Tuesday, April 23, 2013

Cukuplah Aku Saja Yang Terbunuh


Jauh-jauh hari Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan kaum muslimin saat itu bahwa sepeninggal Beliau akan terjadi gelombang fitnah yang besar terhadap umat muslim dan itu akan terjadi di jaman kekhalifahan Utsman bin Affan RA. 


Nabi Muhammad SAW pun memberi isyarat bahwa ujian fitnah yang melanda Utsman akan berakhir dengan kehilangan nyawanya dengan memberi sebuah nasehat kepadanya hingga diulang tiga kali:
"Wahai Utsman, jika kelak Allah memberimu kepemimpinan, lalu kaum munafik hendak melepaskan jubah yang dipakaikan Allah kepadamu, maka jangan kau lepaskan! ( H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad )

Kabar masa depan dariNabi Muhammad SAW ini justru lebih membuat Utsman RA semakin tenang saat menghadapi kematiannya kelak dan semakin membuatnya rindu untuk berkumpul lagi dengan Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat yang telah mendahuluinya menghadap ke hadirat Ilahi.


Hingga suatu saat, Nabi Muhammad SAW menyapanya: 
"Wahai Utsman, makanlah bersama kami malam ini." 
Dan Utsman RA pun terbangun dari mimpinya dan ia pun menyadari mimpinya itu merupakan pertanda telah tiba saatnya bagi Utsman RA untuk menghadap ke hadirat Allah SWT. Dan benarlah adanya, fitnah besar mengalami puncaknya pasca mimpi Utsman RA tersebut.

Para pemberontak telah mengambil momentum untuk membunuh Utsman RA pada hari di mana hampir sebagian besar penduduk Madinah sedang menunaikan ibadah haji. 

Di saat terdengar di telinga para sahabat bahwa sekelompok pasukan pemberontak tengah mengepung rumah Utsman RA, di saat itu juga para sahabat yang setia dengan seruan Nabi Muhammad SAW, bersegera melindungi rumah Utsman RA. Di antaranya adalah Abu Hurairah RA yang datang kepada Utsman RA seraya berkata: 
"Ini hari yang baik untuk berperang bersamamu." 

Namun Utsman RA, sebagaimana sifatnya yang tidak ingin para sahabat Nabi Muhammad SAW ini mengalami luka atau kematian, meminta Abu Hurairah RA agar segera pergi dari rumahnya karena Utsman RA tidak ingin Abu Hurairah RA ikut menderita. 

Begitupun saat Abdullah bin Umar RA, Hasan dan Husain, Abdulah bin Zubair RA, serta Marwan RA yang datang hendak melindunginya, Utsman RA lalu berkata kepada mereka: "Aku meminta kalian pulang, simpanlah senjata kalian, dan diamlah di rumah kalian masing-masing." 

Saat Zaid bin Tsabit RA datang dan berkata: 
"Kaum Anshar sudah ada di depan rumah. Mereka menawarkan diri untuk menjadi penolong Allah kembali (Ansharullah)." 



Tapi lagi-lagi Utsman RA menolaknya dan meminta mereka untuk segera menjauh dari rumahnya. Dan yang paling mengesankan adalah ketika Ali bin Abi Thalib RA mengirim anak-anaknya, Hasan RA dan Husain RA, untuk melindungi Utsman RA, Ali RA pun berpesan kepada Utsman RA: 
"Aku bersama lima ratus orang pasukan berbaju besi. Oleh karena itu, ijinkanlah aku untuk melindungimudari mereka. Sungguh engkau tidak pernah melakukan sesuatu yang menyebabkan darahmu dihalalkan." 

Utsman RA terharu dengan itikad Ali RA seraya membalas berkata: 
"Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu. Tetapi aku tidak ingin menumpahkan darah para pemuda-pemudaku."

Setelah semua sahabat Nabi dimintanya untuk segera keluar dari rumahnya, pada saat itulah para pemberontak melakukan penyerangan terhadap Utsman. Akhirnya kaum muslimin harus kehilangan seorang sosok pemimpin yang sangat pemalu, lembut, santun, dan ramah yang telah mati di pedang para pemberontak.

Apa yang dirindukan Utsman RA untuk segera berkumpul kembali dengan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar RA dan Umar RA, akhirnya terwujud. Utsman RA wafat pada 18 Dzulhijah 35 Hijriah setelah hampir sebulan dirinya dan keluarganya dikepung dan tidak mendapat pasokan makanan dan air. 

"Jika mereka membunuhku, mudah-mudahan sepeninggalku tidak ada lagi yang berseteru dan saling membunuh. Aku memohon ampunan kepada Allah jika aku berbuat zalim, dan aku pun memaafkan jika aku dizalimi."

Disadur dari:
"Kisah Hidup Utsman bin Affan" - Dr. Musthafa Murad - Guru Besar Universitas al-Azhar Kairo

No comments: