Monday, October 16, 2017

Daun Bidara Untuk Mengobati Sihir

Mungkin kita acapkali mendengar tentang daun bidara. Akan tetapi walaupun kita acapkali mendengar tentang daun bidara, kita tidak pernah mengetahui bagaimana bentuk dari daun bidara tersebut. Atau dapat dikatakan sangat sedikit sekali informasi mengenai daun bidara ini.

Allah سبحانه و تعالى berfirman:

“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas,dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak,” (Q.S.-Waqi’ah (56) : 27-32)

“ Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya (Q.S. An-Najm, (53): 16)”.

”Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon sidr.”(Q.S. As-Saba ,16).


Daun Bidara memiilki sebutan yang berbeda di masing-masing daerah. Jika di daerah Sunda daun bidara orang menyebutnya dengan widara atau dara, maka di daerah jawa daun bidara orang menyebutnya dengan widoro atau doro, lalu di daerah Madura daun bidara orang menyebutnya dengan bukol. Sedangkan di Malaysia daun bidara orang menyebutnya dengan bidara, jujub atau epal siam. kemudian di Burma orang menyebutnya dengan zee-pen, dan di Kambojaorang menyebutnya dengan putrea, serta di Laos orang menyebutnya dengan than.

Daun Bidara atau Ziziphus mauritiana untuk bahasa latinnya merupakan sebuah pohon dengan tinggi antara 5 - 15 meter. Pohon ini tumbuh tegak dan agak melebar dengan cabang-cabang yg menjuntai dan memiliki letak ranting yg tak beraturan.Warna pohon biadara akan selalu hijau (meskipun terkadang agak meranggas) dan terdapat duri duri pada daun-daunnya. 

Dan mengenai bentuk daun bidara dijelaskan dalam sebuah riwayat Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah, dari Rasulullah ﷺ menyebutkan hadits Mi’raj, dan di dalamnya: 
“Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha”. 

Lalu Rasulullah bersabda::
“Bahwasanya daunnya seperti telinga gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu”.

Hadits telah dikeluarkan dalam ash-Shahihain dari hadits Ibnu Abi Arubah. Hadits riwayat al-Baihaqi (1304). Asal hadits ini ada pada riwayat al-Bukhari (3207) dan Muslim (164).

Disamping daun bidara memiliki keutamaan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit,daun bidara juga terbukti sangat efektif untuk membantu dalam proses mengobati sihir atau gangguan Jin.

Bagaimana cara menggunakan Daun Bidara Untuk Mengobati Sihir? 
Begini caranya: 
  • Sebelum Mengobati Sihir dianjurkan untuk puasa Sunnah terlebih dahulu, boleh 1 hari (lebih utama puasa hari lahir) ataupun 3 hari berturut-turut.
  • Ambil daun bidara dengan jumlah bilangan ganjil digunakan untuk mandi, boleh 7 lembar daun, 9 lembar daun, ataupun bilangan ganjil lainnya. Yang penting adalah ganjil jumlahnya yang sangat dianjurkan 7 lembar daun bidara. 
  • Siapkan juga 1 ember air tanah bukan bukan air PAM.
  • Kemudian daun bidara dicampurkan kedalam air satu ember dan dibacakan, surat Al-Fatihah, al-Ikhlas 3x, al-Falaq dan an-Naas, Al-Fatihah, Awal surat Al-Baqarah, ayat kursi, dan akhir surat Al-Baqarah. (Membacanya harus diluar kamar mandi dan Dilarang keras untuk membacanya didalam kamar mandi).
  • Gunakan air tersebut untuk mandi besar.
  • Waktu mandi adalah sebelum shalat hajat jam 24:00. 
  • Tepat jam 24:00 shalat hajat 4 rakaat dengan 2x salam dengan niat untuk mengobati sihir atau gangguan Jin.
  • Berdzikir dan berdoa minta bantuan & pertolongan kepada Allah سبحانه و تعالى.
Jika kita yang terkena sihir dan gangguan jin yang fasik pastinya kita akan meraung-raung kesakitan, jangan sampai kita terperdaya, tetap kita lanjutkan untuk menyiramnya dengan air campuran daun bidara karena itu adalah raungan dari jin yang fasik yang kesakitan akibat kepanasan.

Dan jika perlu, hal itu boleh diulang tiga kali atau lebih, sehingga sihir dan gangguan jin yang fasik itu benar-benar sirna. Terapi ini juga sangat baik bagi kita yang tidak bisa berhubungan badan karena terkena sihir.

Wallahu A'lam Bishowab.
Sumber gambar: http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id

No comments: