Sunday, November 8, 2015

Matahari Mengelilingi Bumi atau Bumi Mengelilingi Matahari .

Sebuah catatan dari Abu shofy.
Saya sempat diskusi terkait dengan matahari mengelilingi bumi atau  bumi mengelilingi matahari  kepada takafir, namun hasilnya mereka tetap pada pendirian bahwa matahari mengelilingi bumi karena menurut pemahaman ulama mereka ayatnya demikian dan tidak boleh di takwilkan.
Berangkat dari sini, saya lihat takafir banyak terhijab pada kata lahiriah dan tidak mau dan mampu untuk menangkap dan mencari makna sesungguhnya dari ayat tersebut.


Yakin itu ada 3 tahapan : ilmal yaqin, ‘aenul yaqin dan haqqul yaqin. Ilmal yaqin hanya yaqin secara ‘ilmu namun belum sempurna sehingga bisa jadi salah. ‘Aenul yaqin sudah melebihi ‘ilmal yaqin karena disamping sudah tahu ilmunya juga sudah melihat sendiri. Dan haqqul yaqin adalah kesempurnaan keyakinan baik ilmu, penglihatan dan merasakan.
Mengenai matahari mengelilingi bumi atau  bumi mengelilingi matahari kita semua sepakat kecuali takafir, sudah diketahui secara ‘aenul yaqin lewat tehnology antariksa. Karena dengan izin Allah jua dengan sifat rahmanNya walaupun terhadap orang kafir sekalipun untuk bisa mengetahui posisi bumi terhadap matahari bahkan tata surya terhadap galaksi. Semua itu pemberian Allah kepada umat manusia walaupun lewat orang kafir.
Lalu apakah menyalahi dengan ayat al-qur’an ? tentunya tidak. Allah menyampaikan isi wahyu tentunya sesuai dengan kepentingan/tujuan ayat dan keberadaan manusia itu sendiri. Sangat tidak salah jua bila manusia menyatakan matahari berjalan mengelilingi bumi seperti yg Allah sampaikan dalam firman-Nya, karena manusia melihatnya dari bumi.
Oleh karena itu Allah SWT maha arif dan bijaksana, Dia tidak akan membuat bingung dan pusing hambanya, jika Allah menyatakan bahwa Bumi-lah yg mengelilingi matahari. Karena hamba2 nya saat itu belum mengerti sama sekali antariksa, dan aktualnya yg mereka lihat mataharilah yg mengelilingi bumi.
Artinya pengertian ayat al-qur’an tersebut dimaksudkan bukan ke-mutlaq-an posisi bumi terhadap matahari, namun posisi relatifnya dari sisi penglihatan manusia di bumi.
Dan ke-mutlaq-an posisi bumi terhadap matahari baru diketahui secara ‘aenul bashiroh setelah manusia dengan izin Allah menggunakan akalnya lewat tehnologi antariksanya.
Baru satu ayat ini saja, takafir bisa mengalami kesalahan dalam pemahamannya. Yaqin secara ‘ilmu saja masih mengalami kesalahan. Bagaimana dengan memahami ayat-ayat yg lain .. ??? Kekurangan takafir adalah kekakuannya dan terhijab oleh kata. Tidak mau dan mampu melihat makna dibalik kata/terdalam kata dalam ayat-ayat Allah SWT.
Allah SWT maha lembut dan santun seperti terurai dalam firman2-Nya. Dan Dia tidak dapat dijumpai oleh hambanya yg kaku. Kekakuan ada pada kulit, sedangkan kelembutan ada pada inti. Kekakuan takafir karena hanya menggunakan fikir, sedangkan kebenaran haqiqi ada pada hati yg diterangi nurullah, tidak bisa dengan sebatas fikir.
Fikir adalah bagian terluar, sedangkan hati adalah inti-nya. Hati jualah yg menerima wahyu bagi para rasul dan anbiya, ilham bagi para sholihin dan muqorrrobin. Oleh karenanya Allah hanya dapat ditemui oleh orang yg menggunakan hatinya. Dan kebenaran yg hakiki terhadap pemahaman ayat2 Allah SWT adalah hanya milik Allah SWT dan hanya akan diberikan kepada hamba2Nya yg menggunakan hatinya.
Orang yg menggunakan hatinya akan berperilaku penuh rahmat, ia menjadi rahmatan lil ‘alamin, arif dan bijaksana seperti halnya Rasulullah SAW. Tidak takabur dan kaku apalagi mudah menyatakan kufur atau sesat terhadap sesama muslim.
Allah menebar ilmu-Nya yg lahiriah saja begitu banyaknya hingga tak kan mampu manusia untuk mencatatnya semua. Mulai dari partikel terkecil, proton-neitron-electron -> atom -> sel, manusia, tumbuhan, hewan, bumi ini,planet hingga galaksi yg terjauh.
Apalagi ilmu Allah yg ditebarkan pada agama Allah ini, tidak akan cukup utk mencatatnya. Ilmu syare’at adalah bungkus dari ilmu Allah yg maha tinggi, sedangkan inti-inti dari ilmu Allah beserta kedalamannya bak samudra tak bertepi.
Niscaya kita semua sepakat tidak mungkin hanya dengan ilmu syare’at saja kita bisa mengenal Allah karena Ilmu syare’at ada batasnya. Ilmu mengenal dunia saja begitu luasnya sampai kita beranggapan tidak terbatas, bagaimana dengan ilmu utk mengenal yg menciptakan dunia ???
Lalu mengapa bisa takabur dengan menyatakan kufur atau sesat kepada sesama muslim, padahal ilmunya baru berada pada tataran bungkus saja ? belum haqqul yaqin untuk menyatakan sesuatu itu sesat atau kufur ?
Pesan dari rekan2 sesama muslim yg melihat saat ini dakwah takafir sudah kelewat batas :
Wahai saudaraku bukalah fikir-mu, akal-mu, dan hati-mu, jika engkau benar2 ingin melihat keluasan ilmu Allah. Ilmu dalam fikir-mu hanya setetes air di lautan, tidak layak utk sombong dengan hanya mengakui kebenaran kaum-mu sendiri. Samudra ilmu hanya ada dalam hati yg lembut lagi bersih, ia akan mengetahui segalanya dengan Izin -Nya.

Abu Shofy

No comments: