Pada tulisan sebelumnya penulis pernah membahas tentang puasa empat unsur manusia , maka pada kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang puasa tiga unsur manusia.
Disadur dari kitab kitab Ar-Risâlah Al-Qusairiyyah buah karya Mudzoffar Al-Qarmisiny, yang mengatakan bahwa puasa dibagi menjadi tiga macam:
الصَوْمُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَوْجُهٍ: صَوْمُ الرُّوْحِ بِقَصْرِ الْأَمَلِ، وَصَوْمُ الْعَقْلِ بِخِلَافِ الْهَوَى، وَصَوْمُ النَّفْسِ بِالإِمْسَاكِ عَنِ الطَّعَامِ وَالْمَحَارِمِ.
“Puasa itu ada tiga macam:
- Puasa ruh dengan memendekkan angan-angan.
- Puasa akal dengan melawan keinginan.
- Puasa jiwa dengan menahan dari makanan dan perkara-perkara yang haram.
Pertama, puasa ruh dengan memendekan angan-angan. Karena, terlalu panjang berharap akan menghambat diri dari perbuatan baik atau usaha untuk meraih kebaikan karena terlalu sibuknya kita dengan bercita-cita. (Syekh Mustafa Al-‘Arusy, Natâij Al-Afkâr al-Qudsiyyah fî Bâyani Ma’âni Syarh Risalah Al-Qusyairiyyah, Lebanon, Dar el Kutub ‘Ilmiyyah, 2007, halaman 306).
Kedua, puasa akal dengan melawan keinginan. Syekh Zakaria al-Anshari menjelaskan, dengan akal kita dapat mengetahui antara yang baik dan yang buruk, dan itu dapat dihasilkan dengan melawan keinginan atau hawa nafsu. (Syekh Mustafa Al-‘Arusy, Natâij Al-Afkâr Al-Qudsiyyah Fî Bâyani Ma’âni Syarh Risalah Al-Qusyairiyyah, Lebanon, Dar el Kutub ‘Ilmiyyah, 2007, halaman 307).
Ketiga, puasa jiwa dengan menahan diri dari makanan dan perkara-perkara yang haram. Menahan diri dari makanan adalah salah satu proses untuk meningkatkan spiritual. Dengan mempuasakan jiwa dari makan, kita akhirnya terbiasa untuk menerima setiap keadaan yang telah ditentukan oleh Allah ﷻ, baik berupa lapar maupun kenyang. Selain itu menahan diri dari hal-hal yang diharamkan juga bagian dari proses meningkatkan keimanan kita kepada Allah ﷻ.
Wallahu alam Bishowab.
No comments:
Post a Comment