Saturday, September 8, 2018

Jangan Rendahkan Pendosa

‏لا تحقر أخاك المسلم، حتى لو لم يفهم مسألة بسيطة فلا تحتقره، فلعل الله يفتح عليه ويتعلم من العلم ما يكون به أعلم منك

"Jangan engkau rendahkan saudaramu yang muslim, walaupun dia tidak memahami sebuah masalah yang sederhana jangan engkau rendahkan dia. Bisa jadi Allah membukakan (pintu hidayah) untuknya, dan dia menuntut ilmu yang dengannya menjadi lebih berilmu dibandingkan dirimu".

لا تحتقر عاصياً ضعف أمام شهوته، فقد
 تنام مغتراً بطاعتك، بينما ينام ودمعه على خده ندماً على ما فرط في جنب الله، فيقبله الله وتحرم بغرورك

“Janganlah engkau rendahkan pelaku maksiat yang lemah menghadapi syahwatnya. Bisa jadi engkau tidur dalam keadaan tertipu dengan ketaatanmu, sementara dia tidur dalam keadaan air matanya membasahi pipinya karena menyesali perbuatannya meremehkan kewajibannya kepada Allah. Lalu Allah pun menerima taubatnya, sedangkan engkau justru tidak diterima amalmu karena engkau tertipu dengannya.” 

Para pendosa yang sering kali tergelincir ke dalam kubangan dosa besar yang sangat dalam dan juga seringkali melenting ke atas melampaui posisi sebelumnya. Dengan kata lain, dosa dan maksiat seringkali menjadi momentum untuk lebih dekat dengan Allah SWT,

Lalu timbul pertanyaaan:
"Bagaimana menjadikan dosa sebagai sebagai anak tangga menuju Allah SWT?"

Karena jika seorang pendosa yang menyesal lalu bertaubat dan merasa hina dihadapan Allah SWT bitu "lebih baik", dari pada amal shaleh seseorang yang mengantarkannya kepada ujub, sombong dan berbangga hati.


Imam Hasan al-Bashri RA pernah  berkata :
كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به
"Para sahabat berkata, barang siapa yang mencela saudaranya karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allah, maka si pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut".

Dosa dan maksiat memang mejatuhkan dan menjerumuskan seseorang ke lembah kehinaan tetapi kalau itu disadari dalam bentuk kesadaran puncak (taubat nashuha) maka tidak mustahil itu melentingkan kembali yang bersangkutan ke atas, bahkan mungkin lebih tinggi dari pada posisinya semula.

Dosa dan maksiat sangat berpotensi dan dapat dijadikan titik masuk seseorang untuk lebih dekat kepada Tuhannya. Tidak jarang para pendosa yang taubat justru lebih baik dari pada orang-orang biasa bahkan orang yang sering melakukakan kebajikan sekalipun. Ini mungkin disebabkan karena seorang  pendosa itu sudah lebih mampu membandingkan betapa jauh jaraknya antara suasana batin yang taat dan yang durhaka kepada-Nya.

Namun ini tidak berarti sebuah ajakan kepada kita untuk mencicipi dosa guna meningkatkan kesadaran dan keimanan, sebab betapa banyak bahkan jauh lebih banyak para pendosa jatuh dan tidak melenting ke atas, melainkan bagaikan bola yang jatuh di dalam lumpur, tidak lagi melenting ke atas, malah justru terbenam di dalam lumpur kehinaan.

Adakalanya seorang hamba berbuat dosa, namun masuk Surga, dan adakalanya seseorang mengerjakan ketaatan, namun masuk Neraka.

Karena bagi para pendosa itu perbuatan dosanya itu seolah-olah  selalu tampak di hadapan mata mereka. Entah itu ketika sedang berdiri, duduk, maupun berjalan ia selalu ingat akan dosa itu, sehingga membuat hatinya luluh, bertaubat, menyesal dan memohon ampunan kepada Allah. Hal itulah yang menjadi penyebab keselamatannya".

Adapun yang sering berbuat kebaikan, seakan-akan kebaikan itu selalu tampak di hadapan matanya. Ketika sedang duduk, berdiri atau pun berjalan ia selalu ingat akan kebaikan itu sehingga membuatnya takabur, ujub dan merasa telah mendapatkan karunia. Hal itu yang menjadi sebab kebinasaannya.

Wallahu Alam Bishowab.

No comments: