Disadur dari kisah yang diceritakan oleh Al-Habib Ubaidillah bin Idrus Al-Habsyi Surabaya (alumnus ribath darul musthafa yaman).
Ketika Nabi Adam عليه السلام diturunkan ke bumi, Nabi Adam عليه السلام tidak lagi
memperoleh makanan secara mudah seperti halnya di syurga. Nabi Adam عليه السلام harus bekerja keras
untuk memperoleh buah-buahan atau daging untuk dimakan.
Ketika Nabi Adam عليه السلام memperoleh
binatang buruan dan menyembelihnya, ternyata tidak bisa langsung dimakan begitu
saja karena masih mentah dan tentunya tidak enak. Oleh karenanya Nabi Adam عليه السلام berdoa
kepada Allah سبحانه و تعالى agar diturunkan api untuk memasak. maka Allah سبحانه و تعالى mengutus Malaikat Jibril عليه السلام meminta sedikit api kepada malaikat malik di neraka untuk
keperluan Nabi Adam عليه السلام tersebut.
Malaikat Malik عليه السلام berkata:
“Duhai jibril, berapa banyak engkau menginginkan api?”.
Malaikat Jibril عليه السلام pun menjawabnya lalu berkata:
“Aku
menginginkan api neraka itu seukuran buah kurma”.
Malaikat Malik عليه السلام berkata:
“Jika saja aku memberikan api neraka itu seukuran buah kurma, maka tujuh langit dan seluruh
bumi akan hancur meleleh karena panasnya!”.
Malaikat Jibril عليه السلام pun menjawabnya lalu berkata:
“Kalau begitu berikan saja kepadaku separuh buah kurma saja”.
Malaikat Malik عليه السلام berkata kembali:
“Jika aku memberikan seperti apa yang engkau inginkan, maka langit tidak akan
menurunkan air hujan setitis pun, dan semua air di bumi akan mengering sehingga
tidak ada satupun tumbuhan yang hidup!”.
Malaikat Jibril عليه السلام pun jadi
kebingungan, sebanyak apa api neraka yang aman untuk kehidupan di bumi? karena
itu Malaikat Jibril عليه السلام berdoa:
“Ya Allah, sebanyak apa api neraka yang harus aku ambil untuk
keperluan adam di bumi?”.
Dan Allah سبحانه و تعالى berfirman:
“Ambilkan api dari neraka sebesar zarah (satuan terkecil, atom)”.
Maka Malaikat Jibril عليه السلام meminta
api neraka kepada malaikat malik sebesar zarah dan membawanya ke bumi. tetapi
setibanya di bumi, jibril merasakan api yang sebesar zarah itu masih terlalu
panas, maka beliau mencelupkan (membasuhnya) sebanyak tujuh puluh kali ke dalam
tujuh puluh sungai yang berbeda. baru setelah itu Malaikat Jibril عليه السلام membawanya kepada Nabi Adam عليه السلام dan meletakkannya di atas gunung yang tinggi.
Tetapi begitu api tersebut
diletakkan, gunung tersebut hancur berantakan. tanah, batuan, besi dan semua
saja yang ada di sekitar api itu menjadi bara yang sangat panas, dan
mengeluarkan asap. bahkan api yang sebesar zarah itu terus masuk menembusi
bumi, dan hal itu membuat malaikat jibril khawatir. karena itu ia segera
mengambil api tersebut dan membawanya kembali ke neraka.
Bara terbakar yang
ditinggalkan itulah yang sampai sekarang ini menjadi sumber api dunia, termasuk
yang menjadi magma-magma di semua gunung berapi di bumi ini. tidak bisa
dibayangkan bagaimana panasnya api neraka tersebut. kalau bara api dunia itu
umumnya berwarna merah, maka bara api neraka itu berwarna hitam kelam, seperti
hitamnya gelap malam.
Rasulullah ﷺ pernah menanyakan
tentang keadaan api neraka itu, maka Malaikat Jibril عليه السلام berkata:
“Sesungguhnya Allah سبحانه و تعالى menciptakan neraka, lalu menyalakan api neraka itu selama seribu
tahun sehingga (baranya) berwarna merah. kemudian (allah) menyalakannya
(menambah panasnya) selama seribu tahun lagi sehingga (baranya) berwarna putih,
dan (dia) menyalakannya (menambah panasnya) selama seribu tahun lagi sehingga
(baranya) berwarna hitam. maka neraka itu hitam kelam seperti hitamnya malam
yang sangat gelap pekat, tidak pernah tenang kobaran apinya dan tidak pernah
padam (berkurang) bara apinya.”
wallahu a'lam bishowab.