Tuesday, March 27, 2018

Khadijah Al-Kubra

Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah Al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita as-Sabiqun al-Awwalun.

Siti Khadijah adalah Istri pertama Rasulullah ﷺ dan wanita yang sangat istimewa termasuk dari golongan pembesar Mekkah  dan dua per tiga (2/3) dari wilayah kota Makkah merupakan milik dari Siti Khadijah. Siti Khadijah menikah dengan  Rasulullah ﷺ, ketika berumur 40 tahun, manakala  Rasulullah ﷺ berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40 tahun, hanya sedikit lebih tua dari  Rasulullah ﷺ. Siti Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan melimpah, Khadijah hidup sendirian tanpa suami, karena suami pertamanya telah meninggal.  Khadijah dikenal sebagai wanita suci di zamannya tatkala di antara lingkungannya sudah kotor. Dia, Siti Khadijah adalah pilihan Allah yang dipersiapkan untuk menjadi istri Rasulullah ﷺ .
Dalam suatu riwayat dikisahkan pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan Siti Khadijah pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal. Ia berkata;
 “Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat ke mana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun dari tidurku".

Waraqah lalu mengatakan:
“Aku sampaikan kabargembira kepadamu, bahwa kelak akan datang seorang lelaki agung dan mulia untuk meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat". 
Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Rasulullah ﷺ .

Walaupun Siti Khadijah merupakan wanita yang kaya raya dan bergelimang dengan kemewahan. Namun ketika wafat, tak selembar kafanpun yang di milikinya. Bahkan pakaian yang dikenakannya di saat menjelang ajal hanyalah pakaian yang kumuh dan lusuh yaitu pakaian yang memiliki 83 tambalan. Pada saat menjelang ajal Siti Khadijah berbisik kepada putri kesayangannya Fatimah dan berkata:

“Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba.Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku.  Aku malu dan takut memintanya sendiri”.

Mendengar perkataan itu Rasulullah ﷺ bersabda:
“Duhai istriku Khadijah, Allah SWT telah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di Syurga".


Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Rasulullah ﷺ. Didekapnya  Siti Khadijah dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Rasulullah ﷺ  dan semua orang yang ada di situ.
Dalam suasana duka yang seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.

Rasulullah ﷺ  lalu segera menjawab salam Malaikat Jibril, kemudian bertanya:
“Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?”.


Malaikat Jibril pun langsung menjawab:
“Kain kafan ini untuk Siti Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah ﷺ, untuk Fatimah, Ali dan Hasan”.


Setelah itu malaikat Jibril tiba-tiba saja berhenti berkata-kata, kemudian menangis.  Rasulullah ﷺ lalu  bertanya:
“Kenapa bisa begitu, ya Jibril?”.


Malaikat Jibril pun  menjawab:
“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan”.


 Rasulullah ﷺ berbisik di dekat jasad Siti Khadijah:
“Duhai Khadijah istriku, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu lagi. Pengabdianmu kepada Islam dan dirimu sungguh luar biasa.  Allah Maha mengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?”.


Rasulullah ﷺ pun menangis tersedu-sedu katena mengenang istrinya semasa hidup.

Dalam suatu riwayat dikisahkan, pada suatu hari, ketika  Rasulullah ﷺ  pulang dari berdakwah,  Rasulullah ﷺ langsung masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut, dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian  Rasulullah ﷺ bersabda:
“Duhai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu”.


Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis. Seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. 

Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah. Kemudian  Rasulullah ﷺ segera  mengambil Fatimah dari gendongan istrinya, dan diletakkan di tempat tidur.   Rasulullah ﷺ  yang lelah sepulang dari berdakwah dan menghadapi segala macam caci-maki serta fitnah manusia itu lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.


Ketika itulah Khadijah membelai kepala  Rasulullah ﷺ dengan penuh kelembutan dan rasa sayang.  Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi  Rasulullah ﷺ hingga membuatnya terjaga. Dengan lembut  Rasulullah ﷺpun bertanya kepada Siti Khadijah karena tak kuasa melihatnya menangis:
“Duhai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?”.
“Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang.  Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. 
Adakah engkau merasa menyesal, duhai Khadijah, bersuamikan aku, Muhammad?".


Siti Khadijah lalu berkata
“Wahai suamiku, wahai Siti Khadijah. Bukan itu yang kutangiskan. 
"Dahulu aku memiliki kemuliaan. Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku adalah bangsawan. Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan. 
Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya”.

"Duhai Rasulullah ﷺ, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini.  Duhai  Rasulullah ﷺ, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu."Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam, duhai  Rasulullah ﷺ”.


Di samping jasad Siti Khadijah,  Rasulullah ﷺ kemudian berdoa kepada Allah.:
“Ya Allah, ya Ilahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam. Mempercayaiku pada saat orang lain menentangku. Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku. Menenteramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah”.

Rasulullah ﷺ pun tampak sedih. lalu bersabda:
 “Oh Khadijahku sayang, kau telah pergi meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku.  Siapa lagi yang akan membantuku?”.

Seketika itu juga  Ali bin Abi Thalib yang langsung menyahut:
“Aku, ya Rasulullah!”.

Wallahu A'lam Bishowab

No comments: