Wednesday, August 3, 2016

Akhlaqul Karimah.

Pengertian Akhlaqul Karimah.
Kata Akhlaq berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku (tabiat) adat kebiasaan. Sedangkan kata Karimah berasal dari bahasa arab juga yang berarti mulia, terpuji, baik. Jadi, akhlaqul karimah dapat diartikan sebagai prilaku yang terpuji ataupun dalam pengertian secara umum ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. 

Akhlaqul Karimah dapat dikatakan sebagai:

  • Prilaku yang telah mencapai kesempurnaan.
  • Prilaku yang menimbulkan rasa keharuan.
  • Prilaku yang mempunyai nilai kebenaran,sesuai dengan norma-norma yang ada.
  • Prilaku yang dapat dikatakan baik, karena ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia, sebab ia dihargai secara positif.
Sedangkan kebalikan dari Akhlaqul Karimah adalah Akhlaqul Mazmumah atau prilaku buruk yang artinya perangai atau tingkah laku yang tercermin pada diri manusia yang cenderung tidak menyenangkan orang lain dan tidak pernah dicontohkan Rasulullah  ﷺ.

Akhlaqul Mazmumah  dapat dikatakan sebagai:
  • Prilaku yang bersifat Rusak atau tidak baik, jahat, tidak menyenangkan, dzalim, sanagat buruk.
  • Prilaku yang  tidak sopan, kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan.
  • Prilaku yang tercela, perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang ada.

Contoh dan Dalil Tentang Akhlaqul Karimah dan Akhlaqul Mazmumah.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Ash  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه telah berkata: Akhlaq Rasulullah   bukanlah orang yang keji dan bukan orang yang jahat, bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
"Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya." (HR. Bukhari - Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam: (1) Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkan salam, dan (2) jika dia mengundangmu maka datangilah, (3) jika dia minta nasihat kepadamu berilah nasihat, (4) jika dia bersin dan mengucapkan hamdalah maka balaslah (dengan doa: Yarhamukallah), (5) jika dia sakit maka kunjungilah, dan (6) jika dia meninggal maka antarkanlah (jenazahnya ke kuburan).” (HR. Muslim).


Diriwayatkan dari Abu Syuraih al-Adawi رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه telah berkata: telah mendengar kedua telingaku, juga telah melihat kedua mataku bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda: ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah menghormati tetangganya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka harus menghormati tamu jaizahnya. Sahabat bertanya: apa jaizahnya itu ya Rasul? Rasulullah  ﷺ menjawab: “Jaizahnya itu ialah hidangan jamuan pada hari pertama (sehari semalam). Dan hidangan untuk tamu itu tiga hari, yang selebihnya itu dianggap sebagai shadaqah. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir , maka harus berkata baik atau diam (HR. Bukhari dan Muslim).



Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata : Bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda
"Tidak boleh ada kedengkian (keinginan) selain dua macam, yaitu orang yang dikaruniai harta oleh Allah lalu dipergunakan dalam kebenaran, dan orang yang dikaruniai hikmah (ilmu) lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya". (HR. Muttafaq ‘alaih).


Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata : Aku telah mendengar bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan langsung dari orang-orang, tetapi Allah akan mencabut ilmu itu dengan meninggalnya para ulama, hingga apabila telah habis orang-orang yang alim, orang-orang akan mengangkat orang-oran gyang bodoh menjadi pemimpin mereka. Kemudian apabila mereka ditanya akan memberikan fatwanya tidak berdasarkan ilmu, mereka itu sesat dan menyesatkan orang banyak”. (HR. Bukhari-Muslim).


Sebagaimana Firman Allah سبحانه و تعالى:

…. perbaikilah hubungan diantara sesamamu, dan thaatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anfal [8]: 1]



Sebagaimana Firman Allah سبحانه و تعالى lainnya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang dipero­lok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (memperolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang memperolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) fasik (kepada orang-orang yang) sudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. (QS> Al-Hujurat [49]: 11).

Diriwayatkan dari Abu Musa  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata : bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda
“Orang mukmin dengan mukmin lainnya adalah seperti satu bangunan yang sebagiannya dengan bagian yang lain saling menguatkan” (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang, cinta-mencintai, serta memadu kasih ibarat satu tubuh, apabila ada anggota badan yang sakit maka seluruh tubuh akan turut merasa sakit, dengan tidak bisa tidur dan deman”.(HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

“Orang-orang muslim itu ibarat sosok tubuh seorang lelaki yang apabila matanya sakit, maka seluruh badannya turut merasakan sakit. Dan bila kepalanya sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasa sakit pula”.(HR. Muslim).



Diriwayatkan dari Annas  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, dari Nabi SAW,  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

 “Tidak beriman seseorang diantara kalian, sehingga dia cinta untuk saudaranya sebagaimana dia cinta untuk dirinya sendiri (HR. Bukhairi- Muslim).

Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
“Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih tiga hari. (Apabila) keduanya bertemu, yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Dan sebaik-baik dari keduanya itu ialah orang yang memulai mengucapkan salam”. (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
 “Jauhkanlah diri kalian dari berprasangka (buruk), karena prasangka (buruk) itu adalah sedusta-dusta perka­taan (hati), janganlah kalian mendengar-dengarkan dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kalian bersa­ing yang tidak sehat, janganlah kalian saling dengki mendengki, janganlah saling benci-membenci dan janganlah saling membela­kangi. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Salim  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه dari ayahnya, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
“Orang Islam itu saudaranya orang Islam yang lain, maka tidak boleh ia menganiayanya dan tidak boleh membiar­kannya (dengan tidak mau menolongnya). Barangsiapa yang menolong kebutuhan saudaranya, maka Allah akan menolong kebutuhannya. Dan barangsiapa yang meringankan satu kesusahan orang muslim, Allah akan meringankan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahannya pada hari qiyamat. Dan barangsiapa yang menutup aib (cela) orang Islam, maka Allah akan menutup aib (cela)nya besok pada hari qiyamat. (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia telah berkata : Sesungguhnya pernah ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah  ﷺ
Ya Rasulullah, sesung­guhnya saya mempunyai kerabat. Saya menyambung mereka tetapi mereka memutuskan hubungan dengan saya, saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat buruk kepasa saya, dan saya berbuat santun kepada mereka tetapi mereka berbuat bodoh kepada saya”. 
Maka Rasulullah  ﷺ menjawab : 
“Jika keadaanmu benar-benar sebagai­mana yang kamu katakan, maka seolah-olah kamu memberi makan bara api kepada mereka. Dan senantiasa pertolongan Allah besertamu dalam menghadapi mereka, selama kamu atas yang demikian itu”. (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  
bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
“Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang dengannya Allah akan mengangkat beberapa derajat ?” Para shahabat menjawab : “Ya, mau ya Rasulullah”.Rasulullah  ﷺ bersabda : “Kamu berbuat santun kepada orang yang berbuat bodoh kepadamu, kamu memaafkan orang yang berbuat dhalim kepadamu, kamu memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu dan kamu menyambung kepada orang yang memutuskan hubungan kepadamu”. (HR. Al-Bazzar).

Diriwayatkan dari Anas bin Malik  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda

“Wahai anakku, jika engkau bisa diwaktu pagi maupun sore di dalam hatimu tidak ada dendam kepada seseorangpun maka lakukanlah”. (HR. Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Abu Dzarr  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

“Sungguh beruntung orang yang mengikhlaskan hatinya untuk iman, hatinya dijadikan bersih, lesannya benar, jiwanya tenteram dan tabiatnya lurus. (HR. Ahmad dan Baihaqi).



Sebagaimana Firman Allah سبحانه و تعالى:

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya". (QS.Al-Hasyr [59]: 7).

Diriwayatkan dari Hudzaifah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

“Hendaklah kamu sekalian beredar bersama kitab Allah (Al-Qur’an) kemana saja ia beredar”. (HR. Al-Hakim).



Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin ‘Azib  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

“Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling kecil (dosanya) seperti (dosanya) seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya, dan sesungguhnya sebesar-besar riba ialah seseorang yang terus-menerus (menjatuhkan) kehormatan saudaranya”. (HR. Thabrani di dalam Al-Ausath).

Diriwayatkan dari Sa’id bin Zaid  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه ia telah berkata,  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
“Sesungguhnya termasuk sebesar-besar riba ialah terus-menerus (menjatuhkan) kehormatan orang Islam tanpa alasan yang benar”. (HR. Abu Dawud).

Diriwayatkan dari ‘Aisyah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda kepada para shahabat:
“Tahukah kalian sebesar-besar riba di sisi Allah ?”. Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Rasulullah  ﷺ bersabda, “Sesungguhnya sebesar-besar riba di sisi Allah ialah menganggap halal (menjatuhkan) kehormatan orang Islam”. Kemudian Rasulullah  ﷺ membaca ayat : Walladziina yu’dzuunal-mu’miniin wal mu’minaati bi ghairi maktasabuu fodihtamaluu buhtaanaw wa itsmam mubiina [QS. Al-Ahzab : 58] (Dan orang-orang yang menyakiti orang mukmin laki-laki dan orang mukmin perempuan tanpa kesalahan yang mereka lakukan, maka sungguh mereka telah berbuat buhtan (kebohongan) dan dosa yang nyata). (HR. Abu Ya’la).

Diriwayatkan dari  Abu Hurairah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata : Dahulu ketika kami di sisi Rasulullah  ﷺ, ada seorang laki-laki berdiri. Lalu orang-orang sama berkata, “Ya Rasulullah, alangkah sangat lemahnya si fulan itu !”. Atau mereka berkata, “Alangkah sangat lemahnya orang itu”. Maka Rasulullah  ﷺ bersabda, “Kalian telah berbuat ghibah kepada teman kalian dan kalian telah makan dagingnya”. (HR. Abu Ya’la, dan Thabrani).

Diriwayatkan dari ‘Amr bin Syu’aib  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه dari ayahnya dari kakeknya telah berkata: "
Bahwasanya orang-orang menyebutkan tentang seorang laki-laki di sisi Rasulullah  ﷺ. Mereka mengatakan, “Orang itu tidak makan sehingga ia diberi makan, dan ia tidak punya tempat tinggal hingga diberi tempat tinggal”. Maka Rasulullah  ﷺ bersabda, “Kalian telah berbuat ghibah kepadanya”. Lalu mereka menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami hanya menceritakan apa adanya”. Rasulullah  ﷺbersabda, “Cukup bagimu (dikatakan berbuat ghibah) apabila kamu menyebutkan saudaramu dengan apa yang ada padanya”. (HR. Al-Ashbihaniy).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda (kepada para shahabatnya):
 “Tahukah kalian apakah ghibah itu ?”. Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau bersabda, “(Ghibah) ialah kamu menyebut tentang saudaramu dengan apa-apa yang dia tidak suka”. Ada yang bertanya kepada beliau, “Bagaimana pendapat engkau jika keadaan saudaraku itu memang betul-betul seperti apa yang aku katakan ?”. Rasulullah  ﷺ bersabda, “Jika keadaan saudaramu itu betul seperti apa yang kamu katakan, maka sungguh kamu telah berbuat ghibah kepadanya. Dan jika apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah berbuat buhtan (kebohongan) kepadanya”. (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi , An-Nasai)

Diriwayatkan dari Abu Huriarah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata : Telah datang seorang laki-laki (dari suku) Aslam kepada Rasulullah  ﷺ lalu dia bersaksi atas dirinya sendiri bahwa dia berbuat zina. Dia bersaksi empat kali. Ia berkata, “Saya menyetubuhi wanita secara haram”. Setiap ia mengatakan yang demikian itu, Rasulullah  ﷺ berpaling darinya. Lalu aku menyebutkan cerita itu sehingga beliau bertanya, “Apa yang kamu inginkan dengan cuapan ini ?”. Orang itu menjawab, “Saya menginginkan supaya engkau membersihkan diriku”. Kemudian Rasulullah  ﷺ memerintahkan supaya ia dirajam. Lalu orang tersebut dirajam. Kemudian Rasulullah  ﷺ mendengar ada dua orang laki-laki Anshar, salah satunya berkata kepada temannya, “Lihatlah kepada orang ini yang Allah telah menutupinya, tetapi ia tidak membiarkan dirinya, sehingga ia dirajam seperti anjing yang dilempari batu”. (Abu Hurairah) berkata : Rasulullah  ﷺ diam saja. Sebentar kemudian beliau berjalan (bersama para shahabat), lalu melewati bangkai himar di dekat kaki beliau. Maka beliau bersabda, “Mana si fulan dan si fulan itu ?”. Mereka menjawab, “Ini kami ya Rasulullah”. Rasulullah  ﷺ bersabda kepada kedua orang itu, “Makanlah bangkai himar ini !”. Mereka berdua menjawab, “Ya Rasulullah, semoga Allah mengampuni engkau. Siapa yang mau memakan bangkai himar ini ?”. Lalu Rasulullah  ﷺ bersabda, “Apa-apa yang kamu dapat dari (menjelek-jelekkan) kehormatan orang laki-laki tadi adalah lebih buruk dari makan bangkai himar ini. Dan demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya (orang laki-laki yang telah dirajam itu) sekarang sedang berendam di sungai surga”. (HR. Ibnu Hibban)



Diriwayatkan dari Abu Umamah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

 “Sesungguhnya ada orang yang diberi kitab catatannya dengan terbuka”. Maka orang itu bertanya, “Ya Tuhanku, mana catatan kebaikan ini dan itu yang telah saya kerjakan, koq tidak ada di sini ?”. Kemudian Allah menjawab, “(Kebaikan-kebaikanmu) terhapus oleh perbuatan ghibahmu kepada orang lain”. (HR. Al-Ashbihaniy)


Diriwayatkan dari ‘Utsman bin ‘Affan  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah  ﷺ bersabda:
“Ghibah dan Namimah (adu-adu) itu bisa meruntuhkan iman sebagaimana seorang penggembala yang menebang pohon”. (HR. Al-Ashbihaniy).

Diriwayatkan dari Abu Jahja (Shuhaib) bin Sinan Arrumy  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه berkata :  bahwa sesungguhnya Rasulullah  ﷺ telah bersabda:
"Sangat mengagumkan keadaan seorang mu’min, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik, dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mu’min : jika mendapat ni’mat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila menderita kesusahan (ia) sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya. (HR. Muslim).

Sebagaimana Firman Allah سبحانه و تعالى:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura [42] ; 40).

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Busr رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ telah bersabda:

“Bukan dari golonganku orang yang dengki, namimah (adu-adu) dan orang yang percaya kepada dukun, dan saya bukan pula dari golongannya”. Kemudian Rasulullah ﷺ membaca ayat (Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (HR. Thabrani).

Dalam riwayat lain, Rasulullah  ﷺ telah bersabda:

"Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari Kiamat datang membawa amalan shalatnya, puasanya, dan zakatnya. Pada saat yang sama, ia juga membawa dosa mencaci si fulan, membunuh si fulan, memakan harta si fulan. Pahala kebaikan-kebaikannya lalu diambil untuk diberikan kepada si fulan, si fulan, dan si fulan. Apabila kebaikannya habis sebelum dosanya tertebus, akan diambilkan dari kesalahan orang-orang yang terdzalimi itu untuk ditimpakan kepadanya lalu ia dimasukkan ke dalam neraka. (HR Muslim).



Sebagaimana Firman Allah سبحانه و تعالى lainnya:

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mempergunjingkan sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik terhadapnya. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penya­yang. (QS.Al-Hujurat [49]: 12).

Doa agar selalu diberikan Akhlaqul Karimah.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, telah berkata, Bahwa Rasulullah  ﷺ  dalam salah satu do’anya beliau    mengucapkan :



اَلَّهُمَّ ا هْدِ نِيْ لِأَ حْسَنِ الأَ خْلاَ قِ، فَاِ نّهُ لاَ يَهْدِ يْ لِأَ حْسَنِهَا اِلاَّ أَنْتَ،…



وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ

Allahummahdinii li ahsanil akhlaaq, fa innahu laa yahdii li ahsanihaa illaa anta, washrif ‘annii sayyi ahaa, laa yashrifu ‘annii sayyi ahaa illaa anta

Artinya
“Ya Allah… tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa menunjukannya selain engkau.Dan jauhkanlah aku dari akhlak yg buruk, karena tidak ada yang mampu menjauhkannya dariku selain engkau”. (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi )
Aamiin Yaa Robbal Alaamiin.


Wallahu A'lam Bishowab.

No comments: