengetahuan sang bibi. Ketika sampai di pasar banyak sekali kerumunan orang yang menyaksikan penyembelihan itu. Karena sangat jarang sekali, Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir kecil menyusup dan menorobos masuk ke depan untuk melihat lebih jelas, sesampainya di depan iapun duduk dengan manis dan melihat orang yang mulai memotong daging unta tersebut. Ketika tukang sembelih unta itu melihat Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir  kecil, terlintas di benak sang penyembelih, tak pantas anak orang terhormat dan keluarga ahli ilmu berkeliaran di pasar…, Maka sang pemotong unta mengambil sedikit daging dan membungkusnya kemudian menghampiri Al-Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir , dan berkata : 
Berikan ini pada bibimu…! ”

Dengan sangat gembira sang anak lari kembali dan memberikan bingkisan daging pada sang bibi, melihat bungkusan itu sang bibi berkata :
” Terima kasih wahai tukang potong daging.. ini adalah bukti bahwa kau telah keluar batas rumah dan pergi ke pasar tanpa izin, ini bukanlah daging tapi ini adalah surat bahwa kau ke pasar".

Maka sang bibi memberikan pelajaran pada sang bocah…
Orang pasar pun ikut mendidik anak-anak dan generasi muda…
Mudah-mudahan kita bisa ziarah ke Kota Tarim, serta menginjakkan kaki kita di Kota Para Wali...Aamiin.

Wallahu a'lam bishowab.

Thoriqah Islam

Al-Habib Abu Bakar Al- Adny Al-Mahsyhur pernah berkata:


" Thoriqah kami adalah Thoriqah Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra, yaitu Thoriqah yang di saat berkuasa tidak menjajah dan tidak merasa berkuasa... ".

" Thoriqah kami adalah Thoriqah Sayyidina Hasan ra, yaitu Thoriqah yang mengalah untuk kebaikan umat Islam.. ".

" Thoriqah kami adalah thoriqah Sayyidina Husein ra, yaitu Thoriqah yang berani melawan kemungkaran hinggga tites darah penghabisan... ".

" Thoriqah kami adalah Thoriqah Sayyidina Ali Zainal Abidin ra, yaitu Thoriqah yang pema'af dan tak pendendam kepada orang yang telah membunuh keluarganya di depan mata beliau sendiri.. ".

" Thoriqah ‘Alawiyah yang dipegang, dijaga, dilestarikan dan diwariskan turun temurun oleh para Saadah ‘Alawi (Habaib) adalah Thoriqah yang bersambung pada Rasulullah ﷺ melalui jalur Ahlul Bait (Keluarga Rasulullah ﷺ). Thoriqah ini bukan hanya bersambung pada Rasulullah ﷺ melalui Keluarga Rasulullah ﷺ melalui jalur sanadnya, tetapi juga NASAB. Thoriqah ini adalah jalan akhlak untuk mencapai keridhoan Allah swt, Rasulullah ﷺ dan Keluarganya. Jalan itu hanya diisi oleh cinta.."


" اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد، صلى الله عليه وسلم. "

Wallahu a'lam bishowab.

Keutamaan Dzikir LAA ILAA HA ILLALLAH





















Dikutip dari ceramah HABIB UMAR BIN HAFIDZ dalam DARS ROUHAH KITAB WASHOYA AN NAFI'AH.

IMAM AL-HABIB ABDULLAH BIN 'ALAWI AL-HADDAD berkata:
"Jadikanlah Kalimah Tauhid LAA ILAA HA ILLALLAH sebagai wirid yang senantiasa kita baca. Sesungguhnya Kalimah ini adalah RUH (pokok) dari SEGALA DZIKIR, dan kepadanya kembali seluruh DZIKIR. Maknanya semua DZIKIR juga tercakup di dalam Kalimat Tauhid ini".

Jadi kalau kita memiliki waktu yang luang dan juga bingung ingin membaca dzikir atau wirid apa?, ambillah Kalimat Tauhid sebagai Dzikir atau wirid yang selalu menemanimu sehari-hari. Ketika kita sedang dalam perjalanan, naik kendaraan, sebelum tidur dan lain-lainnya. Hal ini lebih utama daripada sibuk kita hanya melamun saja, kenapa kita tidak mencobanya dengan berdzikir LAA ILAA HA ILLALLAH.

HABIB JAKFAR BIN AHMAD ALYDRUS tiap hari wiridnya adalah kalimah LAA ILAA HA ILLALLAH sebanyak 70,000 kali.

SAYYIDINA AL-FAQIH AL- MUQADDAM MUHAMMAD BIN 'ALI BA'ALAWI setiap hari berdzikir 100,000 kali.

LAA ILAA HA ILLALLAH,
HABIB ABDULLAH BIN HUSEIN BIN THOHIR tiap hari membaca 25,000 kali KALIMAH LAA ILAA HA ILLALLAH, 25,000 kali YA ALLAH dan 25,000 kali SHOLAWAT.
PARA 'ARIF BILLAH berkata :
أكثر من لا اله الا الله حتى تصير كلك لا اله الا الله
Artinya, " Perbanyakkanlah Kalimah " LAA ILAA HA ILLALLAH" hingga tiap tarikan nafasmu dan tiap degupan jantungmu menyatu dengan kalimah ini."

HABIB  UMAR BIN HAFIDZ berkisah :
HABIB ABDUL QODIR BIN AHMAD ASSEGAF JEDDAH r.a. adalah termasuk seorang ulama yang suka melazimi DZIKIR LAA ILAA HA ILLALLAH.

Beberapa tahun sebelum wafat beliau ditimpa sakit keras hingga para dokter angkat tangan dan berkata bahwa kematian beliau sudah dekat.
Anehnya, terdapat seorang dokter dari Sudan yang memeriksa detik jantung beliau. Detik jantungnya normal. Dan yang luar biasa, dengan kecanggihan alat modern, dokter tersebut berkata:
"Jantung orang ini mengucap KALIMAH LAA ILAA HA ILLALLAH".

Jasadnya memang lumpuh tak bergerak, alat-alat kedokteran berada di seluruh badannya, tak mampu diajak berkomunikasi, namun hati dan jantungnya tak pernah lalai dari Dzikir nama Allah SWT. Dan beliau senantiasa berada di HADRATILLAHI TA'ALA.

Keluarganya pun memutuskan membawa beliau pulang dan dirawat di rumah mengikuti saran seorang sholeh. Si dokter berkata:
"Jika anda lepas semua peralatan ini, maka aku pastikan umurnya berakhir".

Ajal dan umur manusia itu ada di tangan Allah, bukan di tangan dokter atau manusia siapapun.
Alat-alat kedokteran pun dilepas dari tubuhnya...seketika itu pula beliau membuka matanya dan bergerak. Ketika sampai di rumah, beliau berjalan, pulih kesehatannya, berkat dzikir yang beliau lazimi, berkat keagungan nama Allah yang telah menguasai seluruh hati dan jiwa raganya.
Mari kita agungkan nama Allah di hati kita. Kita hidupkan hati kita dengan senantiasa berdzikir kepadaNya, menyebut namaNya, mencintaiNya sepenuh hati, hingga diri kita menjiwai dzikir atau wirid LAA ILAA HA ILLALLAH.

Kita mengakhiri hidup kita dengan kalimah LAA ILLAA HA ILLALLAH. Allah bangkitkan kita di hari kiamat dengan KALIMAH LAA ILAA HA ILLALLAH dan di bawah bendera LAA ILAA HA ILLALLAH AMIIIN YAA RABBAL 'ALAMIIIN.
Wallahu a'lam bishowab.

Saturday, December 16, 2017

Umur Umat Islam.

Ibnu Hajar telah  berkata:
  • Umur kaum Yahudi = umur kaum Nasrani + umur umat Islam.
  • Umur kaum Yahudi sejak diutusnya Nabi Musa AS hingga diutusnya Nabi Isa AS adalah 1500 tahun. 
  • Umur kaum Nasrani sejak diutusnya Nabi Isa AS hingga diutusnya Rasulullah ﷺ  adalah 600 tahun.
  • Sehingga jika diakumulasikan Umur kaum Yahudi = Umur  kaum Nasrani + Umur umat Islam.


Atau jika dijabarkan menjadi  600 tahun + 900 tahun = 1500 tahun .

Ibnu Hajar mengatakan adanya tambahan 500 tahun sesuai hadis marfu dari Sa’ad bin Abu Waqqash bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda:
" Sesungguhnya aku berharap agar umatku tidak akan lemah di depan Tuhan mereka dengan mengundurkan (mengulurkan) umur mereka selama setengah hari".

3 Macam Manusia.

As Sayyidina Salman al-Farisi رضى الله عنه menuturkan:
Ada 3 macam manusia yang aku merasa heran sehingga membuatku tertawa, yakni :
- Yang mengangan-angankan dunia padahal ia sedang diburu oleh kematian.

- Manusia yang lalai tetapi ia tidak mau menerima nasihat.

- Dan manusia yang selalu tertawa padahal ia tidak tahu apakah Tuhan semesta alam murka atau ridha kepadanya.

Dan ada tiga hal yang aku merasa sedih sehingga membuatku menangis, yakni :
- Perpisahan dengan orang-orang tercinta (Rasulullah  ﷺ dan golongannya).

- Huru-hara kiamat.

- Dan ketika aku berdiri di hadapan Allah SWT tanpa tahu apakah aku akan diperintahkan masuk syurga atau ke neraka.

Wallahu a'lam bishowab.

Monday, December 11, 2017

Hadirnya Ruh Rasulullah ﷺ.

يَا نَبِي سَلَامْ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلْ سَلَامْ عَلَيْكَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُذْرِيّ قَالَ 
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَنْصَارِ: قُوْمُوْا إلَى سَيِّدِكُمْ أوْ خَيْرِكُمْ. رواه مسلماَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّيَا نَبِي سَلَامْ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلْ سَلَامْ عَلَيْكَ

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي، حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ".


Dari Abu Hurairah رضي الله عنه Rasulullahbersabda:
"Tidaklah seseorang di antara kalian mengucapkan salam penghormatan kepadaku melainkan Allah mengembalikan ruhku hingga aku menjawab salamnya".

Saturday, December 9, 2017

Imam Ja’far As-Shodiq Dan Laa Haula walaa Quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang mengucapkan Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billaah maka hal itu sebagai penawar baginya dari 99 penyakit dan yang termudah adalah rasa bimbang”. (HR. Tabrani).

Sebuah kisah tentang keutamaan Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billaah yang telah diriwayatkan tentang hal yang pernah terjadi pada Ja’far As-Shodiq. 

Thursday, December 7, 2017

Laa Hawla Wa La Quwwata Illa Billah Sebagai Penawar penyakit Dan Rasa Bimbang.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:



“Barangsiapa yang mengucapkan Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billaah maka hal itu sebagai penawar baginya dari 99 penyakit dan yang termudah adalah rasa bimbang”. (HR. Tabrani).

Laa Hawla Wa La Quwwata Illa Billah Sebagai Bacaan Isti’anah

Laa Hawla Wa La Quwwata Illa Billah adalah kalimat isti’anah (Meminta pertolongan dan dukungan dalam suatu urusan). Dengan kalimat ini seorang insan meminta pertolongan kepada Allah pada semua keinginannya. (Silsilah Fatawa Nur Ala Darb,No. 224).

Ada satu kisah menarik mengenai Laa Hawla Wa La Quwwata Illa Billah sebagai kalimat isti’anah (Meminta pertolongan dan dukungan dalam suatu urusan).