Saturday, March 24, 2018

Mengenal Aib Diri Mengikuti Tareqat Al-Iman Ghazali.

Kebanyakan dari kita sebagai manusia lupa pada aib yang melekat pada diri kita sendiri. Kita juga menutup mata atas kekurangan yang ada. Sebaliknya, kita selalu mengganggap diri kita itu lebih baik jika dibandingkan orang lain.

Mengenal aib diri berarti menyadari bahwa kesempurnaan mutlak itu hanyalah milik Allah SWT. Sedangkan, kemaksuman hanya dipunyai oleh Rasulullah SAW. Kita tidak lebih dari seorang manusia yang diliputi banyak sekali kekurangan, baik dari sisi ilmu maupun amal. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap anak Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (mau) bertaubat." (HR Tirmidzi).


Al Imam Ghazali RA juga pernah berkata; "Kehidupan seorang Muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap.Tahap-tahap itu, antara lain, taubat, sabar, fakir, zuhud, tawakkal, cinta, makrifat, dan redha. Justeru, seorang mukmin wajib mendidik jiwa dan akhlaknya. Sementara, hati adalah cermin yang sanggup menghayati makrifat, kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan jernih".

Imam Ghazali juga mengatakan:
"Barang siapa yang ingin mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat di capai melalui 5 jalan (tareqat) diantaranya adalah:

1. Kita wajib untuk duduk bersama seorang guru Mursyid. 
Seorang guru mursyid itu akan mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi di dalam diri kita. Kemudian, kita harus memasrahkan diri kita kepada  guru mursyidndan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib kita itu.

Ini adalah keadaan seorang murid dengan gurunya. Guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara penyelesaiannya. Tapi pada zaman sekarang guru seperti ini agak sukar di dapati.

2. Mencari dan memiliki seorang teman yang jujur, memiliki basiroh (mata hati yang tajam), dan berpegangan pada agama.
Jadikanlah teman kita itu sebagai pengawas yang akan selalu mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan zahir kita sehingga teman kita itu akan senantiasa dapat memperingatkan kita di setiap waktu. Jalan inilah yang dahulu juga pernah dilakukan oleh orang-orang sebelum kita.

3. Berusaha untuk mengetahui aib kita dari ucapan orang yang membenci kita (haters).
Karena biasanya, pandangan yang penuh  kebencian, kedengkian dan iri hati dari para haters akan  menyingkap semua keburukan dari diri kita secara menyeluruh. Padahakekatnya banyak sekali manfaat yang diperoleh  dari para haters yang sangat membenci kita karena para haters suka sekali mencari-cari kesalahan pada diri kita. Para haters kita itu akan menunjukan lebih banyak aib pada diri kita daripada teman-teman kita yang hanya bisa bermanis muka dihadapan kita, memuji kita tapi pada hakekatnya teman-teman kita telah menyembunyikan aib-aib pada diri kita. Maka oleh karenannya kita harus tetap bersyukur karena memiliki haters dan ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada mereka karena mereka kita telah mengetahui aib pada diri kita.

Namun, sudah menjadi watak kita sebagai manusia yang dhoif untuk langsung bersikap defensif terhadap ucapan para haters dan menganggapnya sebagai ujaran kebencian. Akan tetapi bagi orang yang mempunyai mata hati jernih akan mampu memetik pelajaran dari berbagai aib dan keburukan diri kita yang telah disebutkan oleh para haters.

4. Bersosialisasi dengan masyarakat setempat.
Setiap kali kita melihat perilaku tercela seseorang, kita segera menganggap diri kita sendiri juga pasti memiliki sifat tercela itu. Kemudian, kita paksa diri kita untuk segera meninggalkan sifat yg tercela itu. Seorang mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya. Ketika kita melihat aib orang lain, otomatis kita juga akan melihat aib-aib diri kita sendiri.

5. Kita harus menyadari betapa singkatnya umur kita. Andai saja kita berumur seratus tahun sekalipun, umur itu pendek jika dibandingkan dengan masa hidup kelak di akhirat yang abadi. Justru, lihatlah aib dri kita sendiri sebelum kita menilai aib orang lain.

Wallahu a'lam bishowab.

No comments: