Thursday, February 1, 2018

Amalan Penangkal Lupa

Lupa merupakan salah satu tanda dari penyakit demensia. Namun, sifat pelupa tersebut menjadi sangat umum sehingga sulit dikenali sebagai indikasi demensia.

Demensia memiliki salah satu tanda khas yaitu pelupa karena adanya penurunan ingatan di otak. Saat kita menjadi pelupa, timbul kekhawatiran akan hadirnya gangguan memori pada otak.

Demensia terjadi saat adanya penurunan fungsi otak di area kognitif dan perilaku yang terjadi di usia tua. Biasanya demensia dimulai dengan kerusakan area kognitifnya yakni gangguan saat mengingat. Sehingga kita cenderung lupa mengingat akan hal yang sedetik lalu baru saja kita lakukan.

Untuk menangkalnya kita bisa  ikhtiarkan amalan yang telah diijzahkan Dari Al-A'llamah Sayyidunal Waalid Al-Ustadz Al-Habib Sholeh bin Habib Ahmad Al-Aydrus RA-Malang sebagai berikut:

Merubah Takdir Dengan Sedekah.

Dapatkah kita merubah takdir Kita?

Untuk menjawab pertanyaan ini sesungguhnya Rasulullah ﷺbersabda:
“Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri“. (HR. Thabrani).

Lalu dikisahkan dalam suatu riwayat jika pada suatu hari,  Malaikat Izroil AS mendatangi Nabi Ibrahim AS, lalu bertanya “dan berkata :
“Duhai Ibrahim, siapakah gerangan pemuda yang tadi mendatangimu?

Keutamaan Shalat Dhuha

Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam bukunya Khasais al-Ummah al-Muhamadiyah tentang keutamaannya, penulis membeberkan keutamaan-keutamaan yang disediakan oleh Allah bagi hamba yang menunaikannya lengkap dengan sumber haditsnya.

Pertama Orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. 
“Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi).

Kedua Barangsiapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Allah.
 “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).

Amalan Untuk Segera Menikah.

Rasulullah bersabda:
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR. Ahmad, Bukhari Muslim, At-Tirmidzi , An-Nasa-i , ad-Darimi, Al-Baihaqi).



Rasulullah  bersabda: 
“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !”(HR. Ibnu Majah).

Hukkum menikah itu Wajib, yaitu bagi yang memiliki kemampuan memberikan nafkah dan ada kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zina bila tidak segera melangsungkan perkawinan. Atau juga bagi seseorang yang telah memiliki keinginan yang sangat serta dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam perzinahan apabila tidak segera menikah.

Lalu bagaimana jika kita masih belum juga memiliki calonnya?

Thursday, January 25, 2018

Tawassul Di makam Rasulullah ﷺ

Disadur dari kitab Al-Adzkar.

Al Imam An-Nawawi RA di dalam kitab Al-Adzkar, mengutib kisah tawassul di makam Rasulullah ﷺ, pada bab ziarah kubur Rasulullah ﷺ dan tata-cara dzikir-nya :

Diriwayatakan dari Al-Utbi yang menceritakan ketika Ia sedang duduk di dekat kubur Nabi ﷺ, datanglah seorang Arab Badui, lalu ia mengucapkan:

"Assalamualaika, yaa Rasulullah (semoga ke sejahteraan terlimpahkan kepadamu duhai Rasulullah ﷺ  aku telah mendengar Allah ﷻ berfirman:

وَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَّلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ جَآءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللّٰهَ وَاسْتَغْفَرَ لَـهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللّٰهَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا
"Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang". [QS. An-Nisa': Ayat 64].


"Sesungguhnya Aku datang kepadamu untuk memohonkan ampunan atas dosaku dan juga mengharap syafa'at denganmu (sebab/wasilah) kepada Tuhanku".

Kemudian lelaki tersebut mengumandangkan syair :

يا خير من دفنت بالقاع أعظمه   فطاب من طيبهن القاع والأكم.

نفسي الفداء لقبر أنت ساكنه   فيه العفاف وفيه الجود والكرم.


"Duhai sebaik baik orang yang di kebumikan di lembah ini lagi paling agung, maka menjadi harumlah dari pancaran keharumannya semua lembah dan pengunungan ini. Diriku sebagai tebusan kubur yang engkau menjadi penghuninya; di dalamnya terdapat kehormatan, kedermawanan dan kemuliaan...".

Al-Utbi melanjutkan kisahnya:
Kemudian lelaki Badui itu pergi, dan dengan serta merta mataku (Al-Utbi) terasa mengantuk sekali hingga tertidur. Di dalam tidurku itu aku bermimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ lalu beliau bersabda : 

"Duhai Utbi susullah orang Badui itu dan sampaikanlah berita gembira kepadanya bahwa Allah ﷻ telah mengampuniNya".


وربنا الرحمن المستعان ...
Wallahu a'lam bishowab.

Penawar Ghibah.

Dikutip dari kitab Afdholus Sholawat 'Ala Sayyidis Saadaat, karya Al Imam Yusuf Ibn Isma'il An Nabhani RA.

As Syaikh Muhammad Abul Mawahib Asy-Syadzili RA, murid dari As Syaikh Abu Sa’id Ash-Shafrawi RA, beliau adalah seorang ulama besar yang pernah mengajar di Universitas Al Azhar, Mesir. Beliau sering bermimpi berjumpa dengan Rasulullah . AS Syaikh Abul Mawahib Asy Syadzili RA pernah menyatakan:

Wednesday, January 24, 2018

Larangan Menerima Tamu

Diceritakan bahwa ada seorang yang Arif dan bijaksana telah diundang ke dalam sebuah jamuan, lalu beliaupun tidak menolaknya dan menyanggupi untuk hadir ke dalam jamuan tersebut. Akan tetapi beliau akan hadir ke dalam jamuan tersebut dengan mengajukan tiga syarat.

Karena penasaran Sohibul bait lalu bertanya:
"Apakah syarat-syarat tersebut?".


Beliau berkata:
"Syarat yang pertama adalah jangan sampai adanya pemaksaan".


Sohibul bait lalu bertanya:
"Lalu syarat yang kedua apa?".


Beliau lalu menjawabnya dan berkata:
"Syarat yang kedua janganlah engkau berkhianat".


Sohibul bait lalu bertanya:
"Lantas syarat yang ketiga apa?".


Beliau lalu meresponnya dan berkata:
"Sedangkan untuk syarat yang ketiga adalah janganlah engkau berbuat tidak adil".

Amalan Keselamatan Ketika Keluar Rumah

Ketika kita hendak keluar rumah, hendaknya memakai alas kaki yang awali dengan kaki sebelah kanan, dan ketika menanggalkannya dimulai dengan kaki kiri. Hal ini berdasarkan pada dalil hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah   bersabda:

إِذَا انْتَعَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِاليُمْنَى ٬ وَإِذَا خَلَعَ فَلْيَبْدَأْ بِالشِّمَالِ٠

"Jika seseorang dari kalian memakai sandal, maka hendaknyu dimulai dengan yang kanan, dan jika menanggalkannya hendak­nya dimulai dengan yang kiri".

Rasulullah melarang  kita mengenakan sandal sambil berdiri.  Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah  bersabda:
نَهَى أَنْ يَنْتعِلَ الرَّجُلُ قَا ئِمًا
Artinya: “Dilarang memakai sandal sambil berdiri”.(HR. At-Tirmidzi).

Almanawi berkata: 
“Perintah dalam hadits ini adalah anjuran,karena memakai sandal sambil duduk itu lebih mudah dan memungkinkan.” 

Dari hadits tersebut ath-Thibi dan lainnya mengkhususkan larangan untuk sandal yang susah dikenakan sambil berdiri, seperti jenis tasumuh dan khif, tidak seperti terompah dan sarmuzah (yang mudah dikenakan walaupun sambil berdiri). Salah satu ilat dari larangan mengenakan sandal sambil berdiri adalah adanya kemungkinan tersingkap atau terbentuknya aurat, terutama jika pakaiannya tipis dan transparan. Hal itu juga bisa menyebabkan otot punggung atau tulang belakangnya terkilir. Kadang-kadang mengenakan sandal sambil membungkuk juga bisa menyebabkan orang tersebut terjerembab. 

Ibnu al-Atsir Rahimahullah berkata: 
“Seseorang dilarang mengenakan sandal sambil berdiri, karena mengenakannya sambil duduk lebih mudah dan memungkinkan, karena terkadang mengenakannya sambil berdiri bisa menyebabkan dia terjungkal”.

Rasulullah  bersabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian berjalan dengan memakai sandal sebelah. Pakailah keduanya atau (jika tidak) lepaslah keduanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dari Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah bersabda:

إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟

”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian ia membaca:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Maka dikatakan kepadanya:
"Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi." Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Kemudian salah satu setan berkata kepada temannya, "Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi?."
(HR. Abu Daud ; 5095, Tirmidzi ; 3426).

Dan setelah membaca doa keluar rumah, dianjurkan untuk membaca basmallah sebanyak 21x. Keutamaannya adalah InsyaAllah kita akan diberikan keselamatan selama kita diperjalanan, berpergian ataupun sedang keluar rumah hingga kita kembali kerumah.

Wallahu a'lam bishowab.

Tuesday, January 23, 2018

Happy Wife, Happy Life

Ada pepatah yang mengatakan jika ada seorang pria sukses dalam kehidupannya maka pasti ada wanita yang ada di belakangnya. Wanita tersebut bisa saja dari ibu kita  yang telah melahirkan kita  atau bisa juga istri kita dengan ridhonya mereka yang mau mensuport dan mendoakan kita.

Begitu juga sebaliknya dibalik pria yang gagal dalam kehidupannya bukan tidak mungkin hal itu disebabkan oleh wanita yang ada di belakangnya juga. Entah itu kita telah durhaka terhadap ibu kita ataupun istri kita yang tidak bahagia. Mungkin kisah berikut bisa dijadikan pembelajaran buat kita semua.

Suatu waktu ada seorang sahabat yang bertanya kepada saya:
 “Bro, kenapa ya hutang saya ga bisa lunas lunas?”

Menghadapi pertanyaan seperti ini, biasanya saya menjawabnya dengan mengajaknya menggunakan ilmu “law of projection”, “disiplin kata” atau “garpu tala”. Tapi kali ini saya ingin gunakan jurus berbeda.

Sayapun langsung tanya balik ke sahabat saya tersebut dengan berkata:

“Istri kamu bahagia atau tidak?”.


Karena ditanya balik dengan pertanyaan berbeda, sahabat saya lalu merespon dengan membenarkan pertanyaannya. :

“Begini ya bro, saya cuma tanya tentang hutang. Kenapa ya hutang saya ga lunas lunas?”


Sekali lagi saya tanya balik ke sahabat saya:

“Iya... Tapi sebelumnya saya mau tanya kamu dulu... istri kamu bahagia gak?”.


Cukup lama sahabat saya terdiam. Lalu dia jawab:
 “Sepertinya istri saya kurang bahagia deh bro”.

Lalu saya mengatakan:

“ Ya sudah... itulah jawabannya... Kamu tidak akan bisa melunasi “hutang” kamu, kalau istri kamu sendiri aja tidak bahagia”.


Dia lalu bertanya:

“Lho emang ada hubungannya bro?”.


Saya lalu menjawabnya dan berkata:

“Ya pasti”.

Kemudian saya jelaskan ilmu terumbu karang kepada sahabat saya.

"Ini adalah pertanyaan sederhana, namun banyak manusia tidak tahu jawabannya.

“Di mana tuhan titip rezeki untuk manusia?”. 

Sementara semua hewan tahu di mana letak rezekinya. Jerapah jika ditanya pasti menjawab di pucuk pohon. Monyet akan menjawab di pohon pisang. Ikan akan menjawab, rezekinya dititip di terumbu karang.



Uniknya, jawaban manusia  kok bisa berbeda-beda. Tidak seragam seperti jawaban hewan. Ada yang menjawab di kantor, di proyek, di bendahara, di mana-mana dan jawaban lain yang menunjukkan sebenarnya kita tidak tahu di mana letak rezeki kita.


Dengan kajian panjang, saya menyimpulkan bahwa rezeki tuhan dititip di “Kemuliaan dan Kebahagiaan Orang Lain”. 

Rezeki yang kita dapatkan sebenarnya bukan karena keahlian kita, bukan juga karena jam kerja yang kita curahkan. Tapi lebih karena kita pernah memuliakan dan membahagiakan orang lain. Lalu tuhan berikan reward berupa rezeki yang tercurah akibat proses itu.

Jika jerapah menjaga pucuk pohonnya, monyet menjaga pohon pisangnya, maka ikan pun menjaga terumbu karangnya agar dapatkan rezeki. 

Uniknya, manusia dengan mudah menyakiti perasaan manusia lain. Kenapa? Karena tidak tahu konsep “menjaga terumbu karang” ini. Begitulah yang terjadi pada sahabat saya. Dia hanya fokus mencari nafkah di tempat kerja, tapi istri sendiri tidak dia bahagiakan".



Sahabat saya pun menghela nafas lalu berkata; 

“Terus, apa yang harus saya perbuat bro?”


Saya lalu langsung meresponya dan berkata:

“Ya sederhana sebenarnya, buat saja istri mulia dan bahagia, karena di sana letak rezeki kamu.


Kita terlalu sibuk bekerja dan menjadi robot, lalu menganggap dengan aktivitas kita itulah kita mendapatkan rezeki dan mampu membayar hutang-hutang kita. Padahal kita sebenarnya juga bahagiakan orang-orang yang menjadi sebab rezeki kita. 



Pimpinan, anak buah, klien, konsumen, kita jagaaa benar hatinya agar tidak tersinggung. Kenapa? Karena kalau tersinggung sedikit saja, mereka akan menghukum kita dengan berkurangnya bagian rezeki kita. 

Pimpinan mungkin akan memecat kita, anak buah tidak akan semangat bekerja, klien dan konsumen akan lari, jika kita buat tersinggung.

Saat tiba di rumah... dengan mudahnya kita menyakiti hati istri kita. Kadang sebagai suami, kita menganggap istri harus membuat suami bahagia. Kita-lah raja dalam rumah tangga dan dengan semena-mena kita menuntut banyak hal pada istri kita. Kita pakai dalil2 agama untuk mengeksploitasi istri kita. Semuanya tentang kita dan ego kita sebagai suami.

Ujung dari itu semua, istri tidak bahagia. Seperti ikan, saat terumbu karangnya sudah musnah, manalah mungkin dia bisa dapatkan makanan. Saat istri -sebagai orang paling dekat dengan kita- tidak bahagia, manalah mungkin kita akan dapatkan rezeki”


Sahabat sayapun hanya dapat menunduk saja lalu menatap saya dalam-dalam.

Lalu saya berkata:

“Sebenarnya... ini adalah kontemplasi saya juga bro..” 


Lalu dia berkata:

“Oh, jadi kamu pernah mengalami juga?”.


Lalu saya sambung pembicaraan saya dan berkata

“Ya... begitulah... dulu saya juga orang yang tidak peduli dengan kebahagiaan istri. Terlalu banyak aib jika saya ceritakan... Tapi, sejak saya dapatkan kesimpulan “menjaga terumbu karang” ini, saya balik semua logika saya dalam mencari rezeki.



Saya sudah tidak peduli lagi dengan usaha saya. Saya tidak peduli dengan seberapa banyak nafkah yang saya bisa berikan untuk istri saya. Karena sebenarnya itu hanya dampak dari sikap saya terhadap orang-orang yang paling berharga dalam kehidupan saya. Salah satunya, istri kita".

Lalu saya bercerita:

Suatu saat, ada seorang motivator bisnis dari Amerika. Sesi yang paling saya tunggu adalah pertanyaan tentang rahasia sukses.

“Apa rahasia sukses bapak?” Tanya seorang penanya.


Saya sudah menunggu dan menduga jawabannya adalah tentang poin2 manajemen, leadership, kedisipilan atau kerjasama tim. 

Jawabannya sungguh tak terduga. Sambil memegang mesra tangan istrinya, sang motivator menjawab “Happy Wife, Happy Life” 

Sungguh bukan ini rahasia yang saya nantikan. Tapi dengan fasih, motivator itu menjawab dgn susunan logika yang menggugah perasaan saya, bahwa Kebahagiaan Istri lah yang akan membuat hidup seorang suami bahagia.

Ah... malu saya dengan diri saya sendiri. Banyak orang memanggil saya orang yang cerdas, tapi kenapa nilai-nilai ini malah dijiwai oleh motivator bisnis dari negara yang dalam citra saya sudah tidak lagi mensakralkan nilai keluarga.

Setelah itu, berhari-hari saya termenung, kalimat “happy wife, happy life” terngiang2 dalam fikiran dan jiwa saya. Akhirnya dengan mantap, saya membuka hati, mau belajar dan menerapkan semboyan sang motivator untuk meniti kesuksesan saya".


Sahabat saya masih di depan saya. Masih mencoba mencerna kalimat-kalimat yang keluar dari lisan saya. Dia memang sedang konsultasi, tapi hakikatnya ini adalah pembicaraan dua lelaki yang saling berkaca. 

Memang tidak mudah menurunkan ego kami sebagai suami. Tapi jika itu yang harus dibayar untuk kesuksesan, kenapa tidak? Sudah terlalu jauh kami berjalan memuaskan ego kami sendiri, dan akibatnya kami tak lagi menemukan bahagia.

Sahabat sayapun mengeluh dan berkata:

“Tapi istri saya keras bro, kadang marah-marah ga jelas, apa yang saya lakukan seperti ga bener semua di mata dia. Kalau sudah begitu, saya ya... ikutsn marah-marah”.

Sayapun langsung meresponya:

“Ya biar saja lah bro, kadang istri kita memang mesti melampiaskan amarahnya. Satu hal yang akhirnya saya fahami... sejak kita menikahi istri kita, dia punya quota marah yang ga habis-habis... kita harus siap memiliki hati yang luas menghadapinya".


Lalu saya berkata:

"Untuk hal ini, saya belajar dari kisah hidup Rasulullah ".

Lalu sayapun langsung bercerita:

"Suatu saat, Rasulullah  sedang menerima tamu. Sejurus kemudian, ada ketukan pintu dan memberikan semangkuk sup. 

Rasulullah lalu bertanya:
“Dari mana sup ini?” 

Lalu pertanyaaan Rasulullah ﷺ  langsung dijawab oleh istri yang lainnya.


Jawaban itu didengar oleh Aisyah  di dapur yang juga sedang menyiapkan makanan untuk Rasulullah  yang mulia. Tak diduga, Aisyah keluar dan menghalau mangkuk sup itu dan terjatuh mengenai Rasulullah  dan tamunya.



Jika kita menjadi Rasulullah  mungkin penyikapan kita akan marah, atau minimal memberikan pengertian kepada Aisyah ra tentang kesalahan perbuatannya.

Tapi, Dialah Rasulullah  yang mulia. Rasulullah ﷺ hanya mengambil kain membasuh sup yang tumpah di pakaiannya dan tamunya dan hanya mengatakan kepada tamunya.
Rasulullah lalu berkata:
“Maafkan ibumu (ummul mu’minin)... dia sedang cemburu”



Penyikapan yang tepat yang lahir dari keinginan menjaga kebahagiaan istri. Ah... semoga kami mampu mencontoh Rasulullah ﷺ yang mulia".



"Kehidupan suami istri laksana lautan dalam yang tak pernah habis digali. Satu hal yang pasti, kita harus pertanggung jawabkan ijab-qobul yang sudah terlanjur terucap dan disaksikan oleh Allah.



Lalu kita terikat amat kuat dengan hukum Allah. “Itsnaani yu’ajjiluhumullahu fid dunya, al-baghyu wa huquuqul waalidayn” ada dua dosa yang dipercepat siksanya oleh Allah di dunia : berbuat sewenang2 (Al-baghyu) dan durhaka kepada kedua org tua.

Al-baghyu yang paling besar adalah kepada istri sendiri. Allah mensejajarkan, menyakiti istri sama dengan durhaka kepada orangtua". 


Setelahnya kamipun berdua cuma bisa menghela nafas. Memang tidak mudah untuk menjadi seorang suami, karena kitapun masih harus terus belajar. Semoga dengan slogan baru : “Happy Wife, Happy Life”, kita bisa dapatkan kebahagiaan dan kesuksesan Kita kembali.


Wallahu a'lam bishowab.

Kisah Sibuta Dan Silumpuh.

Photo ini diambil di Damaskus pada tahun 1889. Dan disini akan dikisahkan tentang photo tersebut mengenai dua orang sahabat karib yang tinggal di Damaskus. Yang pertama Samur namanya, beragama Nasrani memiliki tubuh yang pendek dan lumpuh. Dan sahabat karibnya Soleh namanya, beragama Islam memiliki tubuh yang jangkung dan  buta.

Kedua orang sahabat karib tersebut sejak kecil sudah yatim piatu dan tinggal bersama dalam satu rumah. Samur bergantung pada kaki soleh untuk berjalan, dan Soleh bergantung pada mata Samur untuk melihat.

Kedua orang sahabat karib tersebut berkerja pada sebuah warung kopi. Keduanya dikaruniai umur yang panjang karena keduanya adalah orang yang taat dan rajin beribadah, sampai pada suatu waktu Samur tidur disebelah soleh yang sedang mengerjakan sholat malam dan diikuti sambil membaca sholawat Nabi Muhammad  ﷺ.

Ketika Soleh sedang mengerjakan sholat malam, dalam tidurnya Samur bermimpi didatangi sebuah cahaya putih yang berjalan bersama Soleh sahabat karibnya dan cahaya itu lalu berkata kepada samur:
"Duhai Samur jika engkau ingin berkumpul bersama sahabat karibmu (Soleh) didunia dan akhirat maka ikutilah ajaran soleh".

Samur lalu bertanya dan berkata:
"Siapakah engkau sesungguhnya? ".

Berkatalah cahaya itu untuk  menjawab pertanyaan Samur:
"Sahabat karibmu lebih mengetahui mengenai aku, tanyaIah kepadanya siapakah diriku..!!".

Lalu cahaya itu melanjutkan perkataanya dengan berkata:
"Titip salam untuk sahabatmu dariku Muhammad  ﷺ".

Akhirnya Samurpun terbangun melihat Sahabat karibnya soleh masih berdoa sambil mengucur air mata, setelahnya Samur berkata:
"Duhai sahabatku, sudah selesaikah engkau berdoa..!! ".

Soleh lalu menjawabnya:
" Ya".

Soleh lalu berkata:
"Samur ternyata engkau sudah bangun".

Samur kemudian bermaksud mengutarakan keinginnya dan berkata:
"Aku ingin bercerita... ".

Setelah menceritakan peristiwa dalam mimpinya, kedua orang sahabat karib itupun menangis dan pada akhirnya Samur memutuskan untuk masuk islam. Dan inilah yang merupakan salah satu berkah memiliki sahabat yang Soleh. 

Samur meninggal Iebih dahulu. Seminggu kemudian, Soleh menyusul sahabat karibnya, mereka berdua meninggal karena cinta yang sangat mendalam mengumpulkan mereka satu atap di syurga bersama kekasih Allah SWT Tuhan semesta Alam Rasulullah, .

Wallahualam bishowab.