“Barangsiapa yang mengucapkan Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billaah maka hal itu sebagai penawar baginya dari 99 penyakit dan yang termudah adalah rasa bimbang”. (HR. Tabrani).
Sebuah kisah tentang keutamaan Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billaah yang telah diriwayatkan tentang hal yang pernah terjadi pada Ja’far As-Shodiq.
Dalam kisah ini dikatakan jika pada suatu waktu Al-Manshur ( Pejabat yang berkuasa waktu itu ) pernah mengirimkan utusannya kepada Ja’far As-Shodiq untuk memanggil beliau supaya datang menghadapnya, untuk mempertanggung jawabkan sebuah laporan yang diterima Al-Manshur dari salah seorang bawahannya.
Isi laporan itu adalah fitnah keji yang dihembuskan dengan mengatakan Ja’far Shadiq telah merencanakan akan memimpin suatu pemberontakan terhadap kekuasaan yang dipegang Al-Manshur dan berencana akan menggulingkannya. Mendengar isi laporan itu Ja’far As-Shodiq merasa sedikit khawatir dan takut kalau saja Al-Manshur akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap dirinya secara sewenang-wenang tanpa menyelidikinya terlebih dahulu. Bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya serta dengan menunjukkan bukti-buktinya atau tanpa memberinya suatu kesempatan untuk memberikan penjelasan dan membela diri lagi. Karena Ja’far As-Shodiq telah mengenal betul watak jelek Al-Manshur. Maka secara spontan beliau membaca :
"Laa Haula walaa Quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhiim".
Kemudian pergilah Ja’far As-Shodiq menemui Al-Manshur. Begitu keduanya bertemu muka tanpa basa-basi dan sopan santun lagi, dengan sangat murkanya Al-Manshur langsung berkata kepadanya:
"Wahai Aba Abdillah…si fulan ( orang yg melaporkan Imam Ja’far ) telah memberi tahu kepadaku tentang dirimu, bahwa engkau telah ingkar terhadap kepemimpinan dan kekuasaanku, serta berusaha memimpin pemberontakan untuk menjatuhkan dan menyingkirkanku. Maka biarkanlah saya dibunuh Allah jika tidak saya akan mendahului membunuhmu !’
Melihat sikap dan mendengar kata-kata Al-Manshur tersebut, maka Imam Ja’far berusaha menenangkannya agar segala sesuatu dapat berjalan dengan baik dan dijelaskan dengan tenang.Beliau berkata kepada Al-Manshu:
”Duhai Amirul Mu’minin, sesungguhnya Sulaiman telah diberi kekuasaan, maka dia bersyukur.Sesungguhnya Ayyub telah diberi bala cobaan, maka dia bersabar. Sesungguhnya Yusuf telah dianiaya, maka dia memaafkan. Dan aku memohon darimu agar engkau menghadirkan disini orang yang telah memberitahumu mengenai diriku dengan apa yang kau sebutkan tadi.”
Maka pelaporpun dipanggil dan dihadirkan didalam pertemuan itu. Kemudian Al-Manshur bertanya kepada orang itu:
” Apakah benar apa yang telah engkau beritahukan kepadaku mengenai Ja’far ?”.
Pelaporpun menjawab:
” Benar, Duhai Amirul Mu’minin !” .
Mendengar apa yang dijawabkan oleh orang itu kepada Al-Manshur dihadapan beliau sendiri, maka Ja’far As-Shodiq merasa bahwa posisinya menjadi tersudut dan semakin berbahaya. Maka Ja’far As-Shodiq berkata kepada Al-Manshur:
” Izinkanlah diriku untuk meminta kepadamu agar engkau menyuruhnya mengangkat sumpah atas kebenaran apa yang dikatakannya itu".
Dengan tanpa ragu-ragu pelapor itupun mengangkat sumpah untuk membuktikan kebenarannya. Hal itu membuat Ja’far As-Shodiq menjadi bertambah terpojok, maka kemudian beliau berkata lagi kepada Al-Manshur:
” Suruhlah agar dia bersumpah dengan sumpah yang akan aku sumpahkan kepadanya, dan agar dia membatalkan sumpah yang telah di ucapkannya tadi.”
Maka jawab Al-Manshur kepada Imam Ja’far:
” Aku persilahkan kepadamu untuk menyuruhnya bersumpah dengan kalimat apa pun yang kau pilih dan kau inginkan.”
Maka Ja’far As-Shodiq berkata kepada orang itu:
” Duhai Engkau ucapkanlah kalimat ini :
"Aku nyatakan bahwa aku telah berlepas diri dari pertolongan daya dan kekuatan Allah, dan aku bersandar kepada daya dan kekuatan diriku sendiri bahwa benar Ja’far telah melakukan ini dan ini….( yaitu apa yang telah diberitahukannya kepada Al-Manshur )".
Setelah pelaporg itu mendengar bunyi kalimat sumpah yang diminta oleh Imam Ja’far tadi agar dia mengucapkannya demikian, maka orang itu berubah menjadi takut dan tidak mau menurutinya. Melihat ulah orang itu, maka Ja’far As-Shodiq memalingkan pandangannya kepada Al-Manshur sebagai isyarat, lihatlah sendiri keadaannya. Dengan begitu maka bangkitlah amarah Al-Manshur kepada orang itu seraya membentaknya dan berkata:
” Engkau harus mematuhi apa yang dikatakan oleh Ja’far!”
Dikarenakan sangat takut terhadap ancaman Al-Manshur, karena pelapor itu telah mengetahui betul bagaimana watak Al-Manshur jika marah dantidak akan segan-segan memerintahkan membunuh. Maka dengan terpaksa pelapor itu menurut dan bersumpah dengan sumpah itu. Suasana dipertemuan itu menjadi sangat tegang. Namun tidak berselang berapa lama setelah orang itu mengucapkan sumpah, tiba-tiba pelapor itu menghentak-hentakkan kakinya ke bumi dan mati seketika itu juga. Semua kejadian itu disaksikan sendiri oleh Al-Manshur, dan berubahlah sikap Al-Manshur terhadap Ja’far As-Shodiq menjadi penuh rasa hormat dan kekaguman penuh penghargaan. Setelah itu Ja’far As-Shodiq memohon diri dan pulang.Diiringi dengan penghargaan dan penghormatan yang disampaikan Al-Manshur kepada Ja’far As-Shodiq.
.والله أعلمُ بالـصـواب
No comments:
Post a Comment