Monday, March 28, 2016

Sifat-sifat Muhammad bin Abdul Wahhab

Disadur dari Kitab DURARUSSANIYAH FIR RADDI ALAL WAHABIYAH karya Al- Allamah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan Asy-Syafi’I :


Diantara sifat-sifat Muhammad bin Abdul Wahhab yang tercela ialah kebusukan dan kekejiannya yang melarang orang-orang berziarah ke makam dan membaca sholawat atas Nabi Muhamad SAW, bahkan Muhammad bin Abdul Wahhab sampai menyakiti orang yang hanya sekedar mendengarkan bacaan sholawat dan yang membacanya dimalam Jum’at serta yang mengeraskan bacaannya di atas menara-menara dengan siksaan yang amat pedih.

Pernah suatu ketika ada seorang lelaki yang buta dan memiliki suara yang bagus bertugas sebagai muadzin, dia telah dilarang mengucapkan shalawat di atas menara, namun setelah dia selesai mengumandangkan adzan lalu bergegas membaca shalawat, maka langsung seketika itu pula Muhammad bin Abdul Wahhab memerintahkan untuk membunuhnya, kemudian dibunuhlah dia, setelah itu Muhammad bin Abdul Wahhab berkata :

“Perempuan-perempuan yang berzina dirumah pelacuran adalah lebih sedikit dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara2 lalu membaca shalawat atas Nabi setelahnya". 

Kemudian Muhammad bin Abdul Wahhab memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya bahwa apa yang dilakukan itu adalah untuk memelihara kemurnian tauhid . Maka betapa kejinya apa yang diucapkannya dan betapa jahatnya apa yang dilakukanya. 

Tidak hanya itu saja, bahkan Muhammad bin Abdul Wahhab juga membakar kitab Dalailul Khairat ( kitab ini yang dibaca para pejuang Afghanistan sehingga mampu mengusir Uni Sovyet / Rusia) dan juga kitab-kitab lainnya yang memuat bacaan-bacaan shalawat serta keutamaan membacanya ikut dibakar, sambil berkata apa yang dilakukan ini semata-mata untuk memelihara kemurnian tauhid.

Muhammad bin Abdul Wahhab juga melarang para pengikutnya membaca kitab-kitab fiqih, tafsir dan hadits serta membakar sebagian besar kitab-kitab tsb, karena dianggap susunan dan karangan orang-orang kafir. Kemudian menyarankan kepada para pengikutnya untuk menafsirkan Al Qur’an sesuai dengan kadar kemampuannya, sehingga para pengikutnya menjadi tak berakhlaqul karimah dan masing-masing personal menafsirkan Al Qur’an sesuai dengan kadar kemampuannya, sekalipun tidak secuilpun dari ayat Al Qur’an yang dihafalnya. Lalu ada seseorang dari mereka berkata kepada seseorang : 
“Bacalah ayat Al Qur’an kepadaku, aku akan menafsirkanya untukmu"
dan apabila telah dibacaka ntuknya, maka Muhammad bin Abdul Wahhab akan menafsirkan dengan pendapatnya sendiri. 

Muhammad bin Abdul Wahhab memerintahkan kepada pengikut dan sahabat-sahabatnya untuk mengamalkan dan menetapkan hukum sesuai dengan apa yang mereka fahami serta memperioritaskan kehendaknya diatas kitab-kitab ilmu dan nash-nash para ulama, Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan bahwa sebagian besar pendapat para imam keempat madzhab itu tidak ada apa-apanya.

Sekali waktu, Muhammad bin Abdul Wahhab menutupinya dengan mengatakan bahwa para imam ke empat madzhab Ahlussunnah adalah benar, namun Muhammad bin Abdul Wahhab juga mencela orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Dan dilain waktu Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan bahwa syari’at itu sebenarnya hanyalah satu, namun mengapa mereka (para imam madzhab) menjadikan 4 madzhab. Ini adalah kitab Allah dan sunnah Rasul, kami tidak akan beramal, kecuali dengan berdasar kepada keduanya dan kami sekali-kali tidak akan mengikuti pendapat orang-orang Mesir, Syam dan India. Yang dimaksud adalah pendapat tokoh-tokoh ulama Hanbaliyyah dll dari ulama-ulama yang menyusun buku-buku yang menyerang fahamnya.

Dengan demikian, maka Muhammad bin Abdul Wahhab adalah orang yang membatasi kebenaran, hanya yang ada pada sisinya, yang sejalan dengan nash-nash syara’ dan ijma’ ummat, serta membatasi kebathilan di sisinya apa yang tidak sesuai dengan keinginannya, sekalipun berada diatas nash yang jelas yang sudah disepakati oleh ummat.

Dan Muhammad bin Abdul Wahhab adalah orang yang mengurangi keagungan Rasulullah SAW dengan banyak sekali atas dasar memelihara kemurnian tauhid. Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan bahwa Nabi SAW itu tak ubahnya :” Thorisy” yang merupakan istilah kaum orientalis yang berarti seseorang yang diutus dari suatu kaum kepada kaum yang lain. Artinya, bahwa Nabi SAW itu adalah pembawa kitab, yakni puncak kerasulan beliau itu seperti “Thorisy” yang diperintah seorang amir atau yang lain dalam suatu masalah untuk manusia agar disampaikannya kepada mereka, kemudian sesudah itu berpaling (atau tak ubahnya seorang tukang pos yang bertugas menyampaikan surat kepada orang yang namanya tercantum dalam sampul surat, kemudian sesudah menyampaikannya kepada yang bersangkutan, maka pergilah dia. Dengan ini maka jelaslah bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab hanya mengambil sebagian al Qur’an dan sebagian dia lagi tinggalkannya).

Diantara cara Muhammad bin Abdul Wahhab mengurangi ke-agungan Rasulullah SAW ialah pernah mengatakan :
 “Aku melihat tentang kisah perjanjian Hudaibiyah, maka aku dapati mestinya begini dan begini”, 
dengan maksud menghina dan mendustakan Nabi SAW (seolah-olah bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab lebih mngetahui jika dibandingkan dengan Nabi SAW mengenai perjanjian itu) dan seterusnya masih banyak lagi nada-nada yang serupa yang Muhammad bin Abdul Wahhab ucapkan, sehingga para pengikutnya pun melakukan seperti apa yang dilakukannya dan berkata seperti apa yang diucapkannya itu. Sehingga Muhammad bin Abdul Wahhab berkata kepada para sahabat dan pengikutnyapun :
“Sesungguhnya tongkatku ini lebih berguna daripada Muhammad, karena tongkatku ini bisa aku pakai untuk memukul ular, sedang Muhammad telah mati dan tiada sedikit manfaatpun yang tersisa darinya, karena dia (Nabi Muhamad SAW) adalah seorang Thorisy dan sekarang sudah berlalu”.

Banyak para ulama’ yang menyusun buku guna menolak faham ini mengatakan bahwa ucapan-ucapan seperti itu adalah “KUFUR” menurut ke empat madzhab, bahkan kufur menurut pandangan seluruh para zumhur Ulama.

Wallahu Alam Bishowab.

Tuesday, March 15, 2016

Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas, Pelantun Diba' dari Bekasi

Mari Kita berkenalan dengan Pelantun Diba' dari Bekasi, seorang guru sekaligus Ulama muda yang memiliki Akhlaqul karimah dan seorang figur kharismatik. Dialah Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas Pelantun Diba' (Maulid Ad-Diba’i) dari kota Bekasi yang meneruskan jejak ayahandanya Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas. 

Maulid Ad-Diba’i merupakan sebuah maha karya maulid yang sangat termasyhur dikalangan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, sebuah gubahan dari  seorang ulama besar yang juga ahli hadits yaitu Imam Wajihuddin ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali bin Yusuf bin Ahmad bin ‘Umar ad- Diba`ie asy-Syaibani al-Yamani az- Zabidi asy-Syafi` yang berisikan tentang syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad SAW dan kisah tentang ihwal kehidupan Nabi Muhamad SAW.

Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas adalah anak keempat dari pernikahan Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas dengan Syarifah Lu’lu binti Abdullah Al-Atthas yang telah dikaruniai tujuh orang anak. 

Beberapa waktu sebelumnya, ketika Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas masih menuntut ilmu di Hadramaut, ayahanda Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas yaitu Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas sempat gundah, atas apa yang terjadi diluar expetasi Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas (Manusia boleh saja berencana tapi kembali lagi kepada Allah SWT yang maha berkehendak),  ketika mendapati putra sulungnya  yang diharapkan akan meneruskan jejak Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas sebagai pewaris, pembaca dan penghafal Maulid Ad-Diba’i telah berpulang ke rahmatullah. 

Tetapi tidak lama kemudian setelah Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas yang baru saja pulang sehabis menuntut ilmu dari Hadramaut, Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas dapat merasa lega ketika mendapati bahwa Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas ternyata juga dapat menghafal Maulid Ad-Diba’i dan disiapkan untuk meneruskan jejak ayahandanya Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas untuk membaca dan melantunkan Maulid Ad-Diba’i. Dan Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas juga telah mewarisi kepiawaian ayahandanya, Al-Habib Ali bin Shalih Al-Atthas dalam  membaca, menghafal dan melantunkan Maulid Ad-Diba’i.

Ada pepatah bilang jika Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya yang artinya bahwa akhlaq anak tidak akan berbeda jauh dari orang tuanya. Ini juga berlaku bagi   Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas memiliki kepribadian akhlaqul karimah Seperti hal ayahandanya, Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas. Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas juga akan selalu meluangkan waktu hanya untuk  memenuhi undangan  membacakan dan melan­tunkan  Maulid Ad-Diba’i.

Ihwal kepiawaian Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas mem­baca kitab Maulid Ad-Diba’i ini telah digariskan secara turun temurun berawal dari Al-Ha­bib Muhammad bin Muhsin Alatas, gene­rasi pertama habaib yang telah menjejakkan kaki di kota Bekasi, kemudian diturunkan kepada kakeknya Al- Habib Sholeh bin Abdullah Alatas, lalu diturunkan lagi kepada ayahnya Al-Habib Ali bin Sholeh Al-Atthas bin Abdullah Alatas. Dan akhirnya diturunkan lagi kepada Al-Habib Abdullah bin Ali Al-Atthas.



Wallahu Alam Bishowab.

Wednesday, March 9, 2016

Kenapa Sih Wanita Dianggap Kurang Akal?

Sering sekali perempuan itu mengeluh dan bertanya "Kenapa sih wanita itu dianggap kurang akal". Hal itu  berdasarkan hadist berikut:

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudriy  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  berkata: 

“Suatu ketika Rasulullah   keluar pada hari raya menuju ketempat shalat Id dan melewati sekelompok wanita. Beliau ﷺ bersabda: 
"Duhai kaum wanita bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka".

Mereka lalu bertanya: 
"Mengapa wahai
Rasulullah?".

Rasulullah ﷺ  pun menjawab: 
"Kalian sering melaknat dan durhaka terhadap suami. Dan tidaklah aku menyaksikan orang yang memiliki kekurangan akal dan agama yang dapat menghilangkan akal kaum laki-laki yang setia daripada salah seorang diantara kalian". 

Mereka lalu bertanya:
"Apa yang dimaksud dengan kekurangan agama dan akal kami wahai Rasulullah?".

Rasulullah  menjawab:
"Bukankah kesaksian seorang wanita sama dengan separuh dari kesaksian seorang pria?’".

Mereka menjawab:
"Benar".

Rasulullah   berkata lagi: 
"Bukankah apabila wanita mengalami haidh maka dia tidak melakukan shalat dan puasa?’".

Mereka menjawab:
"Benar".

Beliau  ﷺ berkata:
"itulah (bukti) kekurangan agamanya".
(HR. Bukhari).

Mengenai  jawaban dari pertanyaan  mengenai wanita itu dianggap kurang akal  selain karena " kesaksian seorang perempuan itu sama dengan separuh dari kesaksian seorang laki-laki " maka salah satu alasannya  adalah sebagai berikut:

Al-Habib Abdullah Bin Ali Bin Soleh Al-Atthos (Kartini -Bekasi) pernah mengatakan:
"Dalam sebuah riwayat disebutkan Allah سبحانه و تعالى telah menciptakan akal sebanyak 1000 akal.
  • 999 akal telah Allah  سبحانه و تعالى anugerahkan kepada Rasulullah  
  • 9/10 dari 1 akal yang tersisa Allah   سبحانه و تعالى  anugerahkan kepada Para Al-Anbiya Wal Mursalin. 
  • 9/100 dari 1 akal yang tersisa Allah   سبحانه و تعالى anugerahkan kepada Laki-laki. 
  • Dan 1/100 dari 1 akal yang tersisa Allah   سبحانه و تعالى  anugerahkan kepada kaum wanita".
Insya Allah dengan adanya penjelasan dari riwayat diatas semakin jelas kenapa wanita itu dianggap kurang akal yang hanya diberikan 1/100.000 akal dari 1000 akal yang ada bandingkan dengan laki-laki yang hanya diberikan 9X lebih banyak dari akal perampuan (9/100.000 akal dari 1000 akal yang ada) dan bagaimana kemuliaan dari Rasulullah   yang dianugerahkan Allah 999 akal dari 1000 akal yang diciptakan. Semoga dengan memilki pemahaman yang benar mengenai hal ini tidak menyebabkan laki-laki untuk merendahkan perempuan, atau sebagai perempuan tidak perlu merasa rendah diri. karena sebagai laki-laki itu dianjurkan untuk selalu berbuat baik kepada perempuan dan memuliakannya, sebagai perempuan harus merasa terhormat dengan kebaikan dari laki-laki yang juga akan memuliakan perempuan.Dalam sebuah riwayat lain Rasulullah    bersabda:
“Berbuat baiklah pada para wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Yang namanya tulang rusuk, bagian atasnya itu bengkok. Jika engkau mencoba untuk meluruskannya (dengan kasar), engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, tetap saja tulang tersebut bengkok. Berbuat baiklah pada para wanita.” (HR. Bukhari -Muslim).

Wallahu Alam Bishowab.

Wednesday, February 24, 2016

Basmallah dan Malaikat Zabaniah.


بِسْمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ

Kebanyakan dari kita sering menganggap Basmallah itu enteng, remeh dan bersikap acuh tak acuh terhadap basmallah. Bahkan sering kali dalam beraktivitas kita lewatkan tanpa mengawalinya dengan membaca basmalah. Entah itu ketika akan Makan, minum, keluar rumah, memulai pekerjaan-pekerjaan dan berbagai aktifitas lainnya tanpa mengucapkan basmalah. Jika diucapkannya pun seakan menjadi rutinitas saja tanpa memahami secara  mendalam akan maknanya.

Keadaan Umat Nabi Muhammad SAW Di Neraka

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Fatimah RA pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:
"Duhai Rasulullah, apakah engkau tidak bertanya tentang ummatmu, bagaimana cara malaikat memasukkannya?"

Nabi Muhammad SAW menjawab: 
"Para malaikat memang menghalau mereka ke neraka tapi muka-muka mereka tidak menjadi hitam, mata-mata mereka tidak melotot, mulut-mulut mereka tidak dikunci dan mereka tidak digandengkan dengan setan, belenggu-belenggu dan rantai-rantai tidak diikatkan pada mereka".

Fatimah RA kemudian bertanya kembali: 
"Lalu bagaimana malaikat menuntun mereka?"

Nabi Muhammad SAW menjawab: 
"Adapun orang-orang lelaki dipegang jenggotnya, para wanita dipegang rambutnya. Mereka semua menjerit-jerit menyesali masa remaja mereka karena tidak digunakan untuk kebaikan"

Nabi Muhammad SAW lalu bercerita:
Sesampainya mereka di hadapan Malaikat Malik AS, karena merasa kagum Malaikat Malik AS bertanya kepada  Malaikat Zabaniyah:
"Siapakah mereka itu? Tidakkah sampai kepada kita orang-orang celaka, tetapi keadaan mereka betul-betul mengagumkan sebab muka-muka mereka tidak menjadi hitam, rantai-rantai dan belenggu-belenggu tidak mengenai lehernya"

Malaikat Zabaniyah menjawab: 
"Demikianlah kami diperintahkan untuk mendatangkan mereka dalam keadaan seperti itu.

Lalu Malaikat Zabaniah bertanya kepada mereka: 
"Wahai orang-orang yang sangat celaka, siapakah kalian?'"

Mereka menjawab:
 "Sesungguhnya kami ini adalah ummat Muhammad SAW".

Dalam riwayat lain disebutkan, sewaktu para Malaikat Zabaniah menuntun mereka, mereka memanggil-manggil:
 "Aduh Muhammad! Aduh Muhammad!'
Namun setelah tiba di hadapan Malaikat Malik AS, mereka menjadi lupa nama Nabi Muhammad SAW karena melihat bentuk fisik Malaikat Malik AS, lalu Malaikat Malik AS  bertanya kepada mereka:
"Siapakah kalian?"

Merekapun menjawab: 
"Kami adalah ummat yang kepada kami Allah SWT menurunkan Al-Qur'an dan yang berpuasa pada bulan Ramadhan"

Lalu Malaikat Malik AS berkata: 
"Al-Qur'an tidak diturunkan kecuali kepada Muhammad SAW"

Setelah mereka mendengar nama Nabi Muhammad SAW disebutkan maka merekapun berteriak dan berkata: 
"Kami inilah ummatnya".

Malaikat Malik AS : 
"Tahukah kalian  jika dalam Al-Qur'an itu diperintahkan untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar?"

Merekapun berkata: 
"Wahai Malik, perkenankanlah kami untuk menangisi diri kami". 

Dan Malaikat Malik AS memperkenankannya, lalu menangislah mereka sejadi-jadinya dan mencucurkan air mata mereka. Sedikit pun tidak tersisa lagi air mata mereka sehingga mata mereka mengeluarkan darah. Maka berkatalah Malaikat Malik AS :
"Alangkah indahnya tangisan itu(sekiranya terjadi) di dunia, karena takut kepada Allah SWT, tentu kalian tidak dijilat api neraka."

Kemudian Malaikat Malik AS   memerintahkan kepada Malaikat Zabaniah dan berkata: 
"Wahai Zabaniyah hendaklah kamu semua melemparkan mereka ke dalam neraka."

Setelah mereka dilemparkan ke dalamnya mereka menjerit-jerit sambil mengucapkan: "Laa ilaaha illallah". 

Seketika itu juga api nerakapun tidak jadi menjilatnya. Malaikat Malik AS  memerintahkan kepada api neraka dan  berkata: 
''Wahai api ambillah mereka!'"

Api menjawab: 
"Bagaimana aku akan mengambil mereka sedangkan mereka membaca: "Laa ilaaha illallah".

Malaikat Malik AS balik menghardik:'
" Maka Dengan itulah Allah SWT pemilik Arsy Yang Maha Agung memerintahkan kalian!'

Maka terpaksa api nerakapun menjilati mereka. Dan diantara mereka ada yang terkena api hingga mengenai kedua telapak kakinya, sebagian lagi hanya sampai pusarnya dan sebagian lagi hanya sampai lehernya  Ketika api neraka sudah mendekati wajah mereka Malaikat Malik AS  memerintahkan: 
"Wahai api, janganlah kamu membakar wajah mereka sebab muka mereka pernah bersujud kepada Allah SWT. Jangan pula engkau membakar hari sebab hati adalah tempat tauhid, ma'rifat dan juga iman."

Tuesday, February 23, 2016

Dzikir Sunan Kalijaga

Dalam bertaqarrub (mendekatan diri kepada Allah SWT) Sunan Kalijaga (Raden Said) menggunakan dzikir sebagai sarananya. Dengan bacaan dzikir, Sunan Kalijaga meyakini akan memudahkan umat untuk lebih dekat dengan Allah SWT.

Berbagai macam bacaan dzikir telah Sunan Kalijaga  ajarkan kepada santrinya , begitupun cara berdzikirnya, mulai dzikir lisan, dzikir nafas , dzikir qolbu, dzikir ruh, dzikir perbuatan dan lain sebagainya.

Sunan Kalijaga seringkali  mengajarkan Dzikir kepada seseorang sesuai dengan tingkat ketaqwaan atau maqom orang tersebut, jadi wajar saja jika di masyarakat banyak yang mengaku bersumber dari ajaran Sunan Kalijaga, meskipun mereka berbeda baik dalam bacaan maupun caranya berdzikir.

Thursday, February 18, 2016

Allah SWT Tidak Perlu Dibela

Allah SWT berfirman:

Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.”( Q.S al-Isra:111)

Allah SWT memiliki sifat berdiri sendiri (Qiyamuhu Binafsihi). Artinya ialah bahwa Allah SWT berdiri sendiri dan tidak memerlukan pertolongan makhluk-Nya, dan mustahil bagi Allah SWT membutuhkan sesuatu kepada makhluk-Nya (Ikhtiyaaju Lighoirihi) karena Allah SWT Maha Kaya dan seluruh alam semesta ini adalah milik-Nya. Allah SWT berfirman; 

“… Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya)…” (Q.S. Muhammad 38).

Jika saja Allah SWT memerlukan pertolongan mahluk-Nya berarti Allah SWT menyerupai makhluk-Nya. 

Allah SWT berfirman:

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (Q.S Al Fatihah 5).

“ Tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah Ta’ala. Dialah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (Q.S.Asy-Syuro : 11 ).

Mustahil bagi Allah SWT serupa dengan makhluk-Nya. Jika Allah SWT serupa dengan makhluk-Nya, tentulah Allah SWT memiliki kelemahan dan tidak kuasa terhadap sesuatu. 

Padahal Allah SWT berfirman;
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlas 4).

“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih (Alam Semesta Bertasbih) kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( Surat Al Hadiid : 1).

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ash Shomad (Yang maha Penguasa lagi maha Sempurna dan tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu)”(Q.S Al Ikhlas 1-2).

Allah SWT yang maha kuasa lagi Maha Sempurna dan tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak memerlukan pertolongan mahluk-Nya.  Seandainya saja seluruh manusia itu kafir dan tidak beriman kepada-Nya, kesempuraan-Nya tidak akan berkurang sedikitpun. Begitu juga bila seluruh manusia itu beriman dan mengabdikan diri kepada-Nya, kesempurnaan-Nya tidak bertambah sedikitpun. Allah SWT tidak memerlukan ibadah atau apa saja dari makhluk-Nya. 

Allah SWT berfirman:
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (Q.S Fathir:15)

“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.(QS Al-Ankabut:6).

“Jika saja kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu”. QS Az-Zumar:7).

Pada hakekatnya ketika Allah SWT menciptakan makhluk-Nya, Allah telah memperlihatkan kebesarannya,dan tidak memilki hajat kepada makhluk-Nya. Sebaliknya kita sebagai makhluk-Nya lah yang pasti akan memiliki hajat dan memerlukan pertolongan dari Allah SWT setiap saat. Tanpa pertolongan Allah SWT pastinya kita sudah binasa.

Wednesday, February 17, 2016

Falsafah Kopi

Suatu waktu sekelompok alumni salah satu universitas yang telah mapan dan berhasil dalam karir masing-masing sepakat untuk berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua renta. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada curahan hati mereka tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Untuk menghormati mereka sebagai tamunya professor menawari mereka kopi, lalu professor segera bergegas pergi ke dapur dan kembali dengan membawa sebuah nampan yang berisi teko yang besar berisi kopi dan cangkir dari berbagai jenis, dari mulai porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, bahkan beberapa diantaranya adalah gelas yang sangat mahal dan beberapa lainnya sangat menarik perhatian. Lalu professor meminta kepada mereka untuk memilih cangkir dan menuang sendiri kopinya.

Setelah mereka semua mengambil cangkir dan menuangkan kopinya untuk mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : 

“Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami.”

Professor melanjutkan:
“Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain”.

Professor melanjutkannya lagi:
“Sekarang coba kalian perhatikan hal ini : Kehidupan itu bagaikan kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang telah Allah SWT sediakan bagi kita”.

Allah SWT telah menciptakan dan memasakan kopinya untuk kita, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, bukan cangkirnya.

Sadarilah jika kehidupan kita itu lebih penting dibanding pekerjaan kita. Jika pekerjaan kita membatasi diri kita dan mengendalikan hidup kita, maka tentunya kita akan menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri kita sebagai manusia. Pastikanlah kepada diri kita untuk bersegera membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan kita.


Wallahu A'lam Bishowab.

Friday, February 12, 2016

Malaikat Akan Selalu Beristighfar Kepada Orang Yang Minum Kopi

Dari Abah Guru Sekumpul pernah mengijazahkan ini, dari maqalah Al-Imam Al-Quthb Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Athos, dikitab As-Shufiyatu Fil Miizaan.


Beliau menukil keterangan dari gurunya Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Athos, sungguh dia berkata : Sayyid Ahmad bin Ali Al-Qadimi bertemu dengan Rosulullah SAW dalam keadaan terjaga (yaqodzotan), dia berkata : 

“Wahai Rosulullah, aku ingin mendengarkan sebuah hadits darimu langsung, dengan tanpa perantara”.



Rasulullah SAW bersabda : 
"Aku akan mengajarkan kepadamu tiga hadits".

Thursday, January 28, 2016

Kisah nyata: Membaca Surat Yasin Untuk Diri Sendiri Ketika Sakaratul Maut.

Kisah ini terjadi disalah satu kota  Kabupaten di daerah Jawa Tengah. Sebut saja Ibu Fulanah, ibu dari 2 orang anak, seorang istri yang soleha dan wanita yang sangat sederhana. Sedangkan suaminya adalah seorang pekerja serabutan yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan senang sekali main perempuan. Tetapi beliau tetap setia dan menerima suaminya apa adanya dengan ikhlas. Dalam kehidupannya dia tidak pernah mengeluh tentang sempitnya kehidupan didunia. Setiap malam Jum’at  beliau selalu menyempatkan diri untuk membaca surat yasin.

Terakhir saya bertemu beliau pada akhir tahun 2006 pada acara khitanan sepupu saya di daerah Jawa Tengah. Pada saat itu istri saya sedang mengandung anak pertama saat  beliau sedang bantu sohibul hajat, yang kebetulan adalah keponakannya. Tiba-tiba saja istri saya bertanya kepada beliau yang kebetulan sedang menggoreng pia-pia atau bakwan jagung:
“Ini namanya apa ya Bude”.

Deangan ramah beliau menjawab;
“Kalo didaerah sini namanya pia-pia”.

Lalu istri saya bertanya kepada saya:
“Ayah, pia-pia itu apa sih?”.

Sayapun menjawab:
“Pia-pia itu nama lain dari bakwan jagung”

Istri sayapun berkata:”
“Oh gitu ya”.

Selepas dari acara khitanan selesai saya dan istripun bergegas pergi  untuk silaturahim ke mbah putri istri dari istri saya. Dalam perjalanan dari tempat sepupu saya kebetulan berbarengan dengan beliau sekeluarga yang ingin pulang kekediammannya juga. Dan jarak antara rumah beliau dan mbah putri juga tidak terlalu jauh. Tetapi dikarenakan rumah Mbah putri lebih dekat dibanding dengan rumah beliau saya dan istripun turun terlebih dahulu. Dan sekalian berpamitan pulang sama beliau.

Namun sekitar Ramdahan 2007 beliau tiba-tiba jatuh sakit dan harus dirawat dirumah sakit setempat. Dan ditunggu oleh suaminya tercinta. Pada suatu waktu dokter meminta agar beliau untuk minum obat. Kebetulan pada waktu itu adalah bulan Ramadhan. Akan tetapi karena beliau sedang puasa maka beliau menolaknya dan berkata:
“ Saya ini sedang puasa jadi saya tidak akan minum obatnya sekarang”.

Lalu dokterpun meminta bantuan dari suaminya agar beliau mau meminum obatnya dan berkata:
“Bapak, saya minta tolong agar bapak bisa membujuk istri bapak untuk meminum obatnya, Saya Khawatir jika beliau tidak mau meminum obatnya sekarang maka hanya akan memperparah kondisinya”.

“OK Dok”. Jawab Suami beliau.

Suaminyapun langsung membujuk beliau untuk meminum obatnya. Tapi lagi-lagi ibu Jum menolak permintaan suaminya. Dan berkata:
“ Saya ini sedang puasa jadi saya tidak akan minum obatnya sekarang, Sesungguhnya  bahwa wajib bagi seorang istri untuk mematuhi apa yang diperintahkan suaminya dalam yang disyari’atkan Allah SWT, namun tidak boleh patuh jika suami memerintahkan kemaksiatan dan yang dilarang oleh Rabb Semesta Alam”.

Setalah itu suaminyapun hanya bisa berdiam diri saja.Tidak lama setelah kejadian itu beliaupun koma tak sadarkan diri hingga berhari-hari lamanya. Dan keluarga beliau memutuskan untuk membawanya  pulang untuk dirawat dirumah saja.

Setibanya keadaan beliau dirumah masih saja koma tak sadarkan diri hingga tetangga-tetangga beliau banyak yang datang membesuk. Dan beberapa tetangganyapun ada yang berinisiatif untuk membacakan surah Yassin secara berjamaah.  Dimulai dengan pembacaan Surah Al-fatihah yang dibaca dengan khusyu. Tetapi keanehan terjadi ketika para jamaah akan memulai untuk membaca surah Yassin. Subhanallah, Allah memilki segala kuasa dan atas izin dan rahmatnya, karena  beliaupun tiba-tiba bangun dari komanya seperti orang yang sehat wal afiat tidak kurang satu apapun. Dan para jamaahpun  terperangah dan sangat terkejut melihatnya terlebih beliau cuma bilang kepada orang-orang yang ada dirumahnya:
“Mari sini saya batu baca yasinan”.

Bagaikan tersihir oleh prilaku beliau tanpa banyak basa-basi orang-orangpun bergegas untuk mengambil  mukena beliau untuk dikenakannya untuk membaca Surah Yasin.
Akhirnya beliau bersama para Jamaah membaca surah yasin bersama-sama hingga selesai pembacaan surah yasin. Akan tetapi beliau tiba-tiba saja langsung tidur kembali dipembaringan dan langsung mangkat saat itu juga. Orang-orang yang ada dirumahpun merasa takjub dan beberapa diantaranya bahkan samapai menitikan air mata.

Lalu beliaupun dimakamkan di komplek pemakaman umum di desanya. Bahkan ketika suaminya meninggalpun berpesan untuk dimakamkan dsisamping istrinya tercinta.


Wallahu A'lam Bishowab.