Friday, January 4, 2019

Riya.


Dalam satu riwayat dari Umar bin Khathab ra, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Segala amal perbuatan bergantung pada niat dan setiap orang akan memperoleh pahala sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah dengan niat mencari keuntungan duniawi atau untuk mengawini seorang perempuan, maka (pahala) hijrahnya sesuai dengan niatnya itu”. (HR. Bukhari).

Arti dan Definisi Riya.
Riya’ berasal dari bahasa Arab dan diambil kata ru'yah, yang memiliki arti menampakkan atau memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada orang lain. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat didefinisikan sebagai memperlihatkan suatu amal bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.” Sementara memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum’ah (ingin didengar). 

Riya Adalah syirik kecil. 
Hal ini ditegaskan dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
"Takutlah kamu kepada syirik kecil” 

Para shahabat bertanya:
”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” 

Rasulullah ﷺ berkata: 
”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka. 

Walaupun Riya itu adalah syirik kecil, namun tetap saja hal tersebut dapat dikategorikan sebagai salah satu dosa yang paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah Swt.perbuatan yang menyekutukan Allah. Dan Allah tidak membedakan jenis syirik, apakah itu syirik besar maupun syirik kecil. Perlu kita pahami bersama bahwa riya juga merupakan pebuatan yang telah bermaksiat kepada Allah. Dengan kata lain, syirik kecil pun juga merupakan dosa yang tak terampuni, karena masih bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang menduakan Allah. Jadi mereka menduakan Allah, menyekutukan Allah, itulah maksud syirik yang sebenarnya. Sebagian ulama berpendapat bahwa syirik adalah kufur atau satu jenis kekufuran. Syirik dikategorikan sebagai dosa paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. 

Sebagai mana disebutkan dalam firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (QS. An-Nisa : 48). 

Dalam Sebuah hadist qudsi juga disebutkan:  Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda Rasulullah ﷺ,:
“Telah berfirman Allah tabaraka wa ta'ala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya”(HR.Muslim) 

Bahaya Riya. 
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa bahaya riya’ lebih berbahaya daripada fitnah Al Masih Ad Dajjal dan serigala yang mengintai kambing 

Rasulullah ﷺ bersabda: 
“Maukah kamu aku beritakan kabar yang bagiku lebih berbahaya bagi kalian dibanding dengan Al Masih Ad Dajjal; yaitu syirik Al Khafi. Yaitu ketika seseorang berdiri untuk menunaikan shalat, kemudian ia memperindah shalatnya karena ada orang lain yang melihatnya” (Hadits riwayat Ibnu Majjah (4204) dan perawi lainnya dari hadits Abi Said Al Khudari R.A. Hadits ini berkualitas hasan).  



Rasulullah ﷺ bersabda, 
“Dua ekor serigala lapar yang dilepaskan di tengah kerumunan kambing, bahayanya tidak lebih besar dari kerakusan manusia terhadap harta, membanggakan agamanya (riya’) (Hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi 2376, Imam Ahmad (3/456, 460), Imam Ad Darami 2/304, Imam Al Baghawi dalam Syarh sunnah 14/258, dan para perawi lainnya. Saya katakana, hadits ini dishahihkan oleh Imam At Tirmidzi. Ini seperti yang pernah dikatakan. Meskipun Zakariya Abu Zaidah seorang yang mudallas, tetapi ini telah dijelaskan dengan pembicaraan Bukhari dalam kitab Tarikh Al Kabir 1/150). 

Akibat dari Riya. 
Salah satunya adalah disebut sebagai pendusta dihari akhir. Dalam Sebuah hadist qudsi juga disebutkan Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: 

“Sesungguhnya salah seorang yang pertama di hisab di hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid (gugur dalam peperangan); kemudian disebutkan baginya semua kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta'ala bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat itu?', lelaki itu menjawab, 'Aku berperang untuk-Mu hingga aku syahid'; Allah menjawab, “Kamu berdusta, (akan tetapi sesungguhnya) engkau berperang agar orang menyebutmu pemberani, dan (orang – orang) telah menyebutkan demikian itu, kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan dilemparkan kedalamnya”. 

"Dan (selanjutnya adalah) seorang laki – laki yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya serta dia membaca Al-Quran, kemudian dia didatangkan, kemudian disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya dan dia membenarkannya. Kemudian Allah bertanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?' lelaki itu menjawab, 'Aku mencari ilmu dan mengamalkannya/mengajarkannya, dan aku membaca al-Quran karena-Mu'. Allah berfirman, “kamu berdusta, (akan tetapi) kamu mencari ilmu itu agar disebut sebagai 'alim (orang yang berilmu), dan kamu membaca al-Quran agar orang menyebutmu qari', dan kamu telah disebut demikian itu (alim & qari')” kemudian diperintahkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan di masukkan kedalam neraka” 

"Dan (selanjutnya) seorang laki – laki yang diluaskan (rizkinya) oleh Allah. Dan dikaruniai berbagai harta kekayaan. Kemudian dia dihadapkan, dan disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya, dan dia membenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?”, lelaki itu menjawab, “Tidaklah aku meninggalkan jalan yang aku cintai selain aku menginfakkan hartaku untuk-Mu”; Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu melakukan itu semua agar orang menyebutmu dermawan, dan kamu telah disebut demikian”. Kemudian diperankkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya, hingga sampai dineraka dan dimasukkan kedalam neraka. (HR. Muslim). 

Wallahu A'lam Bishowab.

No comments: