Saturday, March 28, 2015

Hakekat Sholat



"Dalam sebuah hadist nabi Muhamad SAW menyebutkan bahwa amal hamba yang pertama kali diperhitungkan adalah sholat. Jika sholatnya baik, maka semua dianggap baik. Ini bagaimana?" seorang santri bertanya kepada Syech Siti Jenar.

"Hadist ini masih perlu ditafsirkan lagi. Tidak boleh dipahami secara dangkal makna dari hadits tersebut. Hadits itu mengandung logika sebagai berikut; Orang yang tekun mengerjakan sholat dengan sempurna, maka perilaku, budi pekerti dan kalbunya juga harus terpengaruh menjadi baik. Sebab sholat yang dilakukan dengan jiwa yang bersih akan berpengaruh pula bagi cabang kehidupan lainnya" Jawab Syech Siti Jenar.

"Sebaliknya hadist itu tidak berlaku bagi orang yang tekun mengerjakan sholat tetapi hatinya masih kotor, tersimpan keinginan-keinginan nafsu misalnya ingin dipuji orang lain, terdapat ujub dan sombong, serta budinya menyimpang dan menabrak tatanan yang dilarang". lanjut  Syech Siti Jenar.

"Apakah ada tuntunan mengenai pakaian seseorang yang sedang mengerjakan sholat?" seorang santri kembali bertanya kepada Syech Siti Jenar.

"Sesungguhnya aku (Syeh Siti Jenar) tidak sependapat jika ada orang yang mengenakan pakaian gamis dan meniru-niru pakaian orang Arab dalam melakukan sholat. Jika selesai sholat, jubah atau gamis itu dilepaskan. Sedangkan sholat orang tersebut tidaklah menyentuh hatinya. Meskipun berlama-lama merunduk di masjid, namun masih mencintai duniawi. Sholat yang pakaiannya kedombrangan, merunduk di masjid berlama-lama sampai lupa anak istri. Sedangkan ia masih menyintai duniawi dan mengumbar nafsu manusiawinya. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, ia seringkali menyusahkan orang lain. Maka orang yang demikian itu tidak terpengaruh oleh sholat yang dikerjakannya. Biasanya tipe orang seperti itu tipikal orang yang yang merugi karena terlalu sibuk menghitung pahala. Dia sangat keliru dan bodoh. Pahala yang masih jauh tetapi diperhitungkan. Sungguh, sedikit pun tak akan dapat dicapainya". jawab Syech Siti Jenar.

"Banyak orang melakukan sholat tetapi tidak menyentuh kepada Yang disembah. Ini bagaimana?". tanya seorang santri.

"Memang banyak orang yang secara lahiriah tampak khusuk sholatnya. Bibirnya sibuk komat-kamit memanjatkan dzikir dan doa-doa, namun hatinya ramai oleh urusan duniawi mereka. Islam yang demikian ini ibarat kelapa, mereka hanya makan serabutnya. Padahal yang paling nikmat adalah buah/daging kelapa dan air kelapanya. Mereka sholat lima waktu sebatas lahiriah saja. Tidak berpengaruh sama sekali kepada akal budinya. Padahal sholat itu diharapkan dapat mencegah keji dan munkar namun mereka tak mampu melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalaupun hakikat sholatnya itu membekas pada budinya itupun hanya sedikit. Buat apa sholat lima kali jika perangainya buruk ? masih suka mencuri dan berbohong. Untuk apa bibir lelah berzikir menyebut asma Allah SWT, jika masih berwatak suka mengingkari asma. Kadang-kadang pula mereka berharap pahala. Shalatnya saja belum tentu dihargai oleh Allah SWT, tetapi buru-buru meminta balasan, …sungguh aneh"
celoteh Syech Siti Jenar kepada santrinya.

Wallahu Alam Bishowab

No comments: