Tulisan ini hanya untuk Meluruskan Fitnah Kubro mengenai pandangan orang-orang yang mengaku muslim tentang Orang Tua Rasulullah ﷺ di Neraka.
Redaksi hadist sebagai berikut:
"Dari Anas, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, di manakah tempat ayahku (yang telah meninggal) sekarang berada?” Beliau menjawab, “Di neraka.” Ketika orang tersebut menyingkir, maka beliau memanggilnya lalu berkata, “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka.”
Apakah benar jika Orang Tua Rasulullah ﷺ itu berada di Neraka?. Padahal diriwayatkan dalam beberapa sirah Nabawiyyah :
“ Orang-orang kafir berkata kepada Abu Thalib “ Katakan pada anakmu agar tidak lagi mencaci tuhan-tuhan kami “, dan suatu hari Abu Thalib berkata pada mereka pada apa yang mereka katakan padanya“Berikan anakmu pada kami agar kami membunuhnya dan ambillah anak ini sebagai gantinya maka aku akan berikan anakku untuk kalian bunuh dan aku mengambil anak kalian untuk aku pelihara “.
Tahukah anda jika ayah yang disebut Rasulullah ﷺ itu adalah penamaan untuk Abu Thalib yang disebut ayahRasulullah ﷺ, karena ia telah mengasuh dan menjaga Rasulullah ﷺ.
Imam At-Thabrani mentakhrij hadits dari Ummi Salamah bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda :
“ Sunngguh aku mendapatkan pamanku Abu Thalib di bagian dasar api neraka, lalu Allah mengeluarkannya sebab kedudukan dan kebaikannya di sisiku, maka Allah memindahkannya di bagian dangkal api neraka “.
Hadits ini mengisyaratkan bahwa orangtua Rasulullah ﷺ tidak di neraka, sebab jika orangtua Rasulullah ﷺ di neraka, maka niscaya keduanya paling ringan siksaannya daripada Abu Thalib, sebab kedua orangtua Rasulullah ﷺ lah yang paling dekat kedudukannya di sisi Rasulullah ﷺ dan paling besar udzurnya di sisi Allah SWT. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:
“ Sesungguhnya Jibril turun kepadaku dan berkata “ Sesungguhnya Allah mengirim salam untukmu dan berfirman “ Aku mengharamkan neraka atas orang yang menurunkanmu dari sulbinya, orang yang mengandungmu dan pangkuan orang yang merawatmu “.
Sebagaimana Nabi Ibrahim عليه السلام menyebut Azar sebagai ayahnya padahal Azar itu adalah Paman Nabi Ibrahim عليه السلام. Allah سبحانه و تعالى berfirman:
"Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Azar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S Al An`am : 74)
Dalam ayat diatas yang maksud abihi (ayahnya) Nabi Ibrahim عليه السلام yang bernama Azar adalah pamannya bukan ayahnya.
Hadist tersebut juga bertentangan dengan Firman Allah سبحانه و تعالى:
“dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”(Q.S Al Isra`: 15).
Imam Ath-Thobari menyebutkan hadits berikut yang telah ditakhrij oleh Abu Ali bin Syadzan dan juga terdapat dalam Musnad Al-Bazzar dari Ibu Abbas Ra, beliau berkata :
“ Beberapa orang dari Quraisy datang kepada Shofiyyah binti Abdil Muththalib, lalu mereka saling membangga-banggakan diri dan menyebutkan perihal jahiliyyah. Maka Shofiyyah berkata “ Dari kalangan kami lahir Rasulullah Saw “, lalu mereka menjawab “ Kurma atau pohon tumbuh di tempat kotor “. Kemudian Shofiyyah mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw marah dan memerintahkan Bilal berseru pada orang-orang untuk berkumpul, lalu Rasulullah Saw berdiri di atas mimbar dan bersabda “ Wahai manusia, siapakah aku ? mereka menjawab “ Engkau adalah utusan Allah. Kemudian Rasulullah bersabda lagi “ Sebutkanlah nasabku ! Mereka menjawab “ Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib “, maka Rasulullah Saw bersabda “ Ada apa satu kaum merendahkan nenek moyangku, maka demi Allah sesungguhnya nenek moyangku seutama-utamanya nenenk moyang dan sebaik-baik tempat (kelahiran) “.
Para zumhur ulama telah sepakat mengatakan bahwa hadits riwayat Muslim tersebut merupakan hadits Aahad yang matruk ad-Dhahir. Hadits Aahad jika bertentangan dengan nash Al-Quran, atau hadits mutawatir, atau kaidah-kaidah syare’at yang telah disepakati atau ijma’ yang kuat, maka dhahir hadits tersebut ditinggalkan dan tidak boleh dibuat hujjah dalam hal aqidah.
Imam Nawawi berkata :
“ Kapan saja hadits Ahad bertentangan dengan nash ayat Quran atau ijma’, maka wajib ditinggalkan dhahirnya “ (Syarh Al-Muhadzdzab, juz :4 hal : 342).
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata :
“ Imam Al-Karamani berkata “ Ketahuilah sesungguhnya hadits Aahad hanya boleh dibuat hujjah dalam hal amaliah bukan dalam hal aqidah “. (Fath Al-Bari juz : 13 hal : 231).
Imam Malik sangat terkenal menolak hadits Aahad jika bertentangan dengan amal penduduk Madinah demikian juga imam Ibnu Mahdi sebagaimana disebutkan oleh Al-Qadhi Iyadh dalam kitab Tartibul Madarik.
Ibnu Taimiyyah berkata :
“ sesungguhnya ini termasuk hadits aahad, bagaimana pondasi agama yang merupakan standar keabasahan iman, bisa menjadi tsubut / tetap dengannya“. (Minhaj As-Sunnah juz 2 hal : 133)
Hadits riwayat imam Muslim tersebut statusnya syadz, sebab perawi hadits tersebut yang bernama Hammad diragukan hafalannya oleh para ulama ahli hadits. Dalam hadits-hadits riwayatnya banyak kemungkaran, bahkan diketahui bahwa rabibnya telah membuat kerancuan dalam kitab-kitabnya dan Hammad tidak menghafal hadits-haditsnya sehingga membuat kesamaran dalam haditsnya. Oleh karenanya imam Bukhari tidak mentakhrij hadits darinya.
Al-Hafizh as-Suyuthi melemahkan hadits tersebut dalam kitabnya Masaliku Hunafa fi Walidai Musthafa 2/432–435 dengan alasan bahwa Hammad bin Salamah telah diselisihi oleh Ma’mar bin Rasyid, di mana beliau tidak menyebutkan lafazh ini, tetapi dengan lafazh “Apabila engkau melewati kuburan seorang kafir maka beritakanlah dia dengan neraka”. Hadits dengan lafazh ini lebih kuat, karena Ma’mar lebih kuat hafalannya daripada Hammad, sebab Hammad ada pembicaraan dalam hafalannya, berbeda halnya dengan Ma’mar.
Riwayat Ma’mar dari Anas, al-Baihaqi dari Sa’ad bin Abi Waqqosh :
“Sesungguhnya A’robi berkata kepada Rasulullah ﷺ “ dimana ayahku ?, Rasulullah ﷺ menjawab : “ dia di neraka”, si A’robi pun bertanya kembali “ dimana Ayahmu ?, Rasulullah ﷺ pun menjawab “ sekiranya kamu melewati kuburan orang kafir, maka berilah kabar gembira dengan neraka “.
Dari riwayat di atas sangatlah jelas datang tanpa menyebutkan ayahanda dari Rasulullah ﷺ ada di neraka.
Wallahu A'lam bishowab.
No comments:
Post a Comment