Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang
yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan karena
sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.”
(QS.Al-Hujurat[]: 12)
Lalu suamiku bertanya:
“Mengapa, kamu ingin bercerai denganku?”.
Akupun menjawab:
“Mengapa, kamu ingin bercerai denganku?”.
Akupun menjawab:
“Aku jenuh dan aku bosan, kamu tidak
pernah lagi memberikan kehangatan, kasih sayang dan cinta yang aku dambakan”.
Diapun hanya terdiam dan termenung setelah mendengar jawaban yang telah aki berikan.
Lalu diapun bertanya:
“Apa yang harus aku lakukan untuk
merubah pikiranmu itu ?”
Aku menatap matanya dalam-dalam dan dengan tenang aku menjawab :
“Duhai suamiku, aku punya sebuah pertanyaan untukmu. jika kamu dapat menjawabnya aku akan merubah keputusanku. Seandainya, jika saja aku menginginkan setangkai bunga yang terletak di tebing sebuah gunung dan kita berdua tahu jika kamu mendaki gunung itu, kamu pasti akan meninggal. Apakah kamu tetap akan pergi untuk memetik bunga itu untukku?”
“Duhai suamiku, aku punya sebuah pertanyaan untukmu. jika kamu dapat menjawabnya aku akan merubah keputusanku. Seandainya, jika saja aku menginginkan setangkai bunga yang terletak di tebing sebuah gunung dan kita berdua tahu jika kamu mendaki gunung itu, kamu pasti akan meninggal. Apakah kamu tetap akan pergi untuk memetik bunga itu untukku?”
Diapun hanya bisa terdiam membisu lalu berkata:
“Aku akan memberikan jawabannya besok".
“Aku akan memberikan jawabannya besok".
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia putuskan untuk pergi dari rumah tanpa sepengetahuanku, dan meninggalkan selembar kertas dengan tulisan tangannya di bawah gelas yang berisi
susu dan akupun membacanya yang bertuliskan…
Dear My lovely
“Kamu harus menegtahui bahwasanya aku sebagai suamimu memutuskan untuk tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkanlah aku untuk menjelaskan alasannya.”
Kalimat pertama yang ditulisnya telah menghancurkan perasaanku berkeping-keping
tetapi masih terus saja aku coba untuk membacanya.
“Setiap malam Kamu selalu saja
mengeluh merasa capek dan lelah setelah seharian mengerjakan kewajibanmu,
dan dengan senang hati aku akan memijitbagian tubuhmu yang sakit itu”.
“Dan ketahuilah apabila kamu sedang berada di rumah dan aku selalu memikirkan akan keadaan kamu dan anak-anak dirumah, mungkin kamu merasa
bosan lalu aku akan membawakan sesuatu yang istimewa dengan harapan dapat menghibur kamu di rumah, ya aku sangat paham jika aku tidak bisa selalu dapat menemani kamu dirumah, karena aku harus
menjaga fisik, kondisi dan staminaku agar selalu bugar karena ketika kelak aku tua nanti, aku masih dapat membantumu mengguntingkan kuku kamu dan memijit kakimu.”
“Tanganku akan selalu senantiasa ada untuk membelaimu, memelukmu, memegang tanganmu, membimbing dan menemanimu. Menceritakan
warna-warna bunga yang harum dan indah seperti sebagaimana harum dan indahnya dirimu."
“Tetapi sayang, kenapa aku memutuskan untuk tidak akan mengambil bunga yang ada di tebing gunung itu untukmu? buat apa aku petik bunga itu jika hanya untuk menjemput ajalku saja. Jika saja aku pergi untuk selama-lamanya karena memetik bunga itu pastinya semua yang kamu harapkan jadinya sia-sia saja, karena kamu tidak mendapatkan bunga itu dan akupun takkan akan kembali lagi untuk selama-lamanya. Apakah engkau tidak akan menyesal setelah kejadian ini?”.
“ha ha ha.... ketahuilah sayang, bahwa aku tidak sanggup untuk melihat air mata kamu mengalir berjatuhan kebumi hanya untuk menangisi
kepergianku”.
“Sayangku, aku tahu, jika ada banyak orang yang mencintai kamu melebihi caraku yang mencintai kamu.”
“Untuk itu Sayang, jika memang semua yang telah aku berikan untukmu itu tidak cukup buat kamu”,
“Maka aku tidak akan menahan
kamu untuk mencari pengganti diriku yang dapat membahagiakan
kamu”.
Air matakupun mulai jatuh ke atas tulisan dan membuat
tintanya menjadi kabur, tetapi aku masih tetap berusaha untuk terus membacanya.
“Dan sekarang Sayang, kamupun telah selesai membaca jawabannya dariku. Jika kamu puas dengan semua jawaban dariku ini dan tetap menginginkanku untuk tetap menjadi imammu dan tinggal di rumah ini, aku minta tolong agar kamu mau membukakan pintu
rumah kita ini, karena sesungguhnya sekarang aku sedang berdiri didepan pintu seraya menunggu
jawaban darimu.”
“Jika kamu tidak puas dengan jawaban dariku ini Sayang,
biarkanlah aku masuk untuk mengemas barang-barangku, aku membebaskanmu dan tidak akan
mempersulitkan lagi hidupmu. Percayalah, kebahagiaan yang haqiqi bagiku adalah apabila melihat kamu bahagia.”
Akupun segera berlari untuk membuka pintu dan melihatnya sedang berdiri di depan pintu dengan penuh harap sambil kedua tangannya memegang susu dan
roti kesukaanku.
Kini barulah aku tersadar dan meminta maaf kepadanya karena tidak ada orang yang bisa mencintai diriku melebihi dari cinta yang dia berikan. Itulah cinta, di saat kita
merasa cinta itu telah mulai hilang dan sirna, kita harus pahami adalah bahwa itu semua adalah hasil karya dari manifestasi pikiran dan perasaan kita yang merasa bahwa pasangan kita tidak dapat memberikan perwujudan dari cinta yang kita inginkan, perlu diketahui bahwa cinta yang haqiqi itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita
bayangkan atau pikirkan sebelumnya. Sambutlah wujud lain dari cinta yang diberikan dengan tulus oleh
pasangan kita, dan jangan mengharapkan
kewujudan yang tertentu yang sempurna. Karena cinta tidak selalu harus berwujud yang sempurna entah itu dalam bentuk bunga, harta, ataupun wujud lain yang kita inginkan.
No comments:
Post a Comment