Secara umum Ilmu Falak dapat disamakan dengan Astronomi, yaitu ilmu yang mempelajari perbintangan, Ilmu Falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi, bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi. Peredaran benda-benda langit tersebut digunakan untuk menentukan waktu sholat, arah kiblat, gerhana bulan dan matahari serta penentuan awal bulan bulan hijriyah. Dan sebagai patokan-patokan penetuan waktu ibadah diambil dari Al-Qur’an yang diperjelas dengan hadist dan mencapai puncaknya pada kaum ‘Ad dizaman nabi Hud AS .
Dalam sebuah riwayat karena kedurhakaannya kepada Allah SWT dengan diturunkannya azab berupa bencana kekeringan, kelaparan yang terjadi di mana-mana terus melanda kaum ‘Ad. Para ahli ilmu falaq dan pemimpin kaum ‘Ad tetap pada pendiriaannya bahwa bencana yang timbul bukan karena azab dari Allah SWT tetapi disebabkan karena adanya perubahan iklim semata .
Setelah perundingan panjang, maka diputuskanlah untuk mengirim ahli-ahli ilmu falaq dengan memodifikasi cuaca hanya untuk menurunkan hujan. Ahli-ahli ilmu falaq kaum 'Ad lalu mendapat kesimpulan bahwa semua awan-awan itu berasal dari Mekkah lalu awan-awan itu tersebar ke seluruh penjuru bumi. Lalu terpilihlah 70 orang yang terdiri drai para ahli ilmu dibidangnya (Nabi Hud tidak termasuk dalam rombongan ini) yang memiliki fisik yang kuat, lalu mereka dianahkan untuk melakukan istisqa (Dalam syareat islam istiqa adalah dengan melakukan sholat. Maka kaum ‘Ad melakukan istisqa dengan cara modifikasi cuaca).
Mereka ini memulai perjalanan mereka menuju ke Mekkah. setelah mereka tiba di pinggiran kota Mekkah merekapun tinggal di kediaman salah seorang kerabat mereka yang tinggal di sana, dalam sebuah riwayat orang tersebut bernama Mu’awiyah bin Bakr.
Mu’awiyah merasa sangat terhormat, ia memuliakan tamu dengan membuat pesta-pesta. Hidangan yang disajikan terlihat lezat dengan hiburannya, dengan dihibur oleh penyanyi dan penari setempat. Suasana ini membuat mereka lupa akan tujuan awal mereka. setelah satu bulan mereka tidak melakukan apapun untuk istiqa. Muawiyah khawatir dengan apa yang terjadi. Ia sungkan untuk menanyakan akan tujuan mereka datang ke kota mekkah. Ia hanya tidak ingin dianggap pelit tidak mau menjamu mereka.
Mu’awiyah lalu berinisiatif untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi, dimana kemarau telah menimpa kaum ‘Ad. Ia pun menyimpulkan bahwa apa yang terjadi adalah akibat kedurhakaan kaum ‘Ad kepada seorang nabi yang telah Allah utus kepada mereka.
Kemudian Muawiyah menemukan sebuah ide, lantas ia menyuruh para penyanyi pada hiburan tersebut untuk menyanyikan syair karyanya, tanpa memberi tahu siapa yang telah menulisnya. Dan ketika mereka mendengarkan syair tersebut, maka mereka baru teringat kembali akan maksud dan tujuan mereka datang ke kota Mekkah.
Merekapun tersadar dan kemudian menyiapkan segala sesuatunya untuk memasuki kota Mekkah. Diantara mereka terdapat seseorang bernama Martsad bin Sa’d. Ia telah beriman kepada Nabi Hud AS dari sejak lama, namun dia telah menyembunyikannya. Martsad lalu berkata :
"Sesungguhnya cara ini (istiqa dengan jalan modifikasi cuaca), bukanlah hal yang dapat menurunkan hujan. Apa yang dapat membuat hujan turun kembali adalah dengan keta’atan kalian kepada nabi yang telah Allah utus".
"Sesungguhnya cara ini (istiqa dengan jalan modifikasi cuaca), bukanlah hal yang dapat menurunkan hujan. Apa yang dapat membuat hujan turun kembali adalah dengan keta’atan kalian kepada nabi yang telah Allah utus".
Keberanian Martsad ini dijawab dengan pertentangan, pemimpin mereka yang bernama Jalhamah meminta agar Muawiyah dapat menahan Martsad. Merekapun (tanpa disertai Martsad) segera bergegas pergi ke kota Mekkah.
Sesampainya di kota Mekkah, istiqa dengan modifikasi cuaca dimulai dengan upacara ritual, do’a-do’a kepada Allah dipanjatkan. Ketika kumpulan-kumpulan awan muncul, mereka melakukan identifikasi terhadap awan-awan tersebut. Beberapa saat proses dilakukan hingga terkumpul banyak jenis awan di atas langit mekkah. Merekapun bergembira, mereka lalu meminta salah seorang ahli falak yang paling mengetahui tentang awan-awan tersebut untuk memilih salah satu awan agar dapat diarahkan ke kawasan Mughits di Yaman.
Ahli falak tersebutpun memilih sebuah awan hitam, sementara awan-awan yang lain mereka arahkan menuju daerah-daerah yang lain. Sesudah awan terpilih merekapun bergegas menuju Mughits bersama awan pilihan mereka.
Ketika awan hitam tersebut mulai tiba di langit mughits, seorang wanita bernama Fahdad merasakan adanya kejanggalan. Ia adalah seorang ahli falak wanita yang telah mempelajari tentang sifat-sifat awan. Ia mencocokan semua ilmu yang dipelajarinya tentang awan dengan apa yang ada dilangit Mughits. Apa yang ia lihat adalah suatu jenis awan yang sama sekali belum dipelajarinya. Apa yang kini berada di langit Mughits bukanlah awan hitam pembawa hujan. Lalu ia semakin dalam untuk mengamatinya. Ia mendapatkan bahwa awan-awan hitam yang semakin menumpuk diatas langit kampungnya berisi kilatan-kilatan petir.
Fahdad mengalami kepanikan yang luar biasa. Ia berupaya meyakinkan kepada para ahli ilmu falaq dan pemimpin kaum ‘Ad , bahwa apa yang ada dilangit Mughits bukanlah awan untuk menurunkan hujan, tetapi itu adalah awan yang dapat menyebabkan mala petaka yang dapat menimbulkan bencana. Ia meminta dengan segera agar dilakukannya teknik pemecah awan.
Para ahli ilmu falaq dan pemimpin kaum ‘Ad tidak begitu saja mau mempercayai analisa-analisa dari Fahdad, mereka tetap bersikeras, bahwa awan itu adalah pilihan yang terbaik, awan yang akan memberi berkah bagi kaum ‘Ad, jalan keluar dari bencana yang timbul tiga tahun lamanya.
Adapun kepada nabi Hud AS, Allah SWT telah mewahyukan kepadanya bahwa awan-awan tersebut adalah awan malapetaka sebagai azab yang telah diturun oleh Allah SWT. Nabi Hud AS dan para pengikutnya lalu diselamatkan oleh Allah.
seketika itu juga kaum ‘Ad ditimpa hujan dan badai dingin, selama 7 malam delapan hari. Suatu azab yang telah diturun oleh Allah SWT karena ulah mereka sendiri. Merasa paling tahu mengenai ilmu falak dengan memodifikasi cuaca dengan cara memilih dan memisahkan awan-awan lalu menggiring awan-awan tersebut dengan kesombongan dan sesuka hati mereka yang menyebabkan musibah bagi diri mereka sendiri.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan Sesungguhnya Telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyeMbah selain Allah, Sesungguhnya Aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar". Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyeMbah) tuhan-tuhan Kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang Telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) Hanya pada sisi Allah dan Aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang Aku diutus dengan membawanya tetapi Aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh." Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke leMbah-leMbah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. Dan Sesungguhnya kami Telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan kami Telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka Telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. Dan Sesungguhnya kami Telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan kami Telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat)." (QS. Al-Ahqaf : 21-27).
Wallahu A'lam Bishowab.
No comments:
Post a Comment