Monday, November 9, 2015

Salman al-Farisi RA: "Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus",

Firman Allah SWT:
“Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalannya) yang Engkau murkai dan bukan (pula jalan) yang sesat.” (QS. Al-Fatihah:6-7)

Dari Abdullah bin Abbas RA berkata “Salman al-Farisi RA menceritakan kisah hidupnya kepadaku. Salman al-Farisi RA  merupakan seorang  pemuda Parsi, penduduk kota Isfahan, berasal dari desa Jayyan. Ayahnya adalah seorang pemimpin disebuah Desa. Orang terkaya dan berkedudukan tinggi di desa tersebut.  Salman al-Farisi RA  adalah insan yang paling disayangi ayahnya  sejak  Salman al-Farisi RA   dilahirkan. Kasih sayang ayahnya semakin bertambah seiring dengan peningkatan usianya, sehingga karena teramat sayang,  Salman al-Farisi RA   dipingit di rumah seperti halnya seorang anak gadis.  Salman al-Farisi RA  mengabdikan diri dalam Agama Majusi (yang dianut ayah dan kaumnya).Salman al-Farisi RA ditugaskan untuk menjaga api penyembahan kaumnya supaya api tersebut sentiasa selalu menyala. Ayahnya Salman al-Farisi RA memiliki kebun yang luas, dengan hasil yang banyak. Oleh Karena itu Ayahnya memutuskan untuk menetap di sana sambil mengawasi dan memungut hasilnya.


Pada suatu hari ayahnya Salman al-Farisi RA  pulang ke desa untuk menyelesaikan suatu urusan yang mendesak. Lalu berkata  kepada Salman al-Farisi RA:

“Duhai anakku! Aku sebagai ayahmu ini sekarang sangat sibuk. Karena itu pergilah engkau mengurus kebun kita hari ini untuk menggantikanku.”

Salman al-Farisi RA bersegera untuk melaksanakan perintah ayahnya dan pergi ke kebun. Dalam perjalanannya Salman al-Farisi RA melalui sebuah gereja Nasrani. Salman al-Farisi RA mendengarkan suara para jammah sedang sembahyang. Suara itu sangat menarik perhatiannya. Sebenarnya pada saat itu Salman al-Farisi RA belum mengerti apa-apa tentang agama Nasrani dan agama-agama lainnya. Karena selama ini Salman al-Farisi RA selalu dikurung ayahnya di rumah, tidak boleh bergaul dengan siapapun. Maka ketika Salman al-Farisi RA mendengar suara mereka, dia tertarik untuk masuk ke gereja itu dan mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Diapun kagum dengan cara mereka bersembahyang dan ingin menyertainya.

Salman al-Farisi RA lalu berkata: 
“Demi Allah! ini lebih bagus daripada agama kami.” 
Salman al-Farisi RA tidak beranjak dari gereja itu sehinggalah petang. Sehingga Salman al-Farisi RA terlupa untuk ke kebun. Salman al-Farisi RA  bertanya kepada mereka:
“Dari mana asal agama ini?” 
merekapun menjawab:

“Dari Syam (Syria)”.

Setelah  hari  senja, barulah Salman al-Farisi RA beranjak untuk pulang. Ayahnya bertanya mengenai  urusan kebun yang ditugaskankepadanya. 

Salman al-Farisi RA menjawab:
 “Duhai, Ayahku! Tadi aku bertemu dengan orang sedang sembahyang di gereja. Aku kagum melihat mereka sembahyang. Belum pernah aku melihat cara orang sembahyang seperti itu. Karena itu aku berada di gereja mereka sampai petang.” 

Ayahnyapun  menasihatinya dan berkata:
“Duhai, anakku! Ketahuilah bahwa Agama Nasrani itu bukanlah agama yang baik. Agamamu dan agama nenek moyangmu (Majusi) lebih baik dari agama Nasrani itu!” 
Salman al-Farisi RA menjawab:
“Tidak! Demi Allah! Sesungguhnya agama merekalah yang lebih baik dari agama kita.”

Ayahnyapun khawatir dengan ucapannya itu. Ayahnya takut jika Salman al-Farisi RA murtad dari agama Majusi yang telah dianut nenek moyangnya. Karena itupun Ayahnya segera mengurung dan membelenggu kaki Salman al-Farisi RA dengan rantai. Ketika Salman al-Farisi RA memperoleh kesempatan, Salman al-Farisi RA mengirimkan sebuah surat kepada orang-orang Nasrani guna minta tolong kepada mereka untuk mengabarkan &  mengizinkan kepadanya untuk ikut jika saja ada kafilah yang akan ke Syam. Tidak berapa lama kemudian, datang kepada mereka satu kafilah yang hendak pergi ke Syam. Mereka memberitahu kepadanya. Maka Salman al-Farisi RA berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan diri dari rantai yang membelengu dirinya dan melarikan diri bersama kafilah tersebut ke Syam.

Sampai di sana Salman al-Farisi RA bertanya kepada mereka:
“Siapakah Imam agama Nasrani di sini?” 

“Uskup yang menjaga “jawab mereka. 

Salman al-Farisi RA lalu pergi menemui Uskup seraya berkata:
 “Aku tertarik masuk agama Nasrani. Aku bersedia menjadi pelayan anda sambil belajar agama dan sembahyang bersama-sama anda.” 

lalu  uskup iitu berkata: ‘Mari masuklah!” . 
Salman al-Farisi RApun segera masuk, dan mengabdikan dirinya sebagai pelayan.

Setelah beberapa lama Salman al-Farisi RA mengabdikan dirinya sebagai pelayan, diapun mendapati jika Uskup itu adalah seorang yang  keji. Dia menganjurkan jama’ahnya agar bersedekah dan mendorong umatnya beramal pahala. Bila sedekah mereka telah terkumpul, disimpannya saja dalam perbendaharaannya dan tidak dibagi-bagikannya kepada fakir miskin sehingga kekayaannya telah berkumpul sebanyak tujuh peti emas. Salman al-Farisi RA sangat membencinya karena perbuatannya yang mengambil kesempatan untuk mengumpul harta dengan uang sedekah kaumnya. Tidak lama kemudian dia meninggal. Orang-orang Nasrani berkumpul hendak menguburkannya. 

Salman al-Farisi RA lalu  berkata kepada mereka;
"Uskup kalian ini adalah orang yang keji. Dianjurkannya agar kalian bersedekah dan digembirakannya kalian dengan pahala yang akan kalian peroleh. Tapi bila kalian berikan sedekah kepadanya disimpannya saja untuk dirinya, tidak satupun yang diberikannya kepada fakir miskin.” 

Mereka bertanya:
 “Bagaimana engkau mengetahuinya?” 

Salman al-Farisi RA menjawab:
“Akan kutunjukkan kepada kalian simpanannya.” 

Merekapun berkata: “Ya, tunjukkanlah kepada kami!” 
Maka Salman al-Farisi RA segera memperlihatkan kepada mereka simpanannya yang terdiri dari tujuh peti, penuh berisi emas dan perak. Setelah mereka saksikan semuanya, mereka berkata: “Demi Allah! Jangan dikuburkan dia!” 
Lalu mereka salib jenazah uskup itu, kemudian mereka lempari dengan batu.

Sesudah itu mereka angkat pendeta lain sebagai penggantinya. Salman al-Farisi RA pun mengabdikan diri kepadanya. Belum pernah Salman al-Farisi RA melihat orang yang lebih zuhud daripadanya. Dia sangat membenci dunia tetapi sangat cinta kepada akhirat. Dia rajin beribadat siang malam. Karena itu Salman al-Farisi RA sangat menyukainya, dan lama tinggal bersamanya. Ketika ajalnya sudah dekat, Salman al-Farisi RA bertanya kepadanya: 
Engkau telah mengetahui urusanku. Maka kepada siapakah lagi aku akan engkau amanahkan  seandainya engkau telah meninggal dan apakah yang harus kuperbuat?”.

Pendeta itu menjawab:
 “Duhai, anakku! Tidak seorang pun yang aku tahu, melainkan seorang pendeta di Mosul, yang belum merubah dan menukar-nukar ajaran-ajaran agama yang murni. Cari dan hubungilah dia di sana!”


Maka tatkala guru Salman al-Farisi RA itu sudah meninggal lalu dia pergi mencari pendeta yang tinggal di Mosul. Kepadanya Salman al-Farisi RA mengisahkan kan pengalamannya dan pesan gurunya yang sudah meninggal itu. 
Lalu pendeta Mosul berkata: “Tinggallah bersamaku.” 
Salman al-Farisi RA lalu tinggal bersamanya. Ternyata dia pendeta yang baik. Ketika dia hampir meninggal, Salman al-Farisi RA berkata kepadanya:
Engkau telah mengetahui urusanku. Maka kepada siapakah lagi aku akan engkau amanahkan  seandainya engkau telah meninggal dan apakah yang harus kuperbuat?” 
Pendeta itu menjawab:

“Hai, anakku! Demi Allah! Aku tak tahu orang yang seperti kami, kecuali seorang pendeta di Nasibin. Cari dan hubungilah dia di sana!”

Ketika pendeta Mosul itu sudah meninggal, Salman al-Farisi RA lalu pergi menemui pendeta di Nasibin. Kepadanya Salman al-Farisi RA mengisahkan kan pengalamannya dan pesan gurunya yang sudah meninggal itu
lalu  pendeta Nasibin berkata:
“Tinggallah bersama kami!” 

Setelah aku tinggal di sana, ternyata pendeta Nasibin itu memang baik. Salman al-Farisi RA kembali mengabdi dan belajar dengannya hingga gurunya wafat. Setelah ajalnya sudah dekat, Salman al-Farisi RA berkata kepadanya:
Engkau telah mengetahui urusanku. Maka kepada siapakah lagi aku akan engkau amanahkan  seandainya engkau telah meninggal dan apakah yang harus kuperbuat?”
Pendeta Itupun menjawab: “Duhai, anakku! Aku tidak tahu lagi pendeta yang masih memegang teguh agamanya, kecuali seorang pendeta yang tinggal di Amuria. Cari dan hubungilah dia di sana!”

Salman al-Farisi RA pergi menghubungi pendeta di Amuria itu. Maka diceritakan kepadanya pengalamannya, lalu  pendeta itu berkata:
“Tinggallah bersama kami!”. 
Dengan petunjuknya, Salman al-Farisi RA  tinggal di sana sambil mengembala kambing dan sapi. Setelah gurunya sudah dekat  ajalnya, Salman al-Farisi RA berkata kepadanya: “Engkau telah mengetahui urusanku. Maka kepada siapakah lagi aku akan engkau amanahkan  seandainya engkau telah meninggal dan apakah yang harus kuperbuat?” 
Pendeta Itupun menjawab:
“Duhai, anakku! Setahuku tidak ada lagi di muka bumi ini orang yang berpegang teguh dengan agama yang murni seperti kami. Tetapi sudah hampir tiba masanya, di tanah Arab akan muncul seorang Nabi yang diutus Allah SWT yang akan membawa agama Nabi Ibrahim AS. Kemudian dia akan berpindah ke negeri yang banyak pohon kurma di sana, terletak antara dua bukit berbatu hitam. Nabi itu mempunyai ciri-ciri yang jelas. Dia mau menerima dan memakan hadiah, tetapi tidak mau menerima dan memakan sedekah. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian. Jika engkau sanggup pergilah ke negeri itu dan temuilah dia!”

Setelah pendeta Amuria itu wafat, aku masih tinggal di Amuria, sehingga pada suatu waktu segerombolan saudagar Arab dan kabilah “Kalb” lewat di sana.

Salman al-Farisi RA berkata kepada mereka:
 “Jika kalian mau membawaku ke negeri Arab, aku akan berikan kepada kalian semua sapi dan kambing-kambingku.”

Merekapun menjawab:
“Baiklah! Kami bawa engkau ke sana.”

Maka Salman al-Farisi RA berikan semua sapi dan kambing peliharaannya kepada mereka. Salman al-Farisi RA lalu pergi bersama-sama mereka. Sesampainya mereka di Wadil Qura Salman al-Farisi RA  ditipu oleh mereka. Salman al-Farisi RA pun dijual kepada seorang Yahudi. Maka dengan terpaksa Salman al-Farisi RA pergi dengan orang Yahudi itu dan berkhidmat kepadanya sebagai seorang hamba.

Pada suatu hari anak saudara majikan Salman al-Farisi RA datang mengunjunginya,Yaitu Yahudi Bani Quraizhah, lalu Salman al-Farisi RA dibeli dari majikannya. Diapun  lalu berpindah ke Yastrib dengan majikannya yang baru ini. Di sana Salman al-Farisi RA melihat banyak pohon kurma seperti yang diceritakan gurunya, Pendeta Amuria. Salman al-Farisi RA sangat  yakin itulah kota yang dimaksud gurunya itu. Diapun tinggal di kota itu bersama majikannya yang baru.

Ketika itu Nabi yang baru diutus sudah muncul. Tetapi baginda masih berada di Makkah menyeru kaumnya. Namun begitu Salman al-Farisi RA belum mendengar apa-apa tentang kehadiran serta da’wah yang baginda sebarkan karena Salman al-Farisi RA terlalu sibuk dengan tugasku sebagai seorang hamba. Tidak berapa lama kemudian, Rasulullah SAW. berpindah ke Yastrib.

Demi Allah! Ketika itu Salman al-Farisi RA sedang berada di puncak pohon kurma melaksanakan tugas yang diperintahkan majikannya. Dan majikannya itu duduk di bawah pohon. Tiba-tiba datang anak saudaranya mengatakan, “Biar mampus Bani Qaiah! (kabilah Aus dan Khazraj). 
Demi Allah! Sekarang mereka berkumpul di Quba’ menyambut kedatangan lelaki dari Makkah yang mendakwa dirinya Nabi.” 
Mendengar ucapannya itu badan Salman al-Farisi RA terasa panas dingin seperti demam, sehingga Salman al-Farisi RA menggigil karenanya. Dia kuatir akan jatuh dan tubuhnya akan menimpa majikannya. Salman al-Farisi RA segera turun dari puncak ponon, lalu bertanya kepada tamu itu:
“Bagaimana kabar anda? Cobalah khabarkan kembali kepadaku!”

Majikanku marah dan memukulku seraya berkata:
 “Ini bukan urusanmu! Kerjakan tugasmu kembali!”

Keesokannya Salman al-Farisi RA mengambil buah kurma sebanyak yang mampu dia kumpulkan. Lalu Salman al-Farisi RA bawa ke hadapan Rasulullah SAW. Salman al-Farisi RA berkata:
 “Aku tahu tuan adalah orang yang soleh. Tuan datang bersama-sama sahabat tuan sebagai perantau. Ini ada sedikit kurma dariku untuk sedekahkan kepada tuan. Aku lihat tuanlah yang lebih berhak menerimanya daripada yang lain-lain”.
 Lalu Salman al-Farisi RA hantarkan kurma itu ke hadapannya. Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya:
 “silakan kalian makan,…!” 
Tetapi Rasulullah SAW tidak menyentuh sedikit pun makanan itu apalagi untuk memakannya. Salman al-Farisi RA berkata dalam hati;
 “Inilah satu di antara ciri cirinya!”

Kemudian Salman al-Farisi RA pergi meninggalkannya dan mengumpulkan lagi sedikit demi sedikit kurma yang bisa dia kumpulkan. Ketika Rasulullah SAWpindah dari Quba’ ke Madinah,  Salman al-Farisi RA bawa kurma itu kepada Rasulullah SAW Dan dia berkata:
“Aku lihat tuan tidak mau memakan sedekah. Sekarang kubawakan sedikit kurma, sebagai hadiah untuk tuan.” 
Rasulullah SAW lalu memakan buah kurma yang dihadiahkan kepadanya. Dan Rasulullah SAW mempersilakan pula para sahabatnya makan bersama-sama dengannya. Katanya dalam hati:
“ini ciri kedua!”

Kemudian Salman al-Farisi RA datangi baginda di Baqi’, ketika Rasulullah SAW mengantar jenazah salah seorang sahabat Rasulullah SAW untuk dimakamkan di sana. Dia melihat Rasulullah SAW memakai dua helai kain. Setelah Salman al-Farisi RA  memberi salam kepada Rasulullah SAW, dia berjalan mengekorinya sambil melihat ke belakang baginda untuk melihat tanda kenabian yang dikatakan gurunya. Dan sepertinya Rasulullah SAW mengetahui maksudnya. Maka dijatuhkannya kain yang menyelimuti belakangnya, sehingga Salman al-Farisi RA melihat dengan jelas tanda kenabiannya. Barulah Salman al-Farisi RA yakin, dia adalah Nabi yang baru diutus itu. Salman al-Farisi RA terus memeluk Rasulullah SAW, lalu dia ciumi dia sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya:
“Bagaimana khabar Anda?” 
Maka Salman al-Farisi RA ceritakan kepada Rasulullah SAW seluruh kisah pengalamannya. Rasulullah SAW kagum dan menganjurkan supaya Salman al-Farisi RA menceritakan pula pengalamannya itu kepada para sahabat Rasulullah SAW. Lalu dia ceritakan pula kepada mereka. Mereka sangat kagum dan gembira mendengar kisah pengalamannya.

Berbahagilah Salman Al-Farisy yang telah berjuang mencari agama yang hak di setiap tempat. Berbahagialah Salman yang telah menemukan agama yang hak, lalu dia yakin dengan agama itu dan memegang teguh agama yang diimaninya itu. Berbahagialah Salman pada hari kematiannya, dan pada hari dia dibangkitkan kembali kelak.

Salman al-Farisi RA sibuk bekerja sebagai seorang hamba. Dan karena inilah yang menyebabkan Salman al-Farisi RA terhalang mengikuti perang Badar dan Uhud. Rasulullah SAW. suatu hari bersabda:
“Mintalah kepada majikanmu untuk bebas, wahai Salman!”
Maka majikannya membebaskannya dengan tebusan 300 pohon kurma yang harus dia tanam untuknya dan 40 uqiyah. Kemudian Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat dan bersabda:
“Berilah bantuan kepada saudara kalian ini.” Mereka pun membantunya dengan memberi pohon (tunas) kurma. Seorang sahabat ada yang memberinya 30 pohon, 20 pohon, ada yang 15 pohon, dan ada yang 10 pohon, setiap orang sahabat memberinya pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka, sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon.

Setelah terkumpul Rasulullah SAW bersabda:
“Berangkatlah wahai Salman dan tanamlah pohon kurma itu untuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan meletakkannya di tanganku.”

Salman al-Farisi RA pun menanamnya dengan dibantu oleh para sahabat. Setelah selesai Salman al-Farisi RA menghadap Rasulullah SAW. dan memberitahukan perihalnya, Kemudian Rasulullah SAW keluar bersamanya menuju kebun yang baru saja dia tanami itu. Mereka dekatkan pohon (tunas) kurma itu kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW pun meletakkannya di tangannya. Maka, demi jiwa Salman yang berada di tanganNya, tidak ada sebatang pohon pun yang mati. Untuk tebusan pohon kurma sudah dipenuhi, Salman al-Farisi RA masih mempunyai tanggungan uang sebesar 40 uqiyah.

Kemudian Rasulullah SAW. membawa emas sebesar telur ayam hasil dari rampasan perang. Lantas baginda bersabda, “Apa yang telah dilakukan Salman al-Farisi?” 
Kemudian Salman al-Farisi RA dipanggil baginda, lalu Rasulullah SAW bersabda:
 “Ambillah emas ini, gunakan untuk melengkapi tebusanmu wahai Salman!” 
“Wahai Rasulullah SAW bagaimana status emas ini bagiku?” Tanya Salman al-Farisi RA meinginkan kepastian dari Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW menjawab:
“Ambil saja! Insya Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberi kebaikan kepadanya.” 
Kemudian Salman al-Farisi RA  menimbang emas itu. Demi jiwa Salman yang berada di tanganNya, berat ukuran emas itu 40 uqiyah. Kemudian Salman al-Farisi RA penuhi tebusan yang harus dia  serahkan kepada majikannya, dan Salman al-Farisi RA dimerdekakan. Setelah itu Salman al-Farisi RA turut serta bersama Rasulullah saw. dalam perang Khandaq, dan sejak itu tidak ada satu peperangan yang tidak aku ikuti.’ 
(HR. Ahmad, 5/441; ath-Thabrani dalam al-Kabir(6/222); lbnu Sa’ad dalamath-Thabagat, 4/75; al-Balhaqi dalam al-kubra, 10/323.)

No comments: