Friday, May 25, 2018

Leluhur Rasulullah ﷺ

PARA LELUHUR RASULULLAH ﷺ YANG WAJIB DIKETAHUI.

اللهم صل وسلم عدد من احب النبى والصديق على سيدنا محمد افضل من يدعو الى الحق صلاة وسلاما ننال بهما حسن الرفيق وامان الطريق والفرج من كل شدة وضيق وعلى اله وصحبه ومن بالنبى تعلق

Nasab Rasulullah ﷺ  adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nadhor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrika bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan dan nasabnya menyambung kepada Nabi Ibrahim AS. Berikut sekelumit keterangan tentang leluhur Rasulullah ﷺ  yang disadur dari  Kitab Madarij ash-Shu’ud karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani.

Sunday, May 20, 2018

Amalan Bagi Yang Mendambakan Keturunan

Dari: Ummi Salim (Istri dari Guru Sayyid Alwalid Al Habib Umar bin Hafidz)
Bismillahir Rahmanir Rahiim.
- Untuk siapa yang Mendambakan Kehamilan (walau telah di vonis dokter mandul)
  • Baca istighfar 10.000 kali setiap hari, selama 1 minggu, Boleh dicicil, dengan syarat menghadap kiblat dan dalam keadaan berwudhu'.
  • Baca surat Alfateha 41 kali, setelah sholat sunnah fajar (sebelum sholat subuh) selama 40 hari, Agar bisa genap 40 hari, orang perempuan dianjurkan mengkonsumsi obat penunda haid.

Monday, May 14, 2018

Sluku-Sluku Batok


SLUKU-SLUKU BATOK
Sluku-Sluku Batok.
Bathoke Ela Elo.
Si Rama Menyang Solo.
Oleh-Olehe Payung Mutho.
Mak Jenthit Lolo Lo Bah.
Yen Mati Ora Obah.
Yen Obah Medeni Bocah.
Yen Urip Goleko Duwit.

Sluku-Sluku Batok adalah sebuah tembang dolanan anak-anak yang sepintas mirip dengan bahasa Jawa ataupun dapat dikatakan jika Sluku-Sluku Batok merupakan sebuah tembang dalam bahasa Jawa, namun bukan itu pada intinya, namun hakekatnya Sluku-Sluku Batok adalah sebuah tembang yang digubah oleh Kanjeng Sunan Kalijaga yang berasal dari bahasa Arab. Dalam tembang ini pada hakekatnya menyimpan banyak sekali makna filosofi yang dalam tentang kehidupan kita didunia dan akhirat kelak.

Tuesday, April 17, 2018

Amalan Menahan Diri Dari Maksiat

Allah S.W.T berfirman yang Artinya: 
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (maksiat) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS.Al-Isra :32). 

Dalam suatu Riwayat Rasulullah ﷺ bersabda:
“Semua umatku dimaafkan (kesalahannya pen.), kecuali orang-orang yang terang-terangan (dalam berbuat maksiat). Yaitu seseorang yang bermaksiat di malam hari kemudian Allah tutupi kesalahannya di pagi hari (orang lain tidak ada yang tahu pen.). Akan tetapi ia mengatakan, “Wahai fulan, semalam aku telah melakukan ini dan ini.” Allah telah tutupi kesalahan itu di malam hari, akan tetapi di pagi hari ia bongkar kesalahan yang Allah telah tutupi.” (HR. Muslim).

Maksiat itu adalah bentuk godaan dan ujian dalam kehidupan kita sebagai manusia yang dhoif. Tapi perlu kita pahami pula bahwa dalam setiap godaan selalu pasti ada penawarnya  dan setiap ujian itu senantiasa akan timbul jalan keluarnya pula. Yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana cara kita untuk menyikapinya. Sesungguhnya jika kita memang termasuk orang yang beriman Allah SWT yang maha mengetahui pasti akan menguji seberapa kuat dan sabarkah kita dalam menjaga diri dari maksiat dan perbuatan mungkar lainya. Lalu bagaimana manakah cara kita agar kita senantiasa dapat menahan diri dari Maksiat?

Saturday, April 14, 2018

Khairuddin Barbarossa (1478-1546) Penguasa Laut Mediterania.

Khairuddin Barbarossa adalah pelaut muslim terkemuka pada abad ke-16. Dia mengusai laut Mediterania, yang membentang di sepanjang pantai Afrika Utara. Namun di dalam litelatur Barat, ia dianggap sebagai  “Bajak Laut” yang menakutkan bagi pelaut Nasrani.

Menyadari bahwa kekuatan armadanya jauh lebih kecil dibanding armada Spanyol pimpinan Andrea Doria yang mengerahkan 600 unit kapal perang, Barbarossa membagi kekuatannya dalam tiga eskadron tempur. Sebagai komandan ia memimpin pasukan induk di tengah dan diapit Ali Reis di eskadron sayap kiri dan Salih Reis di eskadron sayap kanan. Armada cadangan di bagian belakang dipimpin Turgut Reis.

Kemudian, di kegelapan malam itu juga, digiringnya armada Turki Utsmani itu keluar dari Selat Preveza sepanjang 30 km yang sempit, menuju laut terbuka Mediterania, menyongsong armada musuh yang tengah mengincar mereka. Strategi itu disusun berdasarkan keyakinan bahwa mereka mempunyai kelebihan dalam melakukan manuver dan jangkauan meriamnya lebih jauh.
Rupanya manuver itu tidak diduga oleh musuh. Sebab, begitu sampai di laut lepas, ketika matahari sedang berada di depan mata, mereka kelabakan karena mendapatkan serangan gencar. Dalam waktu beberapa jam saja, mereka tenggelam satu per satu ke dasar laut bersama seluruh penumpangnya dan tidak mampu memberikan perlawanan. Dari tengah, sayap kiri dan sayap kanan, meriam-meriam Barbarossa tidak henti-hentinya melemparkan amunisi yang nyaris tak terelakkan.

Sukses itu merupakan strategi yang sangat baik  yang diperlihatkan Barbarossa sebagai pelaut jempolan. Ia sengaja memancing Andrea Doria yang didukung Raja Charles V dari Spanyol agar masuk perangkapnyauntuk kemudian dipepet di Selat Preveza yang sempit. Untuk itu ia lebih dulu memasuki selat sepanjang 30 km dan lebar 4 km itu, sambil mempersiapkan “Serangan Fajar”, dan terjadilah serangan fajar yang berlangsung pada hari Sabtu, 28 September 1538, sekitar waktu dhuha.
Sukses di Preveza ini merupakan modal besar bagi armada Turki untuk memenangkan pertempuran tahun berikutnya di laut yang sama saat kembali ke Aljazair pada September 1539. Saat itu mereka baru kembali dari Spanyol dengan membawa barang-barang pampasan perang yang diperoleh di daerah pesisir selatan Spanyol.Ditengah jalan mereka diadang kapal-kapal Spanyol dan terjadilah pertempuran yang melibatkan 13 kapal perang Turki Utsmani.Spanyol menderita kerugian lebih besar lagi.


Perang Preveza itu konon merupakan salah satu pertempuran penting dalam sejarah angkatan laut dunia.Namun cenderung dianggap remeh buku-buku yang ditulis orang-orang Barat, termasuk kehebatan Barbarossa bersaudara. Britannica Encyclopedia menyebutkan bahwa, selama 300 tahun,sejak abad ke-16 hingga 1830, tak ada kapal-kapal yang melayari laut Mediterania bakal selamat dari serangan kaum pembajak. Mereka ini dikenal sebagai Barbary lantaran sarang-sarang mereka bereada disepanjang pantai Afrika Utara,dari Mesir di timur hingga laut Atlantik di barat. Kawasan itu disebut sebagai pantaai Barbary.Markas mereka berada di tiga Negara, yaitu Algier, Tunisia dan Tripoli.
Sekedar catatan, terlepas dari sudut pandang pihak yang berbeda pendapat, dalam khazanah kosa-kata bahasa ada kata barbar.Kata ini, yang termasuk dalam kelas kata ajektiva atau kata sifat, bermakna “tidak beradab”.
Barbarossa, yang ditakuti penguasa Nasrani, sebetulnya bernama Khair ed-Din alias Khairuddin, orang Turki yang dikenal di Eropa sebagai si Jenggot Merah. Menurut ensiklopedia diatas, dia menggunakan Algier sebagai pusat pembajakan, menguasai laut Mediterania dan menaklukkan Tunisia. Ketika meninggal pada 1546, ia adalah panglima Angkatan Laut Turki.

Sedangkan Americana Encyclopedia menyebutkan, Barbarossa adalah nama yang diberikan oleh orang-orang Eropa kepada dua orang Turki, bajak laut dari Afrika Utara. Keduanya dilahirkan di Mytilene di Pulau Lesbos di Kepulauan Aegean dari ayah orang Yunani.

Barbarossas I (wafat 1518) beberapa tahun mengabdi kepada Sultan Mamluk dari Mesir sebelum pergi ke Tunisia. Nama sebenarnya adalah Horush atau Arouj atau  Koruk.Bersama saudaranya, Khizr, ia menaklukkan Algier selatan pada 1514, sesekali membantu para penguasa setempat melawan armada Spanyol dan sesekali memusuhi mereka untuk kepentingannya sendiri. Ia terbunuh oleh tentera Spanyol di Rio Salado, Algier, ketika berusaha menangkap Tlemcen.


Barbarossa II  (wafat 1546) kemudian mengambil alih posisi kakaknya. Namanya Khizr atau Khair ed-Din. Ia diangkat oleh Sultan Salim dari Turki menjadi wakil penguasa di Afrika Utara dan pada 1533 diangkat sebagai panglima oleh Sultan Sulaiman I dari Turki. Tahun berikutnya ia menguasai Tunisia, tapi dua tahun kemudian diusir oleh kekuatan dari dalam. Pada 1538 ia berhasil membalas kekalahan itu di Actium. Baru pada 1541 ia bisa mengontrol seluruh laut Mediterania selama tiga tahun. Pada 5 juli 1546 ia wafat di Constatinopel atau Istanbul, Turki.

Tidak jelas di mana tempat lahir kakak-beradik Barbarossa ini.Sejarah mencatat tempat kelahiran Khizr di sebuah pulau kecil bernama Lesbos, Turki, yang sebelumnya merupakan wilayah Yunani. Ketika pulau ini ditaklukkan Sultan Turki Muhammad al-Fatih dari tangan Yunanipada 1462, banyak mantan anggota pasukan sipahi, veteran laskar Utsmaniyah, menatap di pulau ini, termasuk Ya’cub bin Yusuf. Setelah menikah dengan seorang wanita penduduk asli pulau itu, ia membuka usaha sebuah rumah makan ditepi pantai pulau tersebut. Ternyata usahanya banyak diminati para pelaut yang berlabuh disitu dan berkembang sukses. Pasangan ini dikarunia empat orang anak lelaki: Ishak, Arouj, Khizr dan Ilyas.

Di tangan orang-orang Yunani, pulau Lesbos menjadi tempat terjadinya penyimpangan seks sesama lelaki. Namun, di tangan orang-orang Turki, pulau ini menjadi tempat lahirnya mujahid besar, Arouj dan Khizr ed-Din alias Khairuddin, yang oleh lawan-lawan mereka, orang-orang Spanyol dan Portugis, diubah menjadi Barbarossa, yang artinya si Jenggot Merah.

Jiwa kemiliteran yang diwarisi dari sang ayah dan alam pantai yang penuh tantangan tempat mereka dibesarkan, serta pergaulannya dengan pelaut yang singgah ke rumah makan ayahnya, telah membekali sifat petualangan yang berkobar di dadanya. Apalagi, kala itu Turki dikenal sebagai negara maritim dengan armada lautnya yang cukup tangguh dan modern, didukung dana yang tidak kecil menjadikan negeri itu amat disegani, baik di tingkat regional maupun Internasional.

Tak mengherankan bila situasi semacam itu melahirkan anak-anak bangsa yang tangguh dan pantas dibanggakan, termasuk Barbarossa Bersaudara.

Karier Arouj sebagai tentara Turki cukup cemerlang. Awalnya ia hanyalah seorang pedagang biasa yang berlayar di seputar perairan laut Yunani. Pada suatu hari kapalnya diserang ordo militer Nasrani St. John of Jerussalem atau Knight of Rhodes dan ditahan untuk dimintai tebusan.Rupanya peristiwa yang merenggut nyawa adiknya, Ilyas, itu menumbuhkan semangat balas dendam yang tidak bisa dibendung lagi. Dengan caranya sendiri, ia kemudian berhasil meloloskan diri dari tahanan dan bertekad untuk menyerang kapal-kapal Nasrani.

Kedua bersaudara itu di mata orang-orang Spanyol dan Portugis dianggap sebagai perompak alias bajak laut dan bersifat kriminal. Di lain pihak, aksi-aksi itu mendapat simpati dari teman-temannya para pedagang. Dan pada gilirannya, dari daulah Sultan Utsmani dari negara-negara di sepanjang pantai Afrika Utara yang menjadi sasaran orang-orang Nasrani Eropa itu. Hal itu membuka terjadinya kerja sama di antara Barbarossa dan negara-negara itu, sehingga keberadaannya di laut Mediterania semakin kukuh. Aksi-aksi mereka kemudian meluas tak hanya balas dendam pribadi, melainkan menyerangmusuh-musuh Islam, yaitu orang-orang Nasrani Eropa.

Situasi global saat itu adalah terjadinya Reconquista alias penaklukan kembali Andalusia oleh orang-orang Spanyol, telah menjadi pusat peradaban Arab di bawah kendali Turki. Semangat Reconquista ini telah menuntun armada Spanyol ke Afrika Utara, karena sebagian besar orang Islam yang diusir secara besar-besaran dari Andalusia itu melarikan diri dan menyebar ke negara-negara di kawasan Afrika Utara, sebagai wilayah yang paling dekat dengan Spanyol.

Semenanjung Siberia, yang meliputi Alhambra dengan Masjid Cordoba, tinggal kenangan.Masjid itu telah disulap menjadi gereja besar alias katedral.Peradaban Islam sudah melampaui titik kulminasinya dan sedang menuruni tampuk peradabannya.Dalam kondisi titik balik semacam itulah Khizr ed-Din alias Khairuddin tumbuh sebagai pemuda.

Pengaruh semangat Reconquista  Spanyol itu jelas sangat buruk bagi keamanan lalu lintas laut disekitar Turki. Daulah Utsmani kemudian menunjuk Arouj untuk mengamankan lalu lintas laut bagi kapal-kapal dagang yang berseliweran hingga pantai Yunani. Untuk itu, ia dilengkapi dengan sebuah kapal perang bersenjata lengkap, yang kelak menjadi modal kedua bersaudara itu dalam menghalau ancaman armada Spanyol dan Portugis. Mereka melabrak kapal-kapal Nasrani yang hilir mudik di perairan Laut Tengah.


Berkat bimbingan sang kakak, Khairuddin tumbuh menjadi tokoh yang diharapkan bangsanya. Didukung oleh momen yang tepat, ia tampil sebagai pahlawan negerinya. Apalagi ketika Arouj kemudian meninggal bersama seluruh pasukannya dalam suatu perperangan di Tlencem (Tilmisan) yang berdekatan dengan Maroko pada 1518. Agaknya orang-orang Spanyol berhasil menghasut penduduk kota itu yang notabene pendukung Arouj, sehingga mereka mengepung dan menghabisi Arouj bersama tentaranya, yang mati sebagai syuhada.

Khairuddin, yang ditunjuk Arouj untuk sementara menggantikan dirinya memimpin Algier ketika akan berangkat ke Tlencem, dengan sendirinya mengambil alih pimpinan. Sejauh itu Barbarossa Bersaudara masih merupakan pejuang “swasta murni” yang bermodalkan keberanian, kepemimpinan, serta bakat yang dimanfaatkan secara maksimal.

Pada awal abad ke-16, dunia islam dan Nasrani sama-sama dalam keadaan terpecah. Turki Utsmani bangun dari puing-puing bekas kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang berpusat di Istanbul alias Constantinopel, berhadapan dengan Spanyol, yang baru saja meruntuhkan peradaban Islam di Andalusia.Masing-masing pihak sedang saling menggalang persatuan di wilayah-wilayah seiman yang tercerai berai sambil saling terus memberikan ancaman dan hantaman.Turki Utsmani belum mempunyai pijakan di Afrika Utara sampai mereka berhasil memasukkan Mesir ke dalam wilayah kekuasaannya pada 1517 di bawah Sultan Salim.


Dalam hal ini Khairuddin berhasil menyatukan sebagian wilayah Maghribi, terutama Aljazair ke dalam Turki. Sebelum itu, Aljazair berada di bawah kekuasaan dinasti Zayyanid, Maroko di bawah dinasti Marinid dan Tunisia di bawah dinasti Hafsid (Hafash), yang kemudian ditaklukkan Spanyol (Algier) dan Portugis (Maroko).

Beberapa wilayah pelabuhan di pesisir utara Aljazair dikuasainya pada 1516 dari tangan Spanyol.Sejak saat itu sampai 1518, Arouj menjadi penguasa Aljazair, sementara Spanyol bertahan di benteng mereka di Pulau Penon, hingga pulau itu direbut Khairuddin pada 1529.

Sepeninggal Arouj, Khairuddin berhasil mengusir 20.000 tentara Spanyol yang dikirim untuk mengepung Aljazair, sehingga rakyat Aljazair mendaulatnya untuk tetap tinggal di sana, meski ia bersikeras kembali ke lautan lantaran penguasa Tunisia tidak lagi mendukungnya. Namun berkat bantuan Sultan Salim dari Turki, rakyat Aljazair berhasil “mempertahankan” Khairuddin dengan status wakil Turki di negeri itu, Peristiwa ini terjadi pada 1519. Dengan demikian, Khairuddin mempunyai pijakan yang kukuh untuk menghadapi musuh-musuhnya.

Panggilan laut ternyata lebih nyaring di kuping Khairuddin, sehingga selama sepuluh tahun berikutnyaia lebih banyak berjuang di laut. Dengan armada “Bajak Laut”-nya, ia merupakan kombinasi maut dengan Sultan Sulaiman, yang naik takhta pada 1520. Khairuddin berhasil menyelamatkan 70.000 pengungsi muslim dari Andalusia dengan mengirimkan 36 armada kapal yang berlayar bolak balik Aljazair-Andalusia sebanyak tujuh kali.


Ini berarti ia berhasil menghalau tentara Spanyol  di bawah pimpinan Raja Charles V di negerinya sendiri. Reconquista praktis tak berdaya di wiliyah-wilayah yang berdekatan dengan Turki, meski di negeri-negeri muslim yang jauh dengan Turki sukses, seperti di India, Malaya dan Nusantara. Baru pada 1529, ia kembali memimpin secara langsung negeri itu dan berhasil merebut Pulau Penon.

Meski gagal menaklukkan kota Wina di Austria, dengan pergerakannya itu Sulaiman I berhasil menguras tenaga Eropa, sehingga gentar menghadapi armada Turki. Khairuddin Barbarossa sendiri juga berhasil menancapkan kukunya di laut Mediterania dan memberikan kerugian yang besar bagi perekonomian Eropa, karena itu Sultan Sulaiman pada 1534 mengangkatnya sebagai panglima tertinggi Angakatan Laut Turki Utsmani yang disandangnya hingga wafat pada 1546.

Dengan menyandang pangkat itu, pada Juli 1534 Barbarossa mengadakan show of force di laut.Ia menggiring armada Turki ke Tunisia melewati Selat Messina yang memisahkan Italia dan Sicilia sepanjang 32 km dan menyerang beberapa pelabuhan yang dilewati. Kehadirannya ke Tunisia untuk membebaskan negeri itu dari kekuasaan Raja Hasan bin Muhammad, yang menggulingkan dinasti Hafash pimpinan Rasyid, atas bantuan Spanyol. Usaha ini berjalan sukses dan menempatkan lagi Rasyid ke tampuk kekuasaan.Namun setahun kemudian giliran Barbarossa yang tak mampu mempertahankan Tunisia, karena peperangan yang tak seimbang.

Walau demikian, kekalahan di Tunisia bukan berarti kiamat bagi Barbarossa.Ia terus membayang-bayangi Spanyol dengan merebut Puerto de Mahon di sebelah selatan Barcelona pada 1535. Kemudian mengarungi Selat Gibraltar alias Jabal Tharik, serta merebut kapal-kapal Spanyol dan Portugis yang membawa emas dan perak dari Amerika, yang baru mereka temukan.Pada 1537, Turki berhasil menguasai wilayah Morea (Poleponnisos) dan Dalmatia. Pada September 1538, ia berhasil secara gemilang memenangkan pertempuran di Preveza, di mulut Teluk Actium, Armada Spanyol mengerahakan 600 kapal, sementara kekuatan Barbarossa hanya sepertiganya.

Pertempuran Preveza konon merupakan perang laut terbesar pada masanya. Setahun kemudian, lagi-lagi turki dan Barbarossa berhasil menunjukkan keunggulannya atas Spanyol dengan menyerang pesisir selatan negeri itu, serta mengumpulkan pampasan perang. Usaha Charles V merebut Aljazair pada 1541 juga mengalami kegagalan yang menyakitkan. Selain menghadapi ketangguhan rakyat Aljazair, ia juga harus menerima pil pahit. Dua pertiga kekuatannya diluluhlantakkan oleh badai dan gelombang, sehingga menewaskan ribuan awak kapalnya.

Tugas Barbarossa tidak berhenti sampai di situ. Pada 1534, kota Nice, Prancis, telah menunggunya untuk dibebaskan dari kekuasaan Duke of Savoy yang berkolaborasi dengan Charles V. Tugas itu diselesaikan dengan baik pada 20 Agustus 1534. Setelah itu bersama armadanya ia menetap di Toulon selama musim dingin.

Berikutnya adalah Genoa. Di kota ini, salah seorang ajudannya, Turgut Reis, mendekam dalam penjara selama tiga tahun. Saat penaklukan Pulau Malta dari tangan Knight of St. John pada 1565, ia gugur dan dimakamkan di kota Trablusgarb. Di samping makamnya dibangun masjid dan madrasah atas namanya.Barbarossa sendiri wafat pada 1546 dan dikubur di Istanbul.

Kelak, Tunisia kembali ke tangan Turki pada 1574, 28 tahun setelah wafatnya Barbarossa.

Wallahu A’lam bis Shawab.

Teuku Umar

Teuku Umar dilahirkan di Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1854. Ayahnya bernama Achmad Mahmud yang berasal dan keturunan Uleebalang Meulaboh. Nenek moyang Umar berasal dari keturunan Minangkabau yaitu Datuk Nachudum Sakti. Salah seorang keturunan Datuk Nachudum Sakti pernah berjasa terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya. Berkat jasa Panglima keturunan Minangkabau ini Sultan Aceh terhindar dari bahaya. Berkat jasanya tersebut, orang itu kemudian diangkat menjadi Uleebalang 6 Mukim dengan gelar Teuku Nan Ranceh, yang kemudian mempunyai dua orang putra yaitu Nanta Setia dan Ahmad Mahmud. (Mardanas Safwan: 1981 : 34).

Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Nanta Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Uleebalang 6 Mukim. Ia mempunyai anak perempuan bernama Cut Nyak Dhien. Ahmad Mahmud kawin dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Dalam perkawinan itu ia memperoleh dua orang anak perempuan dan empat anak laki-laki. Dari keempat anak laki-lakinya, salah satu bernama Teuku Umar. Jadi Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien merupakan saudara sepupu dan dalam tubuh mereka mengalir darah Minangkabau, darah seorang Datuk yang merantau ke Aceh dan memasyhurkan namanya. (Hazil, 1955 : 48).

Baik Teuku Umar maupun Cut Nyak Dhien pada masa kecilnya tidak pemah bertemu, mereka hanya mengenal nama masing-masing. Ketika masih kecil, Teuku Umar merupakan anak yang sangat nakal, tetapi juga sangat cerdas. Sebagai anak nakal, ia suka berkelahi dengan teman-teman sepermainannya. Dalam perkelahian, ia juga sering dikeroyok, tetapi ia tidak takut. Berkat keberanian dan keunggulan di antara teman-temannya, Teuku Umar pernah diangkat sebagai Kepala Kelompok anak-anak di kampungnya. Dengan adanya penghargaan itu, maka Teuku Umar semakin disegani dan ditakuti oleh kawan dan lawannya bermain. Setelah berumur 10 tahun, ia memisahkan diri dari kehidupan orang tuanya, mengembara di rimba Aceh dan bertualang dari daerah satu ke daerah lain sambil mencari pengalaman hidup dan berguru. Setelah menginjak masa remaja, sifat Teuku Umar mulai berubah. la pandai dan gemar bergaul dengan rakyat tanpa membedakan kedudukan orang itu dalam masyarakat.

Jiwa kerakyatan telah timbul dan ia mempunyai cita-cita dan rasa kemerdekaan yang meresap sampai ke tulang sumsumnya. Ketika Perang Aceh meletus pada tahun 1873, Teuku Umar baru berumur 19 tahun. la belum ikut pada perang ini, karena umurnya masih sangat muda dan jiwanya belum mantap, kendatipun waktu itu la sudah diangkat menjadi Keuchik di daerah Daya Meulaboh. Ketika berumur 20 tahun, Umar menikah dengan Nyak Sopiah, anak Uleebalang Glumpang. la semakin dihormati dan disegani karena mempunyai sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menyelesaikan setiap persoalan hidup. Untuk lebih menaikkan derajatnya, Teuku Umar menikah lagi dengan Nyak Malighai seorang putri dari Panglima Sagi XXV Mukim. Mulai  saat itu Umar memakai gelar Teuku dan bercita-cita untuk membebaskan daerahnya dari kekuasaan Belanda (Mardanas Safwan, 1981 : 35).

Teuku Umar tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah seperti pemimpin-pemimpin lainnya, tetapi dia dapat menjadi seorang pemimpin yang cakap, disiplin dan mempunyai kemauan yang keras. Pengetahuannya  diperoleh dari pengalaman hidup yang diperoleh dari pengembaraannya dari daerah satu ke daerah lain dan berguru pada orang-orang yang dianggapnya cakap. Di samping memiliki bakat memimpin, dan mempunyai otak yang cerdas, pengetahuan yang dimiliki ia peroleh dari petualangannya. Untuk mencapai cita-cita membebaskan Aceh dari cengkraman bangsa asing (Belanda), Aceh harus mempunyai tentara yang kuat dan terlatih. Berkat ketekunan dan kewibawaan serta kecakapannya, akhirnya Teuku Umar berhasil membentuk pasukan. Orang-orang yang berani dan tangkas oleh Teuku Umar dilatih dan direkrut menjadi pasukan yang siap tempur.

Setelah Teuku lbrahim Lamnga gugur dalam perang melawan Belanda pada tahun 1878, istrinya (Cut Nyak Dhien) menjadi janda. Selama Cut Nyak Dhien menjanda, selalu mendapat perhatian khusus dari Teuku Umar. Yang menarik baginya bukanlah kecantikannya tetapi sifat keprajuritan yang ada dalam diri Cut Nyak Dhien. Ia mempunyai sifat keprajuritan, disiplin, dan keras hati, serta mencintai kemerdekaan Aceh. Wanita seperti Cut Nyak Dhien sangat tepat menjadi istri seorang pejuang. Dari sifat-sifat yang menarik hatinya itulah, diam-diam Teuku Umar jatuh cinta pada Cut Nyak Dhien. Seperti kata pepatah, “gayung bersambut”  akhirnya cinta Umar dibalas dengan perasaan yang sama oleh Cut Nyak Dhien.

Pada waktu Ibrahim Lamnga masih hidup, Cut Nyak Dhien dengan setia membantu perjuangan suaminya. la sanggup berkorban apa saja demi perjuangan suaminya. Itulah yang menarik hati Teuku Umar. Setelah cintanya diterima dengan senang hati, Teuku Umar melamar Cut Nyak Dhien dan dalam tahun 1878 keduanya melangsungkan upacara perkawinan di Montasik. (H.M. Zainuddin et. al., 1972 : 4).

Dengan demikian, Teuku Umar telah menikah untuk yang ketiga kalinya. Ketiga istrinya adalah sama-sama wanita bangsawan dan sama-sama keturunan Uleebalang. Dari perkawinan Teuku Umar dengan Cut Nyak Dhien lahirlah anak perempuan yang diberi nama Cut Gambang. Anak ini lahir jauh dari kampung halamannya karena ia harus lahir di tempat pengungsian. Ketika itu ayahnya (Umar) sedang memimpin pertempuran melawan Belanda. Di tempat pengungsian Umar berjanji pada anaknya bahwa pada suatu saat nanti ia akan mengantarkan anak dan istrinya kembali ke rumahnya di Montasik, karena hak milik yang dikuasai Belanda ini harus direbut kembali. Dengan suara kecil ia berbisik pada anaknya, bahwa kalau seandainya engkau kembali ke daerah 6 Mukim, engkau akan menjadi Hulubalang 6 Mukim. Dengan tersenyum dan suara kecil Teuku Umar melanjutkan pula berkata kepada istrinya, bahwa engkau akan menuntut pula sebagai Panglima Sagie 26 Mukim apabila Panglima Sagi yang sekarang meninggal dunia. (Hazil, 1955 : 59).

Peranan Teuku Umar Pada Permulaan Perang.
Pada tahun 1871 Inggris dan Belanda bertemu dalam Traktat Sumatera. Dalam Traktat tersebut disebutkan bahwa Belanda bebas bergerak dan mengadakan perluasan wilayah di Aceh. Rakyat Aceh marah mengetahui perjanjian tersebut. Kemarahan itu sebenarnya sudah lama terasa setelah melihat gelagat dan gerak-gerik Belanda di Sumatera yang merugikan Aceh telah terbaca sejak tahun 1857. Pada tahun itu Belanda menduduki Siak yang merupakan daerah taklukan Aceh. Setelah lahir Traktat Sumatra tahun 1871, rakyat Aceh semakin meluap-luap marahnya.

Pada tanggal 5 April 1873, Belanda dengan kekuatan 3000 orang tentara menyerang Kerajaan Aceh Darussalam dan berhasil menduduki Mesjid Raya Baiturrahman. Namun dapat direbut kembali oleh pejuang Aceh setelah Panglima tentara Belanda Mayor Jenderal JHR. Kohler ditembak mati oleh pejuang Aceh pada tanggal 14 April 1873. Dengan tewasnya JHR. Kohler, penyerbuan tidak diteruskan. Seluruh pasukan Belanda yang ada di Aceh akhirnya ditarik kembali. (Mawarti Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1992 : 246).


Pada bulan Nopember tahun 1873 dikirimlah ekspedisi kedua yang dipimpin oleh Van Swieten dengan tentara sebanyak 13.000 orang. Serbuan kali ini berhasil menduduki Mesjid Raya Baiturrahman. Sebelum Istana Raja oleh pasukan diserbu Belanda, Sultan dan seluruh penghuninya telah diungsikan. Dalam pengungsiannya, Sultan terserang penyakit kolera dan akhirnya meninggal. Para pengikutnya memindahkan tempat pengungsiannya sampai jauh ke pedalaman Aceh Besar. Dalam perangnya melawan gerilyawan Aceh, Belanda menggunakan strategi menunggu dan menjalankan sistem pasifikasi. Hal ini terjadi juga dengan adanya raja-raja daerah pantai yang menyatakan tunduk pada Pemerintah Kolonial Belanda. (Sartono Kartodirdjo, 1993 : 387).

Waktu Jenderal Van Der Heiden menggantikan Jenderal Pel, mulailah diadakan ofensif dengan mengirim ekspedisi ke Mukim XXII. Panglima Polem terpaksa mengundurkan diri ke daerah lain. Melihat tentara Aceh terus terdesak oleh ofensif pasukan Belanda, Teuku Umar mulai bekerja keras. la menghubungi para pemuda Aceh untuk diajak bersama-sama berjuang melawan Belanda. Teuku Umar juga menjelaskan pada para pemuda Aceh bahwa mempertahankan tanah air dan tanah tumpah darah dari serangan musuh adalah kewajiban setiap orang Aceh terhadap Tuhannya. Artinya, barang siapa yang tidak mau mengusir atau melawan penjajah, maka orang itu akan mendapat hukuman dari Tuhan, sebab tanah tumpah darah itu sebagai karunia Tuhan kepada manusia yang harus dipelihara dengan sebaik-baiknya dan dilarang orang menyerahkan kepada bangsa Asing. Milik Aceh adalah untuk rakyat Aceh. Demikian cara Teuku Umar menggugah semangat perjuangan para pemuda Aceh untuk mempertahankan kemerdekaan. Dengan cara demikian Teuku Umar berhasil merekrut sejumlah besar tentara pejuang yang berani mati.

Nama Teuku Umar mulai menjadi buah bibir dan terkenal di seluruh lapisan masyarakat. Di samping itu juga memberikan latihan-latihan perang gerilya kepada calon-calon prajurit. la juga sibuk menghubungi para pemimpin rakyat lainnya untuk diajak berunding mengatur siasat perjuangan. Ia menentukan satu orang saja yang akan dijadikan pemimpin mereka dan kemudian menentukan pula waktu peperangan akan dilancarkan. Perundingan antara semua pemimpin perjuangan kemerdekaan itu sepakat untuk mengangkat Nanta Setia sebagai pemimpin tertinggi perjuangan kemerdekaan. (Achmad Effendi, 1975 : 28).

Perang akan dikobarkan di daerah 6 Mukim dalam tahun 1873. Teuku Umar yang waktu itu baru berumur 19 tahun, sebelum berangkat ke medan perang terlebih dahulu berpamitan pada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya meneteskan air mata haru bercampur bangga bahwa Teuku Umar telah berikrar bersama rakyat mengusir penjajah Belanda di Aceh dan berjuang sampai titik darah penghabisan. (H.M. Zainuddin, 1972 : 5).

Pada waktu perang berkobar, prajurit-prajurit Aceh sangat bersemangat, walaupun persenjataanya sangat sederhana dibandingkan dengan prajurit Belanda, namun mereka dapat mendatangkan korban yang besar di pihak lawan. Kesemua itu dapat terjadi karena antara lain disebabkan tentara Aceh mahir bertempur secara gerilya dan hidup di hutan belantara yang sudah mereka kuasai medannya. Berdasarkan pengalaman selama pertempuran itu Belanda kemudian menyadari bahwa untuk dapat mengalahkan tentara Aceh, maka harus memiliki kemahiran bertempur dihutan belantara dan mendatangkan bala bantuan dari Batavia lengkap dengan persenjataan serta perlengkapan perang lainnya. (Mawarti Djoenet Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1992 : 427).

Setelah pasukannya diperkuat dan bala bantuan dari Batavia didatangkan, Belanda dapat menimbulkan korban yang lebih besar di pihak Aceh. (Achmad Effendi, 1975 : 34). Mulai saat itulah Aceh mengalami kekalahan besar, terlebih ketika Teuku Ibrahim Lamnga gugur terbunuh oleh tentara Belanda pada tanggal 29 Juni 1878 di daerah Gunung Param. (Ahmad Effendi, 1975 : 35). Jenasahnya dimakamkan di Montasik Aceh Besar. Seluruh tentara Aceh berkabung akibat kematian Teuku Ibrahim Lamnga itu.

Tetapi yang paling sedih adalah Nanta Setia dan Cut Nyak Dhien. Kekalahan tentara Aceh pada waktu itu menjadi perhatian Teuku Umar. la berfikir keras untuk mendapatkan pelajaran dari kekalahan itu bagi perjuangan tentara Aceh selanjutnya. Akhirnya Umar dapat mengetahui bahwa sumber utama kekalahan adalah di bidang persenjataan. Belanda dapat mengalahkan tentara Aceh karena Belanda memiliki senjata yang lebih baik dan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan yang dimiliki tentara Aceh. Sehubungan dengan itu Teuku Umar kemudian menetapkan bahwa dalam peperangan mempertahakan kemerdekaan, maka rakyat dan tentara Aceh harus dapat merebut senjata dan perbekalan yang banyak dari tangan musuh, walaupun harus menghalalkan segala cara. Tetapi bagaimanakah hal itu dapat terjadi? Itulah yang selalu menjadi bahan pemikiran Teuku Umar setiap hari. Pada waktu diadakan perundingan dengan pemimpin-pemimpin pejuang lainnya, Teuku Umar mengajukan suatu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Cara itu kemudian mendapat persetujuan dari para pemimpin yang hadir la telah menentukan suatu siasat, tetapi siasat itu sifatnya sangat rahasia dan hanya pemimpin-pemimpin pejuang tertentu saja yang boleh tahu.

Teuku Umar Memimpin Perlawanan Dengan Berbagai Siasat.
Pada tahun 1883 di Aceh terjadi suatu peristiwa yang sangat menggemparkan, yaitu berita mengenai Teuku Umar menyerahan diri dan memihak kepada Belanda. (Rusdi Sufi, 1994: 88). Rakyat Aceh marah dan banyak yang mengutuk sebagai pengkhianat diantara mereka ada pula yang menghendaki agar Teuku Umar dibunuh oleh rakyat sendiri. Sementara itu, Belanda sangat gembira menerima penyerahan diri Teuku Umar. Dengan menyerahnya Teuku Umar, Belanda berharap dapat dengan mudah menaklukkan seluruh rakyat Aceh. Setelah menyerahkan diri, maka Umar mendapat kepercayaan dari Belanda. Ia diserahi tugas yang penting-penting untuk melaksanakan keinginan Belanda menumpas perlawanan rakyat Aceh. Pada mulanya tugas yang diberikan kepada Teuku Umar adalah melatih tentara Belanda bertempur di hutan belantara dan mengajarkan teknik perang gerilya.

Teuku Umar melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, tetapi di dalam hatinya ia memegang teguh siasat perang yang telah ditetapkan bersama dengan para pemimpin pejuang Aceh beberapa waktu sebelumnya. Selesai melatih perang gerilya di hutan belantara, Teuku Umar ditugaskan memimpin penumpasan perlawanan rakyat Aceh. Dalam pertempuran itu memang banyak korban jatuh di kedua belah pihak, tetapi tentara Belanda banyak yang mati dan senjatanya banyak yang berhasil dirampas tentara Aceh. Tentara Aceh hanya sebentar saja mampu melawan serangan tentara Belanda dan kemudian mereka mundur meninggalkan benteng pertahanannya. Apalagi tentara Aceh hanya berpura-pura saja berperang melawan tentara Umar. Demikian juga sebaliknya Umar juga berpura-pura menyerang Aceh. Karena tidak tahu siasat Umar, Belanda gembira menyaksikan mundurnya tentara Aceh itu. Belanda menganggap dengan bantuan Umar, mereka dapat mematahkan seluruh perlawanan Aceh. Untuk itu, Umar mendapat hadiah besar berupa uang dan materi lainnya yang berguna untuk menambah modal perang tentara Aceh yang dikirim secara rahasia. Ketika sebuah kapal Inggris yang bernama “Nicero” terdampar dan dirampas oleh raja Teunom, kapten dan awak kapalnya disandera. Raja Teunom menuntut kepada pemilik kapal, bahwa sandera akan dibebaskan jika pemilik kapal sanggup menebusnya dengan uang tunai sebesar 10.000 dolar. Oleh Pemerintah Kolonial Belanda Teuku Umar ditugaskan untuk membebaskan kapal tersebut. Pembebasan kapal milik Inggris ini harus dilakukan pihak Belanda karena perampasan kapal tersebut telah mengakibatkan ketegangan hubungan antara Inggris dengan Belanda.

Pada waktu menerima tugas tersebut Teuku Umar menyatakan bahwa merebut Kapal “Nicero” dari raja Teunom merupakan pekerjaan yang berat sebab tentara Raja Teunom sangat kuat, wajarlah kalau Inggris sendiri tidak dapat merebut kembali kapal tersebut. Namun ia sendiri dengan pasukan Belanda yang dipimpinnya sanggup merebut kembali kapal itu asal ia diberi perbekalan dan persenjataan yang banyak sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Setelah memperoleh perbekalan perang yang cukup banyak, berangkatlah Teuku Umar dengan kapal “Bengkulen” ke Aceh Barat membawa 32 orang tentara Belanda dan beberapa orang panglimanya. Beberapa waktu setelah upacara pemberangkatan tersebut, kalangan Belanda dikejutkan oleh sebuah berita yang menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ditugaskan untuk merebut kembali kapal “Nicero” telah dibunuh di tengah laut oleh Teuku Umar bersama anak buahnya. Seluruh senjata dan amunisi beserta perlengkapan perang lainnya dirampas. (H.M. Zainuddin, 1972 : 5).

Sejak saat itu Teuku Umar kembali memihak pejuang Aceh untuk melawan Belanda. Selain itu, Teuku Umar menyarankan Raja Teunom supaya jangan sekali-kali mau mengurangi tuntutannya. Kalangan Belanda menjadi goncang akibat siasat Teuku Umar itu. Belanda sangat marah terhadapnya. Sejak saat itu Pemerintah Kolonial Belanda mengumumkan bahwa Belanda akan membayar upah senilai 25.000 dolar kepada siapa saja yang sanggup menculik Umar dan membawanya ke Banda Aceh hidup atau mati. Efek pengumuman ini di kalangan rakyat tidak ada sama sekali, karena memang tidak ada yang berani berbuat demikian sebab telah diperhitungkan tidak akan berhasil.(Moehammad Said, 1985 : 228).

Mengenai kapal “Nicero”, Belanda terpaksa menerima tuntutan Raja Teunom untuk membayar pembebasan sandera sebesar 10.000 dolar. Setelah menerima uang sebesar tuntutannya, maka pada tanggal 10 September 1884 Raja Teunom menyerahkan 18 orang awak kapal “Nicero” yang masih hidup. la berbesar hati karena dapat menggegerkan negara-negara besar dengan peristiwa tersebut. (Moehammad Said, 1985: 229).

Sementara itu Teuku Umar yang telah kembali ke pihak Aceh menerima sambutan hangat dari seluruh rakyat. Semua senjata hasil rampasan segera dibagi-bagikan kepada tentara Aceh. Sejak saat itu, Teuku Umar memimpin perlawanan rakyat menentang Belanda. Serangan pasukan Aceh yang dipimpin oleh Teuku Umar berhasil dengan gemilang merebut daerah 6 Mukim dari tangan Belanda. Sejak saat itu Nanta Setia, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar kembali ke daerah 6 Mukim dan tinggal di Lampisang. (Achmad Effendi, 1975 : 43-44). Kemudian rumah Teuku Umar di Lampisang tersebut dijadikan markas besar bagi para pejuang kemerdekaan Aceh. Pada suatu pertemuan antara para pemipin pejuang di bawah pimpinan Teuku Umar dapat dicapai keputusan penting untuk memperkuat persenjataan. Untuk keperluan tersebut, tentara Aceh harus dapat merebut senjata Belanda dengan cara apa saja. Kendatipun juga harus diusahakan dengan mendatangkan senjata gelap dari para penyelundup yang sanggup menembus blokade di seputar perairan Aceh.

Mengingat penjagaan pantai seputar Aceh dan Selat Malaka yang dilakukan oleh kapal-kapal perang Belanda tidak cukup banyak, maka perdagangan senjata gelap masih dapat lolos dari pengawasan. Dua tahun setelah peristiwa terjadinya kapal “Nicero” yang merupakan pukulan berat bagi Belanda, tentara Teuku Umar kembali membuat kegoncangan di kalangan Belanda. Pada saat-saat perang yang tidak menentu, ada petualang yang ingin menangguk di air keruh. Petualangan ini dilakukan oleh Kapten Hansen seorang warga negara Denmark yang membawa kapal “Hok Kanton”. Kapal ini dengan izin Belanda boleh mondar-mandir di perairan Aceh terutama antara Rigaih, Uleulheu dan Penang. (Moehammad Said, 1985 : 184).

Walaupun pengawasan Belanda ketat, tetapi Hansen pandai menyelundupkan senjata yang dipesan Aceh. Pada tanggal 12 Juni 1886, kapal “Hok Canton” berangkat ke Ruegaih. Turut pula sebagai penumpang Kapten Roura, katanya untuk mengambil kapal “The Eagle” yang kebetulan berlabuh di Ruegaih. Hansen sebenarnya hendak menjebak Umar untuk naik ke kapalnya di Pelabuhan Ruegaih, menculiknya untuk selanjutnya tanpa membayar lada yang bakal dimuat, mengangkutnya ke Uleulheu menyerahkannya kepada Belanda dan lalu menerima hadiah uang sebesar $ 25.000,-.

Setibanya di Reugaih tanggal 15 Juni 1886 Roura turun dan berjumpa dengan Umar melapor apa yang dipesankan kepadanya. Teuku Umar tidak percaya karena dia kenal betul siapa Roura dan siapa Hansen, keduanya saling konkurensi keras. Keduanya di mata Teuku Umar setali tiga wang, ringgit dan rupiah, bandit dan buaya. Dalam perundingan transaksi pembelian lada, Hansen mengemukakan bahwa pembayaran lada akan dilangsungkan di kapal setelah lada dimuat. Muncul rasa was-was dalam hati Teuku Umar. Setelah selesai pemuatan, Teaku Umar mengutus orangnya untuk menerima pembayaran, tetapi datang kabar dari kapal mengatakan bahwa Hansen ingin Teuku Umar datang sendiri. Sampai tiga kali utusan Teuku Umar itu mondar-mandir di kapal, tetapi Hansen tetap teguh pada pendiriannya. Akhirnya Teuku Umar berkesimpulan bahwa Hansen memang bermaksud ingin menipunya. Malam itu juga Teuku Umar mengatur siasat untuk bertindak. Pagi dini hari seorang Panglima Teuku Umar bersama 40 orang prajuritnya telah menyusup ke kapal dan mengepung Hansen yang berada dalam kamar bersama istrinya. Hansen tidak tahu kalau sebenarnya dirinya sudah dikepung. Teuku Umar segera menemui Kapten Hansen menuntut pelunasan harga lada sebanyak $5.000,- sambil menandaskan bahwa setiap keingkaran akan ditindak. Namun Hansen ingkar janji sehingga terjadi perlawanan. Hansen memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Teuku Umar, tetapi Teuku Umar tahu apa yang akan dilaksanakan Hansen, sehingga Teuku Umar terlebih dahulu memberi isyarat pada anak buahnya untuk bertindak, sehingga terjadilah perlawanan atau perkelahian antara anak buah dengan anak buah Teuku Umar. Anak buah Hansen berhasil dilumpuhkan oleh 40 orang Prajurit Umar. Hansen sendiri berusaha melarikan diri dan akhirnya ditembak mati. Nyonya Hansen dan John Fay ditahan sebagai sandera, sedangkan 6 awak kapal Hok Canton dilepas. (Moehammad Said, 1985 : 185-196).

Berita penyanderaan ini menggegerkan Belanda dan merupakan pukulan keras bagi Pemerintah Kolonialnya. Tidak heran jika Belanda segera mengambil tindakan keras. Beberapa kapal perang Belanda dikirim ke Reugaih dan dipimpin sendiri oleh Gubernur Militer Jenderal Van Teijn untuk menghancurkan Ruegaih. Tetapi Teuku Umar mengirim peringatan bahwa perbuatan demikian akan sia-sia dan akan dibalas dengan hukuman mati bagi para tawanan Nyonya Hansen dan John Fay. Takut akan ancaman itu, Belanda tidak jadi membom Kampung Ruegaih, tetapi memerintahkan kapal-kapalnya pulang ke Uleulheu.

Teuku Umar memerintahkan kepada Panglimanya untuk membawa tawanannya ke pedalaman agar mereka tidak lari atau diculik. Nyonya Hansen diberi kesempatan menulis surat kepada Belanda bahwa ia dapat dilepas jika ditebus sebanyak $ 40.000, dengan ketentuan bahwa persoalan tidak berekor lagi. Setelah persoalannya berlarut-larut sampai 2 bulan, akhirnya tidak ada jalan lain kecuali menerima tuntutan Umar. Pada akhir bulan September 1886 perundingan selesai. Uang tebusan disepakati sebanyak $ 25.000,- diserahkan kepada Teuku Umar. Tanggal 6 Oktober 1886 Nyonya Hansen dan John Fay sudah berada di Banda Aceh.

Peristiwa kapal Hok Canton memang sudah selesai, tetapi menyebabkan Pemerintah Kolonial Belanda menjadi bertindak sangat hati-hati dan selalu waspada dalam menghadapi perlawanan Aceh. Kekuatan Teuku Umar harus diperhitungkan oleh Belanda sebab kekuatannya sudah sangat besar dan menimbulkan banyak kerugian bagi Belanda. Pengaruh pribadi Teuku Umar terhadap seluruh rakyatnya sangat besar, kunci kekalahan dan kemenangan rakyat Aceh menurut Belanda sepenuhnya berada ditangan Teuku Umar. Belanda mulai memikirkan cara baru untuk menundukkan rakyat Aceh. Penumpasan perlawanan rakyat dengan jalan kekerasan dianggap tidak efisien. Jalan yang ditempuhnya itu sering kali berbeda pendapat antara penguasa setempat dengan Batavia. Pada umumnya ada kecenderungan menunggu dan defensif, tidak lain karena perang telah makan banyak biaya.

Sejak tahun 1890, Snouck Hoergronje mempelajari masyarakat Aceh. Berdasarkan studi itu, Snouck Hoergronje memberikan saran-saran kepada Pemerintah Belanda agar menggempur semua pemimpin Aceh yang mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Untuk menjaga keamanan Aceh Besar di setiap segi ditempatkan pasukan mobil. (Sartono Kartodirdjo, 1993 : 389). Strategi ini didasarkan pada kesimpulan bahwa rakyat Aceh semuanya beragama Islam secara murni dan dipengaruhi oleh fanatisme ajaran agama yang menyatakan bahwa perang sabil melawan kaum kafir itu mutlak perlu. 

Saran dari Snouck Hoergronje ini berhasil menekan perjuangan rakyat setelah strategi itu benar-benar dilaksanakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Bahkan pada tahun 1891 Teungku Chik Di Tiro dan Panglima Polem gugur dalam pertempuran. Namun perlawanan tak Pernah berakhir, Pemerintah Kolonial Belanda menjadi pusing. Biaya perang membengkak menjadi $ 135.000.000,-. Untuk mengatasi ini Pemerintah di Istana Buitenzorg mengangkat Deykerhooff menjadi Gubernur Militer di Aceh untuk mengamankan daerah yang sulit ditundukkan itu. Setelah menjadi Gubernur di Aceh Deykerhooff berusaha untuk mendekati kaum bangsawan dan Uleebalang karena mereka dipandang sebagai pemberi dana perang kepada tentara Aceh. Siasat ini berhasil mendorong Teuku Umar berubah pendapat untuk berpihak kepada Belanda. Justru setelah adanya maklumat Pemerintah di Batavia yang akan mengampuni dan memberi hadiah besar kepada Teuku Umar jika ia mau menyerahkan diri dan membantu Belanda.

Di lain pihak Teuku Umar sendiri merasa bahwa pertempuran ini dianggap sangat menyengsarakan rakyat. Oleh karena itu, Teuku Umar berpendapat bahwa untuk memperbaiki nasib rakyat yang sangat menderita agar dapat bekerja sebagaimana biasanya dan para petani dapat ke sawah lagi mengerjakan sawah ladangnya, maka Teuku Umar perlu merubah taktik dengan cara menyerahkan diri kepada Belanda. Pada bulan September 1893, Teuku Umar menyerahkan diri kepada Gubernur Deykerhooff di Banda Aceh bersama dengan 13 orang Panglima bawahannya, setelah mendapat jaminan keselamatan dan pengampunan dari Gubernur Aceh tersebut. Setelah bersumpah setia Teuku Umar dihadiahi gelar Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland. Rumahnya di Lampisang juga diperindah oleh Belanda sesuai dengan fungsinya sebagai tempat tinggal seorang Panglima Besar serta dilengkapi dengan 2 buah meriam kecil di halaman depan rumah. Sejak saat itu, pakaian yang dikenakannya adalah pakaian seorang Jenderal dengan beberapa buah bintang emas di dadanya. (Hazil, 1955 : 97).

Tugas-tugas yang harus dikerjakan yaitu menumpas perlawanan rakyat dan mengamankan seluruh daerah Aceh. Cut Nyak Dhien sangat marah terhadap Teuku Umar sebab ia tidak setuju dengan sikap suaminya yang nampak hanya mementingkan diri sendiri, yang hanya mengejar kemewahan dan kedudukan saja dengan mengorbankan kepentingan bangsanya. Sering terjadi percekcokan antara Umar dan istrinya Cut Nyak Dhien. Untuk menghindari percekcokan itu Teuku Umar selalu menghindarkan diri dari gugatan istrinya sehingga membuat Cut Nyak Dhien menjadi heran dan tidak mengerti sikap suaminya yang demikian itu. Teuku Umar menunjukkan kesetiaannya kepada Belanda dengan sangat meyakinkan. Setiap pejabat yang datang ke rumahnya selalu disambut dengan sangat menyenangkan. Setiap ada panggilan dari Gubemur Belanda di Banda Aceh ia selalu menemui dengan segera dan memberikan laporan yang memuaskan kepada  Belanda, sehingga ia mendapat kepercayaan yang besar dari Gubernur Belanda. Kepercayaan dan penghargaan Belanda itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Teuku Umar untuk mencapai maksudnya sendiri demi kepentingan perjuangan rakyat Aceh selanjutnya. Sebagai contoh, dalam peperangan Teuku Umar hanya melakukan perang pura-pura dan hanya memerangi Uleebalang yang memeras rakyat yang dipimpin Teuku Mat Amin. Anggota pasukannya disebarkan bukan untuk mengejar musuh, melainkan untuk menghubungi para Pemimpin pejuang Aceh dan menyampaikan pesan rahasia.

Setelah mendapat kepercayaan, Teuku Umar diberi tugas oleh Belanda untuk mengamankan seluruh Aceh Besar. Untuk langkah pertama harus diamankan daerah 26 Mukim. Teuku Umar dapat mengamankan daerah tersebut dengan baik sehingga kepercayaan gubernur menjadi semakin besar. Hal ini menimbulkan rasa iri hati dari tokoh-tokoh yang lebih dulu bekerjasama dengan Belanda, seperti misalnya Teuku Nek Meuraxa dan Panglima Tibang. Di samping itu, tokoh-tokoh perwira Belanda sendiri banyak yang tidak senang melihat Teuku Umar mendapat kepercayaan dari atasannya. (H.M. Zainuddin, 1972: 6).

Sebenarnya Teuku Umar adalah seorang tokoh yang sulit dimengerti baik oleh lawan maupun oleh kawannya. Dalam perjuangannya ia mempunyai cara tersendiri yang sering kali sulit dipahami. Oleh karena itu, ia dianggap oleh teman-teman seperjuangannya sebagai tokoh yang kontroversial. (Anonim, 1995 : 74). Pada suatu hari di Lampisang Teuku Umar mengadakan Pertemuan rahasia yang dihadiri pemimpin-pemimpin pejuang Aceh yang akan membicarakan rencana Teuku Umar untuk kembali memihak Aceh dengan membawa lari semua senjata dan perlengkapan perang milik Belanda yang dikuasainya. Pada hari itu Cut Nyak Dhien baru mengetahui dengan pasti bahwa selama ini suaminya telah bersandiwara dihadapan Belanda untuk mendapatkan keuntungan demi perjuangan Aceh. Bahkan gaji yang diberikan Belanda pada waktu memihak Belanda secara diam-diam oleh Teuku Umar dikirim kepada para pemimpin pejuang untuk membiayai perjuangannya dalam perang melawan Belanda.

Pada tanggal 30 September 1896, Teuku Umar dengan seluruh pasukannya meninggalkan Belanda untuk selama-lamanya dengan membawa lari 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg mesiu, 5 ton timah, $ 18.000,- uang tunai dan lain-lain alat militer yang berharga. Berita larinya Teuku Umar menggemparkan Pemerintah Kolonial Beianda. Dan hal ini sudah diduga oleh Snouck Hoergronje. la berpendapat Teuku Umar tidak pernah melepaskan sikapnya memusuhi Belanda. Apabila Gubernur menaruh kepercayaan besar kepada Umar, itu menandakan kebodohan Deyker Hooff dan kelicikan Teuku Umar. (H.C. Zentgraaff, 1982 : 257).

Teuku Umar tidak memihak kepada Belanda, tetapi ia menjalankan taktiknya yang ternyata berhasil baik. Setelah mengalami kegagalan total politik damai mulai ditinggalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Gubernur Deykerhooff yang bertanggungjawab atas larinya Teuku Umar dipecat dan digantikan oleh Jenderal Vetter. (Hazil, 1955: 115-119). Jenderal Vetter mendapat tugas untuk memerangi Teuku Umar. Tentara baru segera didatangkan dari Pulau Jawa dengan 3 buah kapal perang yang kemudian dihimpun di Uleulheu. Menurut Jenderal Vetter, Teuku Umar harus diberi hukuman yang berat karena sangat merugikan Pemerintah Kolonial Belanda dengan cara yang sulit dipahami. (T. Syahbuddin Razi, 1976. 163).

Sementara Belanda sibuk mempersiapkan diri, Teuku Umar tidak tinggal diam. Ia menyusun kembali tentara Aceh yang cerai berai. Seluruh komando dari perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah pimpinan Teuku Umar. la dibantu oleh istrinya Cut Nyak Dhien dan Panglima Pang Laot. Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi Belanda. Barulah pertama kali dalam sejarah perang Aceh, tentara Aceh dipegang oleh satu komando, yaitu di bawah komando Teuku Umar. Teuku Umar mengerti bahwa ia harus berjuang mati-matian melawan Van Heutsz, musuh lamanya. Dalam maklumatnya Jenderal Vetter mengatakan bahwa Belanda hanya memerangi Teuku Umar dan bukan rakyat 4 Mukim dan 6 Mukim. Semua benteng yang didirikan dulu untuk Gubernemen, seperti Aneuk Galong, Seunelop, Lamkunyit, Bilul, Cot Rang dan Krueng Gelumpang diledakkan dan ditinggalkan oleh Belanda.

Sejak memulai perang, Vetter mengajukan tuntutannya kepada Umar. Ultimatumnya meminta segala senjata harus diserahkan kembali kepada Belanda. Umar tidak mau memenuhi tuntutan itu, maka pada tanggal 26 April 1896 Teuku Johan Pahlawan dipecat sebagai Panglima Perang Besar dan Gubernemen Hindia Belanda dan sebagai Hulubalang Leupong. Ultimatum Jenderal Vetter dan ancaman Van Heutsz dibalas Teuku Umar dengan serbuan gencar sehingga perang berkobar lagi. Mengingat kekuatan Belanda lebih besar dan lebih lengkap persenjataannya, maka barisan Aceh semakin menipis karena banyak yang gugur dalam pertempuran. Pada saat itu, Belanda terus menciptakan perangkap untuk menangkap Teuku Umar. Namun usaha Belanda tersebut selalu gagal karena Teuku Umar juga ahli dalam siasat perang. Melihat kelicinan dan kehebatan Teuku Umar, maka Gubernur Belanda di Aceh Van Vliet melaporkan kepada Pemerintahnya sebagai berikut: Meskipun Belanda bertindak terus menerus pihak Aceh tetap memberikan perlawanan, Belanda belum dapat menguasai pemberontakan ini, malah api pemberontakan tetap berkobar. Teuku Umar terus memberikan perlawanan yang sengit dan Leupong, dan usaha untuk menangkap Teuku Umar hidup atau mati gagal sama sekali. (Hazil, 1955 : 129).

Laporan Van Vliet ini memang sesuai dengan kenyataan karena biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda tidak sesuai dengan hasil yang dicapai. Berdasarkan hasil penyelidikan intelijen pada awal tahun 1897, Belanda mengetahui keberadaan Teuku Umar dan pasukannya di Loong. Dan segera dikirim pasukan Belanda ke sana untuk menangkapnya. Ketika sampai di tempat yang dituju, pasukan Umar telah menghindarkan diri ke lereng bukit dan menembaki pasukan Belanda dari tempat itu. Tentara Belanda berusaha untuk merebut lereng bukit itu, tetapi tidak berhasil. Sewaktu akan mundur, tentara Belanda kembali dihadang oleh pasukan Aceh. Di beberapa tempat dipasangi ranjau sehingga banyak meriam Belanda yang jatuh ke dalam lubang perangkap sehingga tentara Belanda banyak yang tewas dan senjatanya dapat dirampas.

Walaupun akhirnya Loong ditinggalkan juga oleh pasukan Teuku Umar, tetapi korban di pihak Belanda cukup besar. Pada tahun 1898 Teuku Umar sebagai pimpinan perang Aceh membuat rencana peperangan di Pedir. Secara garis besar rencana itu sebagai berikut :

1. Perang besar sedapat mungkin dihindarkan dengan tentara Belanda.
2. Laskar akan bergerak di seluruh barat dan barat daya Aceh.
3. Tempat yang ditinggalkan Belanda harus diduduki dan dikuasai untuk mengganggu dan melawan Belanda.
4. Perlawanan dilakukan secara gerilya dan memukul musuh dalam keadaan mereka lengah.


Gerakan Teuku Umar dalam memimpin pasukan sangat cepat dan ia tak dapat ditakuti meriam-meriam Belanda yang dibawanya karena Umar dengan mudah dapat mundur ke daerah pegunungan yang berhutan lebat. Dengan demikian, Teuku Umar dengan pasukan Belanda main sembunyi-sembunyian dalam permainan dengan maut. Pada saat yang genting Umar selalu mendapatkan bantuan dari istrinya Cut Nyak Dhien dan pengikut-pengikutnya yang setia. Mereka merintis jalan di hutan yang jarang dilalui manusia. Demi keselamatan prajuritnya, Teuku Umar melarang anak buahnya mempergunakan api dan senapan agar tidak kelihatan oleh musuh. (Hazil, 1955: 135).

Pada bulan Februari 1899 Jenderal Van Heutsz berada di Meulaboh dengan tanpa pengawalan yang ketat sebagaimana biasanya. Keadaan ini diketahui oleh Teuku Umar dari mata-matanya yang bertugas di sana. Untuk menangkap dan mencegat Jenderal Belanda tersebut, Teuku Umar bersama sejumlah pasukannya datang ke Meulaboh. Tetapi malang bagi Umar karena sebelum rencananya berhasil dilaksanakan, gerak-gerik Umar justru telah diketahui oleh Belanda Setelah mendengar laporan dari mata-matanya mengenai kedatangan Teuku Umar di Meulaboh, Jenderal Van Heutsz segera menempatkan sejumlah pasukan yang cukup kuat diperbatasan kota Meulaboh untuk mencegat Teuku Umar. Pada malam menjelang tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar bersama pasukannya telah berada di pinggiran kota Meulaboh. Pasukan Aceh terkejut ketika mengetahui pasukan Van Heutsz telah mencegatnya. Posisi pasukannya sudah tidak menguntungkan dan tidak mungkin lagi untuk mundur. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pasukannya adalah bertempur.

Dalam pertempuran itu Teuku Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus dadanya. (Muhammad Ibrahim et.al., 1991 : 121). Seorang tangan kanannya yang sangat setia bernama Pang Laot begitu melihat Teuku Umar rebah terkena tembakan peluru Belanda segera melarikan jenazah Teuku Umar agar tidak jatuh ke tangan musuh. Kemudian jenazahnya dimakamkan di Mesjid Kampung Mugo di Hulu Sungai Meulaboh. Mendengar berita kematian suaminya ini, Cut Nyak Dhien sangat bersedih, namun bukan berarti perjuangan telah berakhir. Justru dengan gugurnya suaminya tersebut Cut Nyak Dhien bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda. Untuk itu ia kemudian mengambil alih pimpinan perlawanan yang tadinya dipegang oleh suaminya.

Penghargaan
Berdasarkan SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Nama Teuku Umar juga diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air, salah satunya yang terkenal adalah terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Selain itu, namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah lapangan di Meulaboh, Aceh Barat.

Wallahu A’lam biShawab

Friday, April 13, 2018

Hakekat Mengikuti Guru

Dikutip dari kumpulan kisah As Syaikh Jalaluddin Rumi RA.

Suatu malam, As Syaikh Jalaluddin Rumi RA mengundang As Syaikh Syams Tabrizi RA ke rumahnya. Sang Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams lalu berkata pada Rumi: 
“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud adalah: arak / khamr)

Rumipun terkaget setelah mendengarnya, lalu bertanya dan berkata:
“Memangnya anda juga minum?". 

Sang Mursyid lalu menjawabnya dan berkata:
“Iya”. 

Thursday, April 12, 2018

Nasehat Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

اللّه اللّه يا اللّه
  اللّه اللّه يا اللّه

ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻮَﺭَﻯ ﻣُﺼْﻄَﻔَﺎﻫُﻢْ


ﺍِﻋْﺮِﻑِ الحَقّ ﻟَﺎﻫْﻞِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺍﺳْﻠُﻚْ ﻣَﻌَﺎﻫُﻢْ
Kenalilah kebenaran itu dari orang yang benar dan ikutlah jejak mereka.

ﻓِﻲ ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟﺘُّﻘﻰَ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚ ﺳَﺎﺭُﻭﺍ ﻭَﺭَﺍﻫُﻢْ
(Yaitu) di jalan ketaqwaan dimana mereka lakukan maka ikutlah di belakang mereka.

ﻓَﺎﻟﺴَّﻌَﺎﺩَﺓْ ﻣَﻨُﻮﻃَﺔْ ﻛُﻠُّﻬَﺎ ﺑِﺎﻗْﺘِﻔَﺎﻫُـــــــﻢْ
Kebahagiaan itu ( jika kamu ingin mendapatkannya) semuanya hanya tergantung dengan mengikuti jejak-jejak mereka.

بَختِ ﻣَﻦْ ﻗَﺪْ ﺭَﺁﻫُﻢْ ﺍَﻭْ ﺭَﺁﻯ ﻣَﻦْ ﺭَﺁﻫُـــﻢْ
Beruntunglah orang yang melihat mereka atau melihat orang yang pernah melihat mereka.

ﺍَﻭْ ﺗَﻌَﻠَّﻖْ ﺑِﻬِﻢْ ﺩَﺍﺋِﻢْ ﻭَﻟَﺎﺯَﻡْ ﻓِﻨَﺎﻫُــــــﻢْ
Atau mempunyai ikatan batin selalu dengan mereka dan senantiasa bersama mereka.

ﻓَﺎﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﻮﻡْ ﻣَﺎﺣَﺪْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﺮِﻳَّﺔْ ﻛَﻤَﺎﻫُــــﻢْ
Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada seorang pun manusia seperti mereka.

ﻟَﺎ ﺗُﺮَﺍﻓِﻖْ ﻭَﺗَﺼْﺤَﺐْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﻠِﻴﻘَﺔْ ﺳِﻮَﺍﻫُﻢْ
Jangan kamu bersama dan berteman dengan seorangpun selain mereka.

ﻓَﺎﻥَّ ﻣَﻮْﻟَﺎﻙْ ﻭَﻓَّﺮْ ﻣِﻦْ ﻫِﺒَﺎﺗِﻪْ ﻋَﻄَﺎﻫُـــــﻢْ
Karena sesungghnya Tuhanmu (Allah SWT) telah mencurahkan banyak pemberian anugerah-anugera-Nya kepada mereka.

ﺟَﺎﺩْ ﻭَﺍﻧْﻌَﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺑِﺎﻟﺮِّﺿَﻰ ﻭَﺍﺟْﺘَﺒَﺎﻫُــﻢِ
Dia telah mendermakan dan memberikan nikmat dengan ridho-Nya kepada mereka serta memilih mereka.

ﻳَﺎﻟَﻬُﻢْ ﻗَﻮﻡْ ﻳَﺮْﺿَﻰ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺭِﺿَﺎﻫُـــﻢْ
Alangkah mulianya mereka kaum yang Allah SWT senantiasa meridhoi atas keridhoan mereka.

ﻓَﺎﺳْﻊَ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺳَﻌَﻮْﺍ ﻭَﺍﺷْﺮَﺏْ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻘَﻮﻡْ ﻣَﺎﻫُﻢْ
Bergegaslah apa yang mereka lakukan dan ambil sesuatu (amalan) yang ada pada mereka.

ﻋَﻞَّ ﻳَﺤْﺒُﻮﻙْ ﺭَﺑُّﻚْ ﻣِﺜِﻞْ ﻣَﺎ ﻗَﺪْ ﺣَﺒَﺎﻫُـــﻢْ
Pasti Allah SWT akan mencintai kalian sebagaimana Allah SWT mencintai mereka.

ﺣَﻴْﺜُﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺍﺣْﻀُﺮْ ﻓِﻲ ﻣَﺠَﺎﻟِﺲْ ﺻَﻔَﺎﻫُﻢْ
Di manapun mereka berada kunjungilah majlis suci mereka (untuk membersihkan hatimu).
وَقِت ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺍَﻣِّﻦْ حِين ﺗَﺴْﻤَﻊْ ﺩُﻋَﺎﻫُﻢْ
Pada waktu mereka berdoa Ucapkanlah "aamiin" saat kamu mendengar mereka sedang berdoa.

ﻭَﻟْﺘَﻤِﺲْ ﻣِﻦْ ﻣَﺪَﺩْﻫِﻢْ ﻭَﺍﺳَﺘَﻤِﺪْ ﻣِﻦْ ﻧَﺪَﺍﻫُﻢْ
Berusahalah untuk mendapatkan rahasia mereka dan ambillah keberkahan mereka.

ﻓَﺎﻥَّ ﻓِﻲ ﻣَﺎ ﺳَﻌَﻮْﺍ خَيرُ ﺍﻟْﻮَﺭَﻯ ﻣُﻘْﺘَﺪَﺍﻫُﻢْ
Karena sesungguhnya mereka meneladani Baginda Rasulullah ﷺ manusia termulia.

ﻫُﻮْ ﺩَﻋَﺎﻫُﻢْ ﺍِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻪْ ﻭَﺷَﻴَّﺪْ ﺑِﻨَﺎﻫُـــــــﻢْ
Rasulullah ﷺ mengajak mereka kepada Allah SWT dan ( Allah SWT / Rasulullah ﷺ) kemudian mengokohkan dan menguatkan diri mereka ( karena mereka memenuhi panggilan dan ajakannya).

ﺑِﺎﺗِّﺒَﺎﻋِﻪْ ﻭَ ﺣُﺒِّﻪْ ﺣَﻘَّﻖَ ﺍﻟﻠﻪْ ﺭَﺟَﺎﻫُـــــــﻢْ
Karena dengan mereka mengikuti dan mencintai (Rasulullah ﷺ) maka Allah SWT mewujudkan harapan-harapan mereka.

ﻳَﺎﻫَﻨَﺎﻫُﻢْ ﺑِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﻤُﺼْﻄَﻔَﻰ ﻳَﺎ ﻫَﻨَﺎﻫُــــﻢْ
Alangkah bahagianya mereka dengan cintanya mereka kepada Rasulullah ﷺ .

ﺭَﺏِّ ﺑَﻠِّﻐْﻨِﻲ ﺍَﻣَﺎﻟِﻲ ﺑِﺠَﺎﻫِﻪْ ﻛَﻤَﺎﻫُـــــــﻢْ
Ya Tuhanku Ya Allah sampaikanlah kepadaku segala harapan-harapanku seperti mereka berkat kedudukan kemuliaan Rasulullah ﷺ .

ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻮَﺭَﻯ ﻣُﺼْﻄَﻔَﺎﻫُﻢْ
Dan semoga sholawat terlimpahkan kepada ( Rasulullah ﷺ ) manusia termulia pilihan dari semua mahluk Allah SWT.

Wallahu alam bishowab.

Sapu Tangan Rasulullah ﷺ 

Kalam Al A'llamah Al Habib Umar Al Hafidz RA.

Suatu ketika Anas bin Malik RA mengusap wajahnya dengan sapu tangan, lalu memberikannya kepada pembantunya agar sapu tangan itu dibersihkan.

Tiba-tiba saja pembantu itu bukanya membersihkan sapu tangan tersebut akan tetapi malah memasukkan sapu tangan tadi kedalam sebuah tungku api hingga terbakar semua kotoran yang menempel pada sapu tangan tersebut.

Namun yang mengherankan tak lama kemudian pembantu itu menarik sesuatu dari api tadi.

Ternyata sapu tangan yang tadi dilemparnya tidak habis terbakar, bahkan masih tetap utuh seperti sedia kala dan menjadi bersih karena kotoran yang menempel pada sapu tangan itu telah terbakar.

Wednesday, April 11, 2018

Kisah Mulia Mati Syahid

Al Hafiz Muhammad bin Munzir Al Harawi yang dikenal dengan Basyukr telah menyebutkan di dalam Kitab Aja'ib berikut sanadnya dari Qabbas bin Razin yaitu Abu Hasyim yang mengatakan, bahwa ia ditawan di Negeri Romawi.

Kemudian Raja Romawi mengumpulkan semua tawanan, dan ia menawarkan utuk memeluk agamanya kepada para tawanan, bahwa barangsiapa yang menolak maka akan dipenggal kepalanya.

Maka murtadlah tiga orang dari tawanan, lalu datanglah orang yang ke empat, setelah ditawarkan kepadanya untuk murtad, ia menolak, maka dipenggallah kepalanya, lalu dilemparkan ke sebuah sungai.

Kemudian kepala Al-Syahiid itu pada awalnya tenggelam ke dalam air, tidak lama kemudian muncul mengambang dan Al-Syahiid  memandang kepada ketiga orang temannya yang telah murtad itu dan mengatakan kepada mereka, hai Fulan, Fulan dan Fulan, dengan menyebutkan nama-nama mereka satu per satu.