Monday, August 31, 2015

Pesantren Al-Muttaqin Wamena-Papua Kembali Dibakar


TOLIKARA (voa-islam.com) - Sejak Idul Fitri kondisi di Papua terus memburuk. Ancaman terhadap Muslim dan sarana ibadahnya seperti Masjid menjadi sasaran penghancuran. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yaitu pesantren. Selain membakar masjid Tolikara, sekarang pesantren Muttaqin kembali dibakar. Ini benar-benar dramatis.Kejadian sangat menggetirkan bagi Muslim di di Tanah Papua yang damai, kini terusik kembali akibat pembakararn pesantren. 

Menurut kabar dari DR.Ahmad Annuri MA, bahwa pesantren Al-Muttaqin, pada Subuh, Sabtu (29/8) yang berada di Waena, Jayapura kembali dibakar. Ini kebakaran yang kedua kali sejak Selasa (25/8/2015).


Rombongan Forum Zakat (FOZ) berkunjung ke lokasi pesantren siangnya. Tampak sudut bangunan plafon terbakar. Polanya seperti dinding yang ditempeli obor, menghanguskan sebagian dinding dan plafon yang terlihat sudah berlobang hitam. Genangan air tampak di bawahnya, bekas upaya pemadaman oleh para santri.


“Ini jelas dibakar. Lihat itu pelaku masuk dari pagar duri yang rusak,” kata Yatiman, pengasuh dan pendiri pesantren Al Muttaqin, seperti pesan yang diterima para wartawan, Sabtu (29/8/2015).

Tampak pagar semak berlapis kawat besi berduri, terkoyak melengkung bekas diinjak atau disibak menggunakan alat berat. Kejadian tersebut adalah kejadian yang kedua. Yang pertama terjadi pada Senin, (24/8/2015) saat santri salat Subuh, api menghanguskan seluruh tempat tidur dan ruang kelas.

Santri sebanyak 45 orang tak punya tempat menginap dan belajar. Buku, kitab, alat tulis dan perangkat belajar mereka hangus. Bahkan al Quran yang biasa mereka pakai menghafal dan tadarus, hancur tinggal serpihan.

Sementara itu, pihak pemerintah datang bersama polisi. Namun tak ada olah TKP yang valid. Pihak pesantren tak yakin bahwa penyebab kebakaran karena konslet atau arus pendek. Kini bangunan hangus itu sudah dirubuhkan dengan alat berat. Pemerintah Kota Jayapura berkomitmen akan membangunnya.

“Komitmen Pemkot Jayapura itu harus dikawal benar. Negara harus ada dan hadir dalam seluruh konflik sosial di Papua ini,” ujar Sekjen Forum Zakat Nasional, Sabeth Abilawa.

Menurut Sabeth, negara harus hadir dan mengayomi seluruh warganya termasuk di Tolikara. Pengungsi yang berada di kantor bupati untuk tidur, makan, dan beraktivitas di sana, tak juga mendapat kepastian. Rumah kios mereka pun belum terwujud sempurna karena lambat prosesnya. Bahkan bantuan makanan tak juga kunjung datang.

“Negara seperti tak hadir di Tolikara. Maka di Distrik Heram Jayapura ini, negara harus hadir. Walikota Jayapura dan aparat seluruhnya harus lindungi warganya,” tegas Sabeth yang juga Direktur Pemberdayaan Dompet Dhuafa.

Forum Zakat datang memberi santunan kepada pesantren Al Muttaqin untuk perbaikan awal. “Santunan ini semoga memicu pihak lain, terutama Pemerintah Kota Jayapura agar mereka sigap, baik membangun maupun melindungi warganya,” ungkapnya.

Kondisi instabilitas terus didorong oleh pihak-pihak yang ingin menjadikan Papua terlepas dari NKRI. Mereka berusaha membuat huru-hara dengan isu SARA di kawasan Papua termasuk memicu konflik Islam-Kristen. Tujuan mereka hanya satu yaitu konflik terbuka Islam-Kristen, kemudian datang campur tangan PBB, dilakukan referendum, dan merdeka. Skenario yang pernah diterapkan pada Timor Timur. (dita/dbs/voa-islam.com) 
Editor: RF

No comments: