Syaikh Al-Farazdaq, nama lengkapnya adalah Hammam bin Ghalib Abu Firas, (bahasa Arab: همام بن غالب ، ابو فراس) biasa dikenal sebagai al-Farazdaq (bahasa Arab: الفرزدق) (± 641 - ± 728-730) adalah seorang penyair Arab.
Syaikh Al-Farazdaq lahir di Kadhima (sekarang Kuwait) dan tinggal di Basra. Syaikh Al-Farazdaq adalah anggota Darim, salah satu divisi paling terhormat di Bani Tamim, dan ibu Beliau berasal dari suku Dabbah. Kakek Beliau Sa'sa' adalah seorang Badui terkenal, ayah Beliau Ghalib mengikuti cara hidup yang sama hingga Bashrah didirikan, dan terkenal akan kelemahlembutannya.
Suatu waktu, ketika Syaikh Al-Farazdaq sedang melakukan ibadah haji, kemudian Syaikh Al-Farazdaq datang berziarah ke makam Rasulullah ﷺ dan membaca qasidah di makam Rasulullah ﷺ. dan pada saat yang bersamaan, tanpa disadari oleh Syaikh Al-Farazdaq, seseorang telah mendengarkan qasidah pujian untuk memuji Rasulullah ﷺ yang dilantunkannya.
Setelah selesai membaca qasidah tersebut, orang itu bergegas menemui Syaikh Al-Farazdaq dan mengajak Syaikh Al-Farazdaq untuk berkunjung kerumahnya dengan alasan untuk mengajak Syaikh Al-Farazdaq makan siang dirumahnya. Syaikh Al-Farazdaq pun menerima ajakan orang tersebut dengan senang hati dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah al-Munawwarah sampailah keduanya di rumah yang dituju.
Sesampainya di dalam rumah, orang tersebut memegangi Syaikh Al-Farazdaq dan berkata:
“Sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan kubawa engkau ke sini untuk ku gunting lidahmu!”
Maka orang itu segera menarik lidah Syaikh Al-Farazdaq, lalu mengguntingnya sambil berkata:
“Ambillah potongan lidahmu ini dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad!”.
Maka Syaikh Al-Farazdaq bergegas pergi dengan menahan rasa sakit dan juga rasa sedih yang timbul karena tidak lagi dapat memuji Rasulullah ﷺ. Kemudian Syaikh Al-Farazdaq datang ke makam Rasulullah ﷺ. seraya berdoa:
“Ya Allah jika penghuni makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya maka biarkan aku tidak lagi bolih berkata kata seumur hidupku, kerana aku tidak memerlukn lidah ini kecuali hanya untuk memujiMu dan memuji NabiMu. Namun jika Engkau dan NabiMu redha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula”.
Syaikh Al-Farazdaq pun menangis hingga Syaikh Al-Farazdaq tertidur dan dalam tidurnya Syaikh Al-Farazdaq bermimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ. yang besabda:
“Aku suka mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu”.
Lalu Rasulullah ﷺ. mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada tempatnya semula. Ketika Syaikh Al-Farazdaq terbangun dari tidurnya Syaikh Al-Farazdaq mendapati lidahnya telah kembali seperti sediakala, maka Syaikh Al-Farazdaqpun bertambah ghirahnya untuk selalu memuji Rasulullah ﷺ.
Hingga di tahun selanjutnya Syaikh Al-Farazdaq datang lagi untuk berziarah ke makam Rasulullah ﷺ. dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah ﷺ. Dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui Syaikh Al-Farazdaq dan mengajak Syaikh Al-Farazdaq untuk makan siang di rumahnya.
Syaikh Al-Farazdaq masih teringat kejadian tahun yang lalu, namun Syaikh Al-Farazdaq tetap menerima ajakan tersebut sehingga Syaikh Al-Farazdaq dibawa ke rumah anak muda itu. Sesampainya di rumah anak muda itu, Syaikh Al-Farazdaq masih ingat dengan rumah itu, rumah dimana Syaikh Al-Farazdaq yang dulu pernah datangi, lalu lidah Syaikh Al-Farazdaq dipotong.
Dengan penuh rasa takdzim anak muda itu pun meminta Syaikh Al-Farazdaq untuk masuk kedalam rumahnya , setelah didalam rumahnya Syaikh Al-Farazdaq mendapati seekor kera yang sangat besar dan kelihatan sangat ganas didalam sebuah kurungan besar terbuat dari besi , maka tanpa banyak basa basi anak muda itu lalu berkata:
“Engkau lihat kera besar yang ada di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dahulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah سبحانه و تعالى mengubahnya menjadi seekor kera”.
Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى:
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ ( الأعراف
“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina”. (QS. al-A’raf ayat 166).
Kemudian anak muda itu berkata:
“Jika ayahku tidak boleh sembuh maka lebih baik Allah matikan saja.”
Maka Syaikh Al-Farazdaq berdoa:
“Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”.
Dan seketika itu pun Allah Swt. mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.
Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah سبحانه و تعالى. mencintai orang-orang yang suka memuji Rasulullah ﷺ. Kerana pujian kepada Rasulullah ﷺ. disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada Rasulullah ﷺ. bererti pula banyak mencintai Rasulullah ﷺ.
Dan semakin banyak orang yang berdzikir, bersalawat dan memuji Rasulullah ﷺ., maka Allah سبحانه و تعالى akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat.
Yaa sayyidi... yaa Rasulullah ﷺ...
Wallahu A'lam Bishowab.