Tuesday, January 6, 2015

Surat Dari Ayah



Aku tengah berduka, baru saja ditinggalkan ayahandakumenghadap sang kholiq. Lalu akupun duduk di depan laptopku sambil membaca email di laptopku.Dan biasanya yang Pertama kali aku cek adalah inbox.




Hari ini ada sesuatu yang berbeda, entah mengapa aku sangat interest untuk membuka & membaca semua email yang belum pernah aku baca padahal sebelumnya aku tidak pernah memperdulikannya dan hanya mengacuhkannya saja.



Satu persatu email aku baca . Hingga aku menemukan email yang dikirimkan 3 bulan yang lalu  oleh ayahku dan akupun sempat menyebut:

" Astaghfirullah" .

lalu akupun penasaran untuk membukanya .


Akupun  bersegera untuk membaca isinya:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه 
Ini adalah kali pertama ayahmu mencoba menggunakan Pesan elektronik ini untuk menghubungimu. Ayah sudah coba bermacam cara untuk menghubungimu. Mulai dari tambahkan kamu sebagai teman di facebook hingga pesan elektronik ini. Ayah juga tidak terlalu paham dengan benda ini.


Lalu ayahpun mencoba kirim Pesan elektronik  ini kepada kamu. Maaf, ayah tidak pandai untuk mengetik. Ini saja tetangga samping rumah yang mengajarkan.


Duhai anakku Ingatkah kamu saat pertama kali kamu memilki HP? Saat itu engkau masih dibangku sekolah. Ayah hadiahkan sebuah HP untuk kamu karena ayah merasa tak tega melihat kamu karena semua teman-temanmu sudah memilikinya saat itu.Dengan harapan agar kamu akan sering telpon ayahmu ini. itu juga jika kamu ingin bercerita tentang suka dukamu . Tapi ayah sedikit kecewa karena kamu hanya telpon ayah seminggu sekali. Itu juga hanya menanyakan tentang uang untuk bekalmu.

Duhai buah hatiku ayahmu tahu engkau sanggup untuk isi pulsa HPmu tapi kenapa kau tak pernah menanyakan kabar ayahmu ini. Apakah engkau sudah lupa dan pernahkah terbesit dipikiranmu untuk menelpon ayahmu ini hanya untuk menanyakan kabar ayahmu ini walau hanya 1 menit saja. 


Saat kecil dulu, masih ingatkah kamu waktu pertama kali kamu bisa bicara. Kamu terlihat fasih memanggil, ‘ayah, ayah, ayah’. 
Ayah bahagia sekali buah hati ayah sudah bisa memanggil ayah. Dan juga memanggil ibu.


Ayah sangat senang bisa berinteraksi dengan kamu walaupun kamu
mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang ayah ucapkan pada saat kamu kecil.


Tapi, percayalah. Kami telah bicara dengan kamu tentang banyak hal. Kamulah penghibur kami di saat kami Sedang sedih. Walaupun hanya dengan gelak tawamu.


Saat kamu masuk sekolah. Ayah ingat kamu selalu bercerita dengan ayah ketika membonceng motor dengan ayah setiap pergi dan pulang sekolah. Banyak yang kamu ceritakan pada ayah.


Tentang ibu guru, sekolah, teman-teman. Ayah jadi pun semakin bersemangat untuk bekerja keras mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kamu. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan hati Ayah mana yang tidak bangga melihat anaknya pergi ke sekolah untuk belajar.
Ketika kamu mulai masuk Sekolah. Kamu punya kawan-kawan
baru. Setiap Kamu pulang dari sekolah, kamu langsung masuk ke kamar.
Kamu dan keluar kamarpun hanya untuk makan saja. Setiap malam Kamu selalu keluar rumah untuk berkumpul dengan kawan-kawanmu. Kamu mulai jarang bercerita dengan ayah.


Kamu adalah anak yang pandai dan pada Akhirnya kamu bisa kuliah. Semenjak kuliah jarak antara kita makin jauh. Kamupun hanya menghubungi kami hanya pada saat kamu ada perlu saja.


Kamu acuhkan kami saat kamu tidak ada perlu.Ayah sangat mengerti, darah muda. Ayah & ibumu mu pun pernah muda sepertimu. Dan pada Akhirnya, kamipun tahu kalau bahwa kamu mulai menyukai lawan jenis.
Ketika masuk kuliah, sikap kamu sama saja dengan ketika di
Sekolah. Sangat Jarang hubungi kami. Sewaktu pulang liburan, kamu
Hanya sibuk dengan HP kamu, laptop kamu, internet kamu, dengan dunia baru kamu.


Kamipun jadi bertanya-tanya dalam hati. Adakah kawan atau hal yang lebih istimewa dari pada kami? Apakah kami cuma sebagai pelengkap yang diperlukan saat kamu menikah nanti hanya sebagaipemberi ridho untukmu? 


Akhirnya, kamu jarang bercerita dengan kami lagi. Kalaupun bercerita itupun hanya seperlunya saja. Berjumpa tapi tak berkata-kata.



Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bersua chanya pada waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, kamu tidak balik lagi.


Malam ini, ayah sebenarnya rindu sekali pada kamu. Bukannya mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma kami sudah terlalu tua. Ayah sudah di penghujung usia 60 an.
Kekuatan ayah tidak sekuat dulu lagi.

Satu hal lagi ayah ingin kamu sering menemui kami, tetapi ketika sering kami tanyakan:" kapan mau kerumah?" 
Acap kali kali kamu jawab:" maaf belum ada waktu".
Kami hanya ingin berpesan jika suatu saat kami tiada nanti kami minta agar dimakamkan diluar kota saja, karena saat kami masih hidup saja kamu tak pernah menemui kami, apalagi jika kami sudah tiada? Mana mungkin kamu mau menziarahi kami.


Kami tidak minta banyak… kami hanya berharap kamu bisa sesering mungkin menemui kami. Menceritakan tentang kehidupanmu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hatimu. Menangis pada kami selaku orang tuamu. Mengadu pada kami. Bercerita pada Kami seperti saat kamu kecil dulu. Apapun. Dan kami sangat merindukan itu.


Maafkan ayah atas curhat ayah ini. Jagalah sholat. Jagalah hati. Jagalah iman. Mungkin kamu tidak punya waktu untuk bersua dan bercerita dengan kami. Namun, jangan sampai kamu tidak punya waktu untuk menghadap dan bercerita kepada Allah. Janganlah kamu letakkan cinta di hati pada seseorang hamba melebihi cinta kepada Allah.

Mungkin kamu boleh saja mengabaikan ayah. Namun jangan samapai kamu mengabaikan Allah.
Maafkan ayah atas segalanya.”


Setelah membacanya tak terasa akupun meneteskan air mata. Dalam hati perih tidak terkira. Bagaimana tidak, pesan dari ayahandaku  itu aku baca setelah beliau pergi untuk selama-lamanya. Di saat tidak mungkin lagi mampu memeluk tubuh tua ayahku.
Kenapa bodohnya diriku telah mengacuhkan ayahandaku.
Kini hanya penyesalan yang melanda hatiku, ya sebuah penyesalan yang selalu datang belakangan dan itupu sudah terlambat.

Mari sahabat hargailah orang tua kita selama mereka masih hidup...kadang kala kita lupa & terlalu sibuk dengan kesibukan kita. Sampaikah kita lupa akan mereka yang membesarkan kita... memberi pendidikan untuk kita
bekerja.. mengajar kita berjalan untuk bekerja.. Mereka yang mengajarkan semua kebaikan kepada kita. Sungguh luas jasa mereka tak mungkin sanggup kita untuk membalasnya.
Jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka dengan sikap acuh tak acuh kita kepada mereka" 
Nabi Nabi مُحَمّدْ SAW bersabda:" Ridho اللّهِ SWT tergantung dari ridho orang tua.


No comments: