"Dalam sebuah hadist nabi Muhamad SAW menyebutkan bahwa amal hamba yang pertama kali
diperhitungkan adalah sholat. Jika sholatnya baik, maka semua dianggap
baik. Ini bagaimana?" seorang santri bertanya kepada Syech
Siti Jenar.
"Hadist ini masih
perlu ditafsirkan lagi. Tidak boleh dipahami secara dangkal makna dari hadits
tersebut. Hadits itu mengandung logika sebagai berikut; Orang yang tekun
mengerjakan sholat dengan sempurna, maka perilaku, budi pekerti dan
kalbunya juga harus terpengaruh menjadi baik. Sebab sholat yang dilakukan
dengan jiwa yang bersih akan berpengaruh pula bagi cabang kehidupan lainnya" Jawab Syech
Siti Jenar.
"Sebaliknya hadist itu tidak berlaku
bagi orang yang tekun mengerjakan sholat tetapi hatinya masih kotor,
tersimpan keinginan-keinginan nafsu misalnya ingin dipuji orang lain, terdapat
ujub dan sombong, serta budinya menyimpang dan menabrak tatanan yang dilarang". lanjut Syech
Siti Jenar.
"Apakah
ada tuntunan mengenai pakaian seseorang yang sedang mengerjakan sholat?" seorang santri kembali bertanya kepada Syech
Siti Jenar.
"Sesungguhnya aku (Syeh Siti Jenar) tidak sependapat jika ada orang yang
mengenakan pakaian gamis dan meniru-niru pakaian orang Arab dalam melakukan
sholat. Jika selesai sholat, jubah atau gamis itu dilepaskan. Sedangkan sholat
orang tersebut tidaklah menyentuh hatinya. Meskipun berlama-lama merunduk di
masjid, namun masih mencintai duniawi. Sholat yang pakaiannya kedombrangan,
merunduk di masjid berlama-lama sampai lupa anak istri. Sedangkan ia masih
menyintai duniawi dan mengumbar nafsu manusiawinya. Bahkan dalam kehidupan
sehari-hari, ia seringkali menyusahkan orang lain. Maka orang yang demikian itu
tidak terpengaruh oleh sholat yang dikerjakannya. Biasanya tipe orang seperti
itu tipikal orang yang yang merugi karena terlalu sibuk menghitung pahala. Dia sangat keliru dan bodoh. Pahala yang masih
jauh tetapi diperhitungkan. Sungguh, sedikit pun tak akan dapat dicapainya". jawab Syech
Siti Jenar.
"Banyak
orang melakukan sholat tetapi tidak menyentuh kepada Yang disembah. Ini
bagaimana?". tanya seorang santri.
"Memang banyak orang yang secara lahiriah tampak khusuk sholatnya. Bibirnya
sibuk komat-kamit memanjatkan dzikir dan doa-doa, namun hatinya ramai oleh urusan duniawi
mereka. Islam yang demikian ini ibarat kelapa, mereka hanya makan serabutnya.
Padahal yang paling nikmat adalah buah/daging kelapa dan air kelapanya. Mereka
sholat lima waktu sebatas lahiriah saja. Tidak berpengaruh sama sekali
kepada akal budinya. Padahal sholat itu diharapkan dapat mencegah keji dan
munkar namun mereka tak mampu melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kalaupun hakikat sholatnya itu membekas pada budinya itupun hanya sedikit. Buat
apa sholat lima kali jika perangainya buruk ? masih suka mencuri dan
berbohong. Untuk apa bibir lelah berzikir menyebut asma Allah SWT, jika masih
berwatak suka mengingkari asma. Kadang-kadang pula mereka berharap pahala.
Shalatnya saja belum tentu dihargai oleh Allah SWT, tetapi buru-buru meminta
balasan, …sungguh aneh"
celoteh Syech Siti Jenar kepada santrinya.
Wallahu Alam Bishowab
celoteh Syech Siti Jenar kepada santrinya.
Wallahu Alam Bishowab
No comments:
Post a Comment