Monday, April 8, 2019

Benarkan Sayyidah Khadijah Berstatus Janda?

Sy. Khadijah binti Khuwailid adalah dari keturunan Qusay bin Kilab (kakek ke-4 Rasulullah ﷺ). Ibunya bernama Fathimah binti Zaidah bin Asham. Berdapatkan pendapat masyhur, sebelum menikah dengan Rasulullah ﷺ,  beliau telah menikah 2 kali, pertama dengan Atiq bin A’id Mahzuni dan sepeninggal suami pertamanya kemudian beliau menikah dengan Abu Halah Tamimi. Seorang pakar sejarah Islam yang bernama Jakfar Murtadha dalam karyanya yang berjudul ‘ash-shahih min sirati an-nabiyi’ menulis: “Sebagian hadist menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak menikah dengan seorang gadispun kecuali Aisyah. Dalam beberapa riwayat lain menjelaskan bahwa Sy. Khadijah sebelum menikah dengan Rasulullah ﷺ telah menikah sebanyak 2 kali. Namun kami meragukan keshahihan riwayat-riwayat tersebut. Karena pertama, Ibnu Syahr Asyub berkata: 
“Ahmad Biladzari, Abu al-Qasim Kufi, Sayyid Murtadha dalam Syafi dan Abu Jakfar dalam Talkhis meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ telah menikah dengan Sy. Khadijah sementara beliau dalam keadaan gadis”. 


Kedua, tidak jauh kemungkinan pada jangka lama ini beliau tidak menikah dengan siapapun, karena ayahnya telah meninggal di perang Fijar. Dan wali beliau tidak memiliki kekuasaan dalam memaksa beliau untuk menikah. Beliau telah menolak lamaran beberapa pembesar, sampai akhirnya beliau menemukan suami yang diidamkannya yang memiliki sifat-sifat mulia dan kepribadian yangagung. Begitupula, berkaitan dengan usia pernikahan Sy. Khadijah terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama. Meskipun berdasarkan pendapat termasyhur yang beliau menikah dengan Rasulullah ﷺ pada usia pada 40 tahun namun sebagian mengatakan beliau menikah pada usia 25, 28, 30, 35 bahkan ada yang mengatakan pada usia 45 tahun”. [1]


.Sy. Khadijah sangat kaya raya, setiap tahun beliau mengirim orang-orang ke berbagai tempat untuk berbisnis. Selain kaya raya beliaupun berparas cantik dan menarik, bahkansifat-sifat dan kepribadian agung yang dimilikinya telah dikenal oleh semua orang, sehingga di Mekkah beliau telah digelari dengan thahirah (yang suci).Sewaktu Abu Thalib (ayahnya Imam Ali) melamar Sy.Khadijah dalam menggambarkan kepribadian beliau berkata: “Wahai para hadirinketahuilah bahwa keponakanku, Muhamad bin Abdullah telah melamar kemuliaan kalian (kaum Quraisy), perempuan yang sangat terkenal dengan kedermawanan dan keterjgaan(iffah). Perempuan yang kemuliaannya telah dikenal oleh semua orang, ia agung dan mulia”.[2].


Jakfar Murthada seorang pakar sejarah Islam menulis: “Khadijah merupakan perempuan Quraisy terbaik, termulia, terkaya dan tercantik. Ia diberi gelar thahirah dan sayyidah (penghulu) Quraisy, semua para pembesar kabilah berkeinginan untuk menikah dengannya”. Para pembesar Quraisy untuk melamarnya telah bersedia menyediakan harta yang banyak sebagai maharnya, mereka adalah; Uqbah bin Abi Mui’th, Shalti bin Abi Yahab, Abu Jahal dan Abu Sufyan. Namun Sy. Khadijah –yang terpenting baginya kemulian bathin dan akhlak prilakunya- telah menolak semua lamaran mereka. Beliau menerima lamaran Rasulullah ﷺ karena keluhuran budi pekerti dan kemuliaan jiwa yang dimiliki oleh Nabi Muhamad saww. [3]


Abul Hasan Bakri menulis: “Pada suatu hari Khadijah duduk di antara kumpulan para pelayannya, sementara seorang ulama Yahudi hadir di tempat tersebut. Tiba-tiba Rasulullah ﷺ melewati tempat tersebut. Sewaktu ulama yahudi melihatnya dan mengenalnya, ia memohon kepada Sy. Khadijah untuk mengundang beliau ke acara pertemuan tersebut. Sy. Khadijah mengirim budaknya untuk mengundang Rasulullah ﷺ hadir di acara itu. Ketika ulama Yahudi melihat tanda kenabian di pundak beliau, lantas ia berkata: “Sumpah demi Tuhan inilah penutup kenabian”. Sy. Khadijah berkata: “Jika pamannya mengetahui bahwa engkau telah melihat bagian dari tubuhnya maka ia akan menghukum Anda, karena beliau sangat merasa takut kepada ulama Yahudi. Ulama Yahudi berkata: “Siapa yang akan berani berbuat jahat kepadanya, sumpah demi kebenaran kalam Tuhan ia adalah Nabi akhir zaman. Berbahagialah orang yang akan menjadi istrinya, karena beliau orang yang sudah mencapai kemuliaan dunia dan akhirat. Sejak dari sini rasa cinta terhadap Rasulullah ﷺ telah tumbuh di hati Sy. Khadijah”. [4]

Dengan berlalunya waktu rasa cinta terhadap Rasulullah ﷺ semakin bertambah. Ini dikarenakan setiap hari beliau menyaksikan kemuliaan pribadi dan keluhuran budi pekertinya. Sampai akhirnya pada suatu hari beliau mendengar bahwa Abu Thalib akan mengirimnya untuk pergi berniaga. Sy. Khadijah segera mengusulkan kepadanya agar Rasulullah ﷺ pergi ke Syam untuk berniaga dengan membawa barang dagangannya, dengan membagi keuntungan sebagaimana yang telah diberikan kepada yang lainnya. Sy. Khadijah mengirim budaknya yang bernama Maisaroh untuk menemani Rasulullah ﷺ selama dalam perjalanannya.Sekembalinya dari perniagaan Maisaroh menceritakan segala keajaiban yang telah disaksikannya selama menemani Rasulullah ﷺ, yang menunjukkan kedudukan agung yang dimiliki oleh Rasulullah ﷺ. Dan iapun menyampaikan pesan seorang pendeta tentang Rasulullah ﷺ kepada tuannya Sy. Khadijah. [5]


Setelah mendengar tentang keajaiban-keajaiban yang terjadi pada Rasulullah ﷺ dari budaknya sebagai rasa syukur ia membebaskan budaknya yang bernama Maisaroh beserta keluarganya dengan membekali modal untuk memulai kehidupan barunya. [6].


Keesokan harinya ketika Rasulullah ﷺ kembali mendatangi untuk menghitung dan menyerahkan keuntungan hasil perniagaannya,ia memancing Rasulullah ﷺ sehingga diketahui beliau berencana untuk membangun rumah tangga. Sy. Khadijah bertanya: 
“Apakah Anda senang, jika saya nikahkan dengan seorang perempuan pilihanku?". 

Rasulullah ﷺ menjawab:
“Ya”.

Sy. Khadijah kembali melanjutkan:
“Saya telah menemukan seseorang yang sesuai untuk Anda, ia berasal dari bangsa Quraisy. Ia perempuan terkaya, tercantik, termulia, paling dermawan dan baik. Ia akan membantu segala urusanmu, ia rela dengan yang engkau miliki dan ia menyesuaikan hidupnya dengan hidupmu. Padahal apabila orang lain yang melamarnya dengan memberikan harta yang banyak ia tidak akan menerimanya”. 

Diakhir pembicaraannya Sy. Khadijah berkata:
Perempuan itu, yang akan menjadi pelayan dan milikmu adalah Khadijah”.

Karena Rasulullah ﷺ mengetahui dan mengenal kemuliaan dan keluhuran budi pekerti Sy. Khadijah, beliaupun menerima usulannya dan akhirnya beliau melamarnya melalui pamannya Abu Thalib. [7].

Setelah beliau menikah dengan Rasulullah ﷺ para perempuan pembesar Quraisy mengucilkannya karena beliau telah menikah dengan orang miskin dan bukan bangsawan. Dari pernikahannya yang suci ini terlahirlah Qosim, Abdullah dan empat anak perempuan diantaranya ialah Sy. Fathimah Zahro. [8].

Rujukan:
1. Ash-Shahih min Sirat an-Nabi al-A’dzam, jil 1, hal 121-126.
2. Bihar al-Anwar, jil 16, hal 69.
3. Ash-Shahih min Sirat an-Nabi al-A’dzam, jil 1, hal 122.
4. Bihar al-Anwar, jil 16, hal 20.
5. Ibid hal 22 dan 44.
6. Ibid, hal 52.
7. Ibid, hal 548.
8. Dalam kitab ‘Ash-Shahih min Sirat an-Nabi al-A’dzam’ jil 1, hal 121 dijelaskan bahwa sebagian pakar sejarah mengatakan bahwa hanya Fathimah Zahro putri beliau ,sementara anak perempuan lainnya merupakan keponakannya yang dibesarkan oleh Sy. Khadijah.[Euis D, Sumber: Buzurg Zanon Shadre Islom (Para perempuan besar awal kemunculan Islam), Pazuhesykadeh Tahqiqote Islomi (penelitian dalam bidang keislaman), hal 38-43].


Wallahu Alam Bishowab

No comments: