Friday, July 1, 2016

Kisah Nyata: Azab Seorang Jamaah Haji Di Tanah Suci

Kisah ini dikutip dari sebuah catatan facebook.

Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil menguruskan jemaah haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan yang pahit. Bagaimana pun, dalam banyaknya peristiwa yang saya alami, ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan. Kisah ini terjadi kepada seorang wanita yang berusia sekitar 30-an tahun pada saat saya mengurus satu rombongan haji.

Setibanya wanita tersebut dan rombongan jamaah haji di Jeddah airport kami sambut dengan sebuah bus. Rombongan jamaah haji terlihat sangat senang sebab ini adalah kali pertamanya mereka dapat menuniakan ibadah haji. Setelah itu saya membawa mereka menaiki bis untuk menuju ke Madinah.

Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua penumpang segera turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu sampai tiba pada giliran wanita tersebut.

Tanpa sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri,  setelah menginjakkan kakinya di bumi Madinah.

Sebagai orang yang diberi tanggungjawab untuk mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut. Lalu saya berkata kepada jemaah-jemaah yang lain:
“Jemaah ini sedang sakit”.

Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.

 Lalu saya berkata kepada jemaah-jemaah yang lain
“Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya … kita bawa dia ke rumah sakit”.

Tanpa membuang waktu, kami segera mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing.

Seampainya di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semua usahanya telah gagal.

Sementara itu, karena tugas untuk mengurus jemaah lainnya perlu saya lanjutkan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya tetap menghubungi rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut.

Dan saya diberi kabar bahwa dia masih tidak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga tidak sadarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu.

Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lanjut sebab rumah sakit di Jeddah lebih lengkap  dibandingkan rumah sakit Madinah.

Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadwal Haji harus dilanjutkan. Kami berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Selesai selesai, saya memutuskan untuk langsung pergi ke Jeddah.

Malangnya, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahwa wanita tersebut masih koma. Tetapi kata dokter, keadaannya masih stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.

Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak. Ketika itu saya sangat bingung, Saya lalu  bertanya kepada wanita tersebut:
“Kenapa kamu menangis?”.

Wanita tersebut lalu berkata:
“Ustazah … saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.”

Karena keheranan sayapun bertanya kepadanya:
“Kenapa anda tiba-tiba ingin bertaubat?”. 

Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Tidak lama kemudian dia mencoba untuk bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil hikmahnya oleh kita semua.

Wanita tersebut lalu berkata: 
“Ustadzah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman".

Dengan suara terbata-bata, wanita itu kembali menceritakan:
“Ustadzah … Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma , saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini".

Sambil terkejut sayapun bertanya:
“Betulkah?”.

Dengan suara terbata-bata, wanita itu berkata:
“Betul Ustadzah. Selama koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga".

Diapun melanjutkan ceritanya:
"Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata".

"Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah”.

“Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini … putus, jatuh ke dalam api neraka".

"Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali”.

Tanpa mempedulikan pasien yang lain, suster pun ikut memperhatikannya wanita itu yang terus bercerita. Menurutnya lagi:
"Setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, sepanjang masa koma itu di laluinya dengan azab yang amat pedih".

Dengan suara terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu meneruskan ceritanya:
“Hari ke hari saya disiksa. Bila rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut terlepas. Panasnya juga menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegak".

"Azab itu pedih … pedih yang amat sangat … tidak bisa saya ungkapkan. Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia betul-betul menyesal atas semua kesalahannya. Saya pun termenung, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada umat-Nya yang ingkar".

“Ustadzah … buat saya, Islam hanya nama saja, tapi saya minum alkohol, saya main judi dan segala macam dosa besar. Karena saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam".

"Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar".

"Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya".

"Setelah buah-buah duri itu habis, saya diberi makan berupa bara-bara api. Pada saat saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya rasanya seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya. Setelah memakan bara api itu, saya meminta minuman, tapi … saya dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk, saya terpaksa meminumnya sebab saya sangat merasa haus. Semua terpaksa saya lalui, tak pernah saya alami sepanjang hidup di dunia ini”.

Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Sangat terasa kebesaran Allah. diapun kembali melanjutkan ceritanya:

“Semasa diazab itu, saya merayu memohon kepada Allah supaya diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti saya memohon. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan ingkar atas perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sholat, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan”.

Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa. Kita manusia ini tak akan terlepas dari balasan-Nya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.

Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah. Sambil menangis dia lalu berkata:
“Ini bukan mimpi ustadzah. Kalau mimpi azabnya tidak akan terasa sampai sepedih ini. Saya bertaubat Ustazah, saya tak akan ulangi lagi kesalahan saya. Saya bertaubat … saya taubat Nasuha".

Sejak itu wanita tersebut benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling khusyuk.

Amal ibadahnya tak pernah berhenti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia hanya akan balik kehotelnya selepas sholat subuh.
Sayapun segera menegurnya:
“Kenapa anda melakukan ibadah sampai tidak ingat waktu. anda juga harus menjaga kesehatan. Pulanglah setelah sholat Isya, makan nasi atau istirahatlah sejenak …” 

Diapun berkata;
“Tidak apa-apa Ustazah. saya membawa buah kurma. saya memakannya disaat saya merasa lapar.” Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia ingin membayar sholat yang ditinggalkannya dahulu".

Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaannya, saya takut karena ibadah dan tekanan perasaan yang berlebihan hingga dia akan jatuh sakit. Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadah berlebihan hingga mengabaikan kesehatannya.

Diapun kembali berkata;
“Tidak boleh Ustadzah. Saya takut … saya sudah merasakan pedihnya azab Tuhan. Ustazah tidak merasa, Ustazah tidak mengetahui rasanya. Kalau Ustadzah sudah merasakan azab itu, Ustdazah juga akan menjadi seperti saya. Saya betul- betul bertaubat”.

Dia juga berpesan kepada saya, katanya: 
“Ustazah, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustazah ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab. Cukuplah saya saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau ada wanita lain yang merasakan hal seperti yang saya sudah rasakan. Semasa diazab, saya melihat larangan-larangan Allah, salah satunya adalah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada lelaki yang bukan mahromnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau ada 10 lelaki yang bukan mahrom melihat sehelai rambut saya ini, maka saya mendapatkan 10 dosa”.

“Tapi Ustazah, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang melihat rambut saya, itu berarti beribu-ribu dosa yang saya dapat. Saya berniat, sepulang saya dari haji ini, saya minta tolong dari ustazah supaya mau mengajarkan suami saya sholat, puasa, mengaji, dan mengerjakan semua ibadah. Saya ingin mengajak suami pergi haji. Seperti saya, suami saya itu Islam pada nama saja. Tapi itu semua adalah kesalahan saya. Saya sudah membawa dia masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayalah yang menjadi seperti orang yang bukan Islam”.

Sejak kembali dari haji itu, saya tidak mendegar cerita tentang wanita tersebut. Bagaimana pun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab semasa koma? Tidak. Saya percaya jika dia berkata benar. 

Rasulullah ﷺ mengingatkan pada kita tentang lima perkara sebelum datangnya lima perkara, dalam hadistnya. Dalam suatu riwayat dari Ibnu ‘Abbas,Rasulullah ﷺ bersabda,

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
  • Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
  • Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
  • Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
  • Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
  • Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim).



Wallahu A'lam Bishowab.

No comments: