Tuesday, December 3, 2019

Kisah: Akhir Hayat Orang Fasik Mendapatkan Rahmat Allah SWT




Sebagai manusia dan siapapun kita, entah itu orang fasik (jahat) ataupun orang baik pasti menginginkan meninggal dalam keadaan yang baik (khusnul khatimah). Akan tetapi itu keinginan kita ini tergantung pada keadaan dan kondisi kita pada saat akan tutup usia. Sebagaimana Rasulullah  ﷺ bersabda :

إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ رواه البخاري وغَيْرُهُ.

“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. [HR Bukhari).


Salah satu ikhtiar agar menggapai Khusnul khotimah adalah dengan berdoa yang selalu dipanjatkan setiap waktu dan kesempatan Entah itu diwaktu suka ataupun pada saat dihimpit kesusahan. Dengan modal kekuatan doa kita akan akan selalu berharap kepada Allah SWT yang maha berkehendak.
Sebagaima ada sebuah kisah menarik yang disadur dari Kitab Ushfuriyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri.  Alkisah di kalangan bani Israel, tersebutlah seorang yang masih muda namun fasik dan jahat. Sebenarnya orang fasik itupun telah berkeluarga. Seluruh penduduk desa sudah tak mampu lagi menghentikan kejahatannya. Lalu penduduk desa memutuskan bahwa satu-satunya cara adalah dengan memohon kepada Allah SWT. Dengan sungguh-sungguh penduduk desa akhirnya berdoa memohon kepada Allah .

Setelah kejadian itu Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa AS:
“Duhai Musa, Di kalangan Bani Israel ada seorang yang fasik dan jahat. Usirlah ia dari kampungnya agar seisi kampung tidak tertimpa api azab”.

Nabi Musa  AS lalu mendatangi desa itu dan mengusir penjahat itu agar keluar dari sana. Lalu orang fasik itu lalu pergi ke desa lain. Namun, Nabi Musa  AS kembali mendapat perintah agar mengusirnya dari desa itu. Orang fasik itu diusir kedua kalinya dan terpaksa pergi lagi dengan pindah ke desa lain. akan tetapi kembali orang fasik  diusir untuk ketiga kalinya oleh Nabi Musa  AS. atas perintah Allah SWT.

Akhirnya orang fasik itu  memutuskan untuk pergi ke hutan yang terasing. Sunyi senyap dan tak dijumpainya seorang pun disana. Tak ada suara burung maupun kelebatan binatang liar. Benar-benar sunyi dan sepi. Dalam pengasingannya orang fasik pun jatuh sakit. Tak ada seorang pun yang menolongnya. Orang fasik  itu tersungkur ke tanah tak berdaya. Dalam sakitnya ia meratap sedih seraya berdoa:


“Ya Tuhanku, andaikan ibuku ada di sisi kepalaku, ia pasti akan menangis dan mengasihi kehinaanku ini. Seandainya ayahku ada di sini, pasti ia akan menolongku, memandikanku, memakaikanku kafan saat aku mati. Andakan istriku ada di sisiku, niscaya ia menangisi perpisahan denganku, dan andaikan anak-anakku di sisiku, niscaya mereka menangis di belakang jenazahku seraya berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah ayah kami yang terasingkan dan lemah, jahat dan fasik, yang terusir dari satu desa ke desa yang lain. Hingga ia terasingkan ke hutan. Ia keluar dari dunia menuju akhirat dengan terputuskan dari segala harapan selain rahmat dari Allah. Tuhanku, jikalau Engkau putuskan aku dari orang tua, istri dan anak-anakku, jangan kau putuskan aku dari rahmat-Mu. Engkau bakar hatiku dengan perpisahan, maka jangan Engkau bakar diriku dengan api neraka-Mu karena segala kedurhakaanku”.

Akhirnya Allah SWT mengutus bidadari dalam rupa ibu dan istri orang fasik . Anak-anak surga diutus dalam wujud anak-anaknya. Seorang malaikat diutus dalam wujud ayahnya. Mereka mengerubungi orang fasik  seraya menangis seakan mereka adalah keluarganya. Melihat itu, hati orang fasik itupun menjadi tenang.

setelah kejadian itu, Orang fasik lalu kembali berdoa:
 “Ya Allah, jangan kau putus aku dari rahmat-Mu. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. 

Orang fasik itu akhirnya meninggal dalam pengampunan. Allah SWT lalu mewahyukan kepada Nabi Musa  AS. agar menuju hutan tersebut untuk mengurus jenazah salah satu wali dari para wali-Nya. Ketika sampai di hutan dan melihat siapa yang harus ia urus jenazahnya, Lalu Nabi Musa  AS menjadi terheran-heran karena melihat siapa yang telah meninggal, dan juga orang-orang yang menangis di sekelilingnya. Nabi Musa  AS tahu bahwa mereka adalah bidadari dan malaikat. Nabi Musa  AS juga masih ingat bahwa orang fasik  itulah yang dulu diusir olehnya sampai tiga kali karena kejahatannya.

Nabi Musa  AS lalu bertanya:

“Ya Allah, bukankah ini orang yang aku usir dari desa atas perintah-Mu?”.

Allah SWT  menjawab melalui wahyu-Nya:

“Benar,tetapi aku ampuni dia karena rintihannya saat sakit, dan sebab perpisahan dari desa dan keluarganya. Aku utus bidadari, anak-anak surga dan malaikat sebagai istri, ibu, ayah dan anak-anaknya. Mereka menangis karena kasihan kepadanya. Kalau penduduk langit dan bumi menangisi kematian orang terasing itu, tidakkah aku juga mengasihinya. Padahal aku Sang Mahakasih”.

Oleh karena itu walaupun kita ini mengangap diri kita sebagai orang yang baik belum tentu berakhir dengan baik, begitu juga Orang yang fasik belum tentu berakhir dengan fasik juga. Bisa saja yang terjadi malah sebaliknya. Sebagaimana  dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash RA, yang mengatakan :


سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: إِِنَّ قُلُوْبَ بَنِيْ آدَمَ كُلُّهَا بَيْنَ أَصْبَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ، ثُمَّ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ : اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ القُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ.

“Saya mendengar Rasulullah   bersabda : “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu”.(HR.Muslim)

Dan juga firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. (Ali Imran/3 : 102).

Semoga kelak  kita diwafatkan dalam keadaan khusnul khotimah.

Aamin


Wallahu Alam bisowab.

No comments: