Dalam suatu riwayat telah diceritakan bahwa pada suatu ketika Rasulullah ﷺ berkumpul bersama para Sahabatnya RA di beranda Masjid, tidak berapa lama datanglah seseorang masuk kedalam Masjid.
Kemudian Rasulullah ﷺberkata kepada para Sahabat;
"Siapakah diantara kalian yang berani untuk membunuhnya (orang yang masuk kedalam Masjid)???".
Sayyidina Abu Bakar RA kemudian mengacungkan tangan seraya berkata,
"Aku bersedia Ya Rasulullah.....".
Kemudian masuklah Sayyidina Abu Bakar RA kedalam masjid dan berniat membunuhnya. Ketika Sayyidina Abu Bakar RA sudah berada dalam Masjid, Sayyidina Abu Bakar RA mendapati orang tadi sedang melaksanakan sholat. Lalu bergetarlah hati Sayyidina Abu Bakar RA. Dalam hati Sayyidina Abu Bakar RA bergumam:
"Bagaimana mungkin aku tega untuk membunuhnya, sementara lelaki ini sedang sholat, berarti dia adalah seorang muslim. Bukankah Rasulullah ﷺ telah melarang membunuh orang Muslim tanpa alasan yang dibenarkan".
Akhirnya Sayyidina Abu Bakar RAsegera keluar dari Masjid tidak jadi membunuh orang tersebut sambil menyampaikan alasan kenapa Beliau RA tidak jadi membunuhnya kepada Rasulullah ﷺ.
.
Kemudian Rasulullah ﷺ menanyakan kembali kepada Sahabat yang lain. Lalu berdirilah Sayyidina Umar RA menyambut seruan Rasulullah ﷺ. Sayyidina Umar RA lalu segera masuk, dan melihat orang tersebut sedang sujud dalam sholatnya dan ditunggu lama sekali.. Akhirnya Sayyidina Umar RA tidak jadi membunuhnya dengan alasan yang mirip dengan Sayyidina Abu Bakar RA.
Untuk ketiga kalinya Rasulullah ﷺ menanyakan kepada para Sahabat siapa yang berani membunuhnya. Lalu Berdirilah Sayyidina Ali RA dan langsung berbegas masuk ke dalam Masjid, tetapi orang tersebut sudah tidak ada, entah kemana.
Rasulullah ﷺ kemudian bersabda dan memberitahukan kepada pada Sahabat RA>
"Dia itu adalah merupakan tanduk dari syetan, andai saja tadi ada yang membunuhnya, niscaya tidak akan ada 2 diantara ummatku saling membunuh sampai hari kiamat".
Begitulah Rasulullah ﷺ diberi oleh Allah SWT ilmu hakikat dan syari'at, keduanya boleh dilakukan. Perintah Rasulullah ﷺ itu merupakan hakikat (petunjuk dari Allah SWT langsung), sementara Para Sahabat melihatnya dari sisi Syariat yang sering kali hakikat tidak nyambung dengan syariat. Seperti halnya Nabi Khidir AS dan Nabi Musa AS. Nabi Khidir hanya menguasai ilmu hakikat, sementara Nabi Musa AS menguasai ilmu Syariat, maka keduanya berselisih.
Wallahu Alam Bishowab.
No comments:
Post a Comment