Monday, October 31, 2016

7 Keutamaan Mencintai Rasulullah ﷺ Beserta Keluarganya.


Disadur dari Kitab Al Ghurar karangan Al Imam Al Habib Muhammad Bin Ali Bin Alawi Khird Ba'alawi dalam kitabnya bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :


حبي وحب أهل بيتي نافع في سبعة ﻣﻮﺍﻃﻦ أهوالهن عظيمة
عند الوفاة 
وعند القبر 
وعند ﺍﻟﻨﺸﺮ 
وعند ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
وعند الحساب 
وعند الميزان
وعند ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ


Mencintaiku dan mencintai keluargaku bermanfaat di tujuh tempat-tempat mulia : 

1. Ketika wafat. 

2. Ketika di kubur. 
3. Ketika di bangkitkan. 
4. Ketika pencatatan. 
5. Ketika penghisaban. 
6. Ketika di timbangan Mizan. 
7. Ketika di jembatan Shirath.


Di riwayatkan oleh Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib bahwa  Rasulullah ﷺ. bersabda :
لكل شيء أساس ، وأساس الإسلام حب أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وحب أهل بيته

"Setiap sesuatu memiliki azas dan azas islam adalah mencintai sahabat dan keluarga  Rasulullah ﷺ".

Di riwayatkan oleh Al Imam Ath Thabrani dari Sayyidina Ali kwj. bahwa  Rasulullah ﷺ bersabda:
أول من يرد الحوض أهل بيتي ومن أحبني من أمتي
"Pertama yang sampai di telaga haudh adalah keluargaku dan mereka yang mencitaiku dari golongan umatku".


لايبغضنا ولايحسدنا أحد إلا ذيد عن الحوض يوم القيامة بسياط من النار
"Tidaklah yang membenci kami (Rasulullah ﷺ beserta keluarganya) dan tidak pula menghasud kami kecuali dia terusir dari telaga haudh pada hari kiamat".

Di riwayatkan dalam kitab Al Ghurar :
من مات على بغض آل محمد جاء يوم القيامة مكتوبا بين عينيه آيس من رحمة الله
"Siapa saja yang mati dalam keadaan yang benci kepada keluarga Rasulullah ﷺ, dia akan datang pada hari kiamat, tertulis diantara kedua matanya orang yang tidak mendapat rahmat Allah سبحانه و تعالى ". 


حرمت الجنة على من ظلم أهل بيتي أو قتلهم أو أعان عليهم أو سبهم
"Diharamkan syurga atas siapa yang mengdzolimi keluargaku".

Wallahu A'lam Bishowab.

Jassasah Binatang Bumi

Siapakah  Jassasah itu? Jassasah adalah seekor binatang yang akan keluar dari bumi yang besar, berbulu panjang, berbulu roma pendek dan halus dan mempunyai beberapa kaki. 


Allah سبحانه و تعالى berfirman:
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami akan mengeluarkan seekor binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia sudah tidak yakin kepada ayat-ayat kami.”(QS:An Naml: [82]).

Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya tanda-tanda kiamat pertama yang akan terjadi adalah terbitnya matahari dari tempat terbenamnya dan keluarnya seekor binatang kepada manusia pada waktu Dhuha, yang manapun diantara dua hal ini akan duluan terjadi, maka yang keduanya akan terjadi dalam waktu yang dekat.” (Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Ibn Majah dari ‘Abdullah bin ‘Umar).


Rasulullah ﷺ bersabda:

Binatang bumi itu akan keluar dengan membawa Tongkat Musa dan Cincin Sulaiman, maka ia akan mencap hidung orang kafir dengan tongkat dan akan membuat terang wajah orang Mu’min degan cincin, sehingga degan demikian apabila telah berkumpul beberapa orang-orang yang makan di suatu meja hidangan, maka salah seorang dari mereka akan berkata: “Makanlah ini wahai orang Mu’min” dan “makanlah ini wahai orang kafir” .(Riwayat Abu Dawud Ath Thayalisi, Ahmad dan Ibn Majah, semua riwayat tersebut berasal dari Hammad bin Salamah dari Abi Hurairah).

Dari Fathimah bintu Qois رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه ia berkata,


صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنْتُ فِي صَفِّ النِّسَاءِ الَّتِي تَلِي ظُهُورَ الْقَوْمِ فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ جَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَضْحَكُ فَقَالَ لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلَّاهُ ثُمَّ قَالَ أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ إِنِّي وَاللَّهِ مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلَا لِرَهْبَةٍ وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ لِأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلًا نَصْرَانِيًّا فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلَاثِينَ رَجُلًا مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ فَلَعِبَ بِهِمْ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبْ السَّفِينَةِ فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقَالُوا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قَالُوا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ أَيُّهَا الْقَوْمُ انْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ قَالَ لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلًا فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً قَالَ فَانْطَلَقْنَا سِرَاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ قُلْنَا وَيْلَكَ مَا أَنْتَ قَالَ قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ قَالُوا نَحْنُ أُنَاسٌ مِنْ الْعَرَبِ رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لَا يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ فَقُلْنَا وَيْلَكِ مَا أَنْتِ فَقَالَتْ أَنَا الْجَسَّاسَةُ قُلْنَا وَمَا الْجَسَّاسَةُ قَالَتْ اعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِالْأَشْوَاقِ فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً فَقَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا هَلْ يُثْمِرُ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لَا تُثْمِرَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ قُلْنَا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِيهَا مَاءٌ قَالُوا هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ قَالَ أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ قَالُوا عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ قَالَ هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ قُلْنَا لَهُ نَعَمْ هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا قَالَ أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ الْأُمِّيِّينَ مَا فَعَلَ قَالُوا قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ قَالَ أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ فَأَخْبَرْنَاهُ أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنْ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ قَالَ لَهُمْ قَدْ كَانَ ذَلِكَ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي الْأَرْضِ فَلَا أَدَعَ قَرْيَةً إِلَّا هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَائِكَةً يَحْرُسُونَهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَطَعَنَ بِمِخْصَرَتِهِ فِي الْمِنْبَرِ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ هَذِهِ طَيْبَةُ يَعْنِي الْمَدِينَةَ أَلَا هَلْ كُنْتُ حَدَّثْتُكُمْ ذَلِكَ فَقَالَ النَّاسُ نَعَمْ

“Aku pernah sholat bersama Rasulullah ﷺ . Aku berada di shaff wanita yang berada dekat dengan punggung kaum lelaki. Tatkala Rasulullah ﷺ telah menyelesaikan sholatnya, maka Rasulullah ﷺ  duduk di atas mimbar sambil tertawa. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
 “Hendaknya setiap orang melazimi tempatnya”, 
lalu Rasulullah ﷺ bersabda lagi:
 “Tahukah kalian kenapa aku kumpulkan kalian?”



“Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, kata mereka.



Rasulullah ﷺ bersabda: 
“Demi Allah, sesungguhnya aku tidaklah mengumpulkan kalian karena keinginan (dalam membagi ghonimah) dan tidak pula karena takut (terhadap musuh). Akan tetapi aku kumpulkan kalian, karena Tamim Ad-Dariy dahulu seorang yang beragama Nasrani. Kemudian ia datang berbai’at dan masuk Islam. Dia telah menceritakan kepadaku sebuah kisah yang sesuai dengan kisah yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Dia telah menceritakan kepadaku bahwa telah berlayar dalam sebuah perahu besar bersama 30 orang lelaki dari Suku Lakhm dan Judzam. Mereka dipermainkan oleh ombak selama sebulan di lautan. Kemudian mereka berlabuh pada sebuah pulau di tengah lautan ketika terbenamnya matahari. Mereka pun duduk di perahu kecil, lalu memasuki pulau itu".



Mereka dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. Mereka berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Mereka bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Duhai kalian semua, pergilah kalian kepada laki-laki ini di dalam istana itu. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”.



Dia (Tamim) lalu berkata:
 “Tatkala ia (si binatang) menyebutkan seorang lelaki kepada kami, maka kami khawatir jangan-jangan binatang itu adalah setan perempuan”. 
Tamim berkata:
“Kami pun pergi dengan cepat sampai kami memasuki istana tersebut. Tiba-tiba di dalamnya terdapat orang yang paling besar kami lihat dan paling kuat ikatannya dalam keadaan kedua tangannya terbelenggu ke lehernya antara kedua lututnya sampai kedua mata kakinya dengan besi”. 
Kami katakan:
“Celaka anda, siapakah anda?” Dia (Dajjal) menjawab, “Sungguh kalian telah tahu beritaku. Kabarkanlah kepadaku siapakah kalian?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang Arab. Kami telah berlayar dalam sebuah perahu besar. Kami pun mengarungi lautan saat berombak besar. Akhirnya, ombak mempermainkan kami selama sebulan. Kemudian kami berlabuh di pulau anda ini. Kami pun duduk-duduk di perahu kecil, lalu masuk pulau. Tiba-tiba kami dijumpai oleh binatang yang lebat bulunya; mereka tak tahu mana depan dan belakangnya karena banyak bulunya. kami berkata (kepada binatang itu), “Celaka engkau, siapakah engkau?” Binatang itu menjawab, “Aku adalah Jassasah (tukang cari berita)”. Kami bilang, “Apa itu Jassasah?” Binatang itu berkata, “Pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana. Karena ia amat rindu dengan berita kalian”. Lalu kami menghadap kepadamu dengan cepat, kami takut kepadanya dan tak merasa aman jika ia adalah setan perempuan”. Dia (Dajjal) berkata, “Kabarilah aku tentang pohon-pohon korma Baisan (nama tempat di Yordania, –pent.)!!”. Kami bertanya, “Engkau tanya tentang apanya?”. Dajjal berkata, “Aku tanyakan kepada kalian tentang pohon-pohon kurmanya, apakah masih berbuah?”. Kami jawab, “Ya”. Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hampir-hampir ia tak akan berbuah lagi”. Dajjal berkata, “Kabarilah aku tentang Danau Thobariyyah!!”. Kami katakan, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalamnya masih ada air?” Mereka menjawab, “Danau itu masih banyak airnya”. Dajjal berkata, “Ingatlah, sesungguhnya airnya hampir-hampir akan habis”. Dajjal bertanya lagi, “Kabarilah aku tentang mata air Zughor!!” Mereka bertanya, “Apanya yang kau tanyakan?” Dajjal berkata, “Apakah di dalam mata air itu masih ada air? Apakah penduduknya masih menanam dengan memakai air dari mata air itu?” Kami jawab, “Ya, mata air itu masih banyak airnya dan penduduknya masih bercocok tanam dari airnya”. Dajjal berkata lagi, “Kabarilah aku tentang Nabinya orang-orang Ummi (ummi : buta huruf, yakni orang-orang Quraisy), apa yang ia lakukan? Mereka berkata, “Dia telah keluar dari Kota Makah dan bertempat tinggal di Yatsrib (Madinah)”. Dajjal bertanya, “Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?” Kami katakan, “Ya”. Dajjal bertanya, “Apa yang ia lakukan pada mereka?” Lalu mereka kabari Dajjal bahwa sungguh ia (Nabi itu, yakni Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam-) telah berkuasa atas orang-orang yang ada di sekitarnya dari kalangan Arab dan mereka menaatinya”. Dajjal berkata kepada mereka, “Apakah hal itu sudah terjadi?” Kami jawab, “Ya”.



Dajjal berkata, “Ingatlah bahwa hal itu lebih baik bagi mereka untuk menaatinya. Sekarang aku kabari kalian bahwa aku adalah Al-Masih (yakni, Al-Masih Ad-Dajjal). Sungguh aku hampir diberi izin untuk keluar. Aku akan keluar, lalu berjalan di bumi. Aku tak akan membiarkan suatu negeri, kecuali aku injak dalam waktu 40 malam, selain Makkah dan Thoibah (nama lain bagi kotaMadinah, –pent.). Kedua kota ini diharamkan bagiku.



Setiap kali aku hendak memasuki salah satunya diantaranya, maka aku dihadang oleh seorang malaikat, di tangannya terdapat pedang terhunus yang akan menghalangiku darinya. Sesungguhnya pada setiap jalan-jalan masuk padanya ada malaikat-malaikat yang menjaganya”



Dia (Fathimah bintu Qois) berkata, “ Rasulullah ﷺ - bersabda seraya menusuk-nusukkan tongkatnya pada mimbar, “Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, Inilah Thoibah, yakni kota Madinah. Ingatlah, apakah aku telah menceritakan hal itu kepada kalian?”



Orang-orang pun berkata, “Ya”.



[HR. Muslim dalam Kitab Asyroot As-Saa'ah, bab : Qishshoh Al-Jassasah (no. 2942), Abu Dawud dalam Kitab Al-Malaahim(4326), At-Tirmidziy dalam Kitab Al-Fitan (2253) dan Ibnu MajahKitab Al-Fitan (4074)].

Wallahu A'lam Bishowab.

Sunday, October 30, 2016

The Well of Utsman

Dahulu kala, di kota Madinah, tidak terlalu jauh dari masjid Nabawi, terdapat sebidang tanah dengan sebuah sumur yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Penduduk kota Madinah menyebutnya dengan nama Sumur  Ruma (The Well of Ruma), sebutan ini timbul karena Sumur  tersebut dimiliki seorang Yahudi yang bernama Ruma.

Ruma sebagai pemilik sumur menjual air kepada penduduk Madinah, dan setiap harinya Penduduk kota Madinah rela antri hanya untuk membeli air dari Sumur  Ruma (The Well of Ruma). Di waktu waktu tertentu Ruma sering menaikkan harga air dengan semaunya dia, dan rPenduduk kota Madinahpun terpaksa harus tetap membelinya. karena hanya sumur inilah yang tidak pernah kering disepanjang waktu. 

Melihat kenyataan ini, Rasulullah  bersabda:
"Siapa saja orang yang dapat membeli sumur ini, Surga  adalah balasannya". Lalu Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه berniat untuk membeli Sumur  Ruma (The Well of Ruma) seraya bergegas mendekati pemiliknya. Lalu Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  mengatakan maksud dan kedatangannya hanya untuk membeli Sumur  Ruma (The Well of Ruma). Tentu saja Ruma sebagai pemiliknya menolak dengan keras. Karena ini adalah kehidupannya, dan ia telah mendapat banyak uang dari apa yang telah dia usahakan selama ini.

Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  adalah sosok seorang exekutif muda sukses yang juga kaya raya dan juga merupakan seorang negosiator yang handal. Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه lalu berkata kepada Ruma:
"Saya akan membeli setengah dari sumur anda dengan harga yang pantas, lalu kita akan bergantian menjual airnya, hari ini anda yang menjualnya, lalu baru besok saya yang menjualnya".
Dengan melalui negosiasi yang sangat alot, akhirnya Ruma langsung menjual Sumur  Ruma (The Well of Ruma) senilai 1 juta Dirham dan memberikan hak pemasaran 50% kepada Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه

Apa yang terjadi setelah peristiwa ini, telah membuat Ruma menjadi gelisah. Ternyata Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه telah menggratiskan air tersebut kepada semua  Penduduk kota Madinah. Merekapun mengambil air sepuas puasnya sehingga hari kesokannya mereka tidak perlu lagi membeli air dari Ruma sang Yahudi. Karena merasa terdesak, sang Yahudi akhirnyapun menyerah, lalu ia meminta Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه untuk membeli semua kepemilikan sumur dan tanahnya. Tentu saja Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه harus membayar setengahnya lagi dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. 

Sampai dengan hari ini, sumur tersebut dikenal dengan nama Sumur Utsman (The Well of Utsman). Tanah luas sekitar sumur tersebut menjadi sebuah kebun kurma yang diberi air dari sumur Ustman. Kebun kurma tersebut dikelola oleh badan wakaf pemerintah Saudi sampai dengan hari ini. Kurmanya dieksport ke berbagai negara di dunia, hasilnya diberikan untuk yatim piatu, dan pendidikan. Sebagian dikembangkan menjadi hotel dan proyek proyek lainnya, sebagian lagi dimasukkan kembali kepada sebuah rekening tertua di dunia atas nama Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه. Hasil kelolaan kebun kurma dan grupnya yang di saat ini menghasilkan 50 juta Riyal pertahun (atau setara 200 Milyar pertahun) 

Dari kisah diatas lalu akan timbul pertanyaan mengenai kenapa orang-orang Yahudi itu tidak akan penah menang? 
Jawaban dari pertanyaan itu adalah Karena visinya dari kebanyakan orang-orang Yahudi  itu terlalu dangkal. Mereka hanya memikirkan untuk bisa hidup dimasa kini, masa diamana mereka masih ada di dunia. Sedangkan visi dari Ustman bin Affan رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه adalah jauh kedepan. Beliau rela berkorban untuk menolong manusia lain yang membutuhkan dan ia menatap sebuah visi besar yang bernama Shodaqoh Jariyah, sedekah berkelanjutan.
Sebuah shadaqah yang tidak pernah  berhenti, bahkan pada saat manusia sudah mati. 

Semoga kita bisa mengamalkannya agar selalu bershodaqoh Jariyah. Aamiin

Wallahu A'lam Bishowab.

Friday, October 21, 2016

Penghina Rasulullah ﷺ, Mati Diterkam Seekor Anjing.


Al Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  telah menuliskan suatu kisah di Dalam Kitabnya :


Pernah suatu ketika ada sekelompok orang dari kalangan pembesar Nasrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol yang telah murtad karena telah menjadi Nasrani.

Dan dalam perayaan tersebut ada seorang pendeta Nasrani yang telah menghina Rasulullah  ﷺ, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat.

Maka saat pendeta Nasrani  yang dengki ini mulai mencela dan menghardik Rasulullah  ﷺ, anjing tersebut menggonggong dengan keras lalu kemudian menerkam pendeta Nasrani itu dan mencakar wajahnya.

Maka orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berusaha menyelamatkannya. Lantas sebagian orang yang hadir berkata: 
"Itulah akibatnya karena hinaanmu kepada Rasulullah  ﷺ".

Deangan begitu sombongnya, Lantas pendeta Nasrani itu berkata: 
"Tidak, Anjing ini hanya spontanitas karena melihat isyarat tanganku dan disangkanya aku ingin memukulnya".

Namun kemudian pendeta Nasrani ini mengulang kembali celaannya terhadap Rasulullah  ﷺ dengan perkataannya yang sangat keji. Maka si anjing pun berhasil lepas dari ikatannya dan langsung saja menyambar leher pendeta Nasrani itu dan merobek hingga bagian dadanya yang paling atas. Tak berselang lama kemudian pendeta Nasrani itu pun mati seketika.

Karena kejadian ini, ada sekitar 40.000 orang Mongol masuk Islam. 

Di zaman kita, apakah anjing lebih mulia dan lebih pemberani daripada manusia?

_{Lihat: Al Haafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqolany didalam kitab "AdDurarurl Kaaminah Fi A'ayaanil Miati Tsaaminah" Jilid 4 Halaman 153.}_

قصة الكلاب الذى انقض على النصراني الذى شتم النبي

ابن حجر العسقلاني

أَن بعض أُمَرَاء الْمغل تنصر فَحَضَرَ عِنْده جمَاعَة من كبار النَّصَارَى والمغل فَجعل وَاحِد مِنْهُم ينتقص النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَهُنَاكَ كلب صيد مربوط فَلَمَّا أَكثر من ذَلِك وثب عَلَيْهِ الْكَلْب فخمشه فخلصوه مِنْهُ وَقَالَ بعض من حضر هَذَا بكلامك فِي مُحَمَّد صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فَقَالَ كلا بل هَذَا الْكَلْب عَزِيز النَّفس وَآل أُشير بيَدي فَظن أَنِّي أُرِيد أَن أضربه ثمَّ عَاد إِلَى مَا كَانَ فِيهِ فَأطَال فَوَثَبَ الْكَلْب مرّة أُخْرَى فَقبض على زردمته فقلعها فَمَاتَ من حِينه فَأسلم بِسَبَب ذَلِك نَحْو أَرْبَعِينَ ألفا من الْمغل 


ابن حجر العسقلاني، الدرر الكامنة في أعيان المائة الثامنة، ت محمد عبد المعيد ضان، مجلس دائرة المعارف العثمانية، صيدر اباد - الهند، الطبعة الثانية 1392هـ/ 1972م ج 4 ص 153.

"Janganlah Sampai Seekor Anjing itu Masih Lebih Mulia Karena Membela Kehormatan Rasulullah  ﷺ , Dibandingkan dengan orang-orang yang Mengaku Muslim Tapi Membela Penghina Al Qur'an".


Wallahu A'lam Bishowab.

Monday, September 5, 2016

Niyahah.

Meratapi mayit atau yang dalam bahasa arab disebut “niyahah” adalah perbuatan yang dilarang di dalam agama. Karena meratapi mayit termasuk perbuatan yang juga dilakukan oleh orang-orang kafir dan akhlaqnya orang-orang jahiliyyah, Meratapi mayit juga termasuk perbuatan kufur nikmat dan bisa menyebabkan pelakunya masuk kedalam kekufuran.

Di antara dalil khusus yang paling sering dikemukakan adalah tentang larangan meratapi mayit yang mana hal tersebut merupakan suatu perbuatan yang sangat dilarang oleh Rasulullah ﷺ, sebagaimana tercatat dalam beberapa hadits berikut: 

رَوَي مُسْلِمٌ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اثْنَتَانِ فِى النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِى النَّسَبِ وَالنِّيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, ia berkata bahwa Rasulullah  bersabda: “Dua hal yang ada pada manusia dan keduanya menyebabkan mereka kafir: mengingkari keturunan dan meratapi kematian.” (HR. Muslim).


رَوَي مُسْلِمٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ أَوْ شَقَّ الْجُيُوبَ أَوْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
Dalam sebuah riwayat dari Abdullah رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه ia berkata bahwa Rasulullah  bersabda, “Bukanlah dari golongan kami orang yang menampari pipi (ketika ditimpa kematian), merobek pakaian dan yang mengeluh serta meratapi seperti kebiasaan jahiliah.” (HR. Muslim)


رَوَي مُسْلِمٌ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Al-Mughiroh bin Syu’bah berkata, aku telah mendengar Rasulullah  bersabda, “Siapa saja yang diratapi akan disiksa dengan ratapan itu pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim).


حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
Telah menceritakan kepada kami dari Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami dari Sa'id bin 'Ubaid dari 'Ali bin Rabi'ah dari Al Mughirah  رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه berkata: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: "Sesungguhnya berdusta kepadaku tidak sama dengan orang yang berdusta kepada orang lain. Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia bersiap-siap (mendapat) tempat duduknya di neraka. Aku juga mendengar Rasulullah  bersabda: "Barangsiapa yang meratapi mayat maka mayat itu akan disiksa disebabkan ratapan kepadanya" HR. Bukhari).


حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ تَابَعَهُ عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ وَقَالَ آدَمُ عَنْ شُعْبَةَ الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الْحَيِّ عَلَيْهِ
Telah menceritakan kepada kami dari 'Abdan berkata, telah mengabarkan dari bapakku kepadaku dari Syu'bah dari Qatadah dari Sa'id Al Musayyab dari Ibnu 'Umar dari bapaknya رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه dari Rasulullah  bersabda: "Mayat akan disiksa didalam kuburnya disebabkan ratapan kepadanya". Hadits ini dikuatkan oleh 'Abdu Al A'laa telah menceritakan kepada kami dariYazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami dari Sa'id telah menceritakan kepada kami dari Qatadah dan berkata Adam dari Syu'bah: "Sesungguhnya mayat pasti akan disiksa disebabkan tangisan orang yang masih hidup kepadanya". (HR. Bukhari).

بَاب حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُنْكَدِرِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ جِيءَ بِأَبِي يَوْمَ أُحُدٍ قَدْ مُثِّلَ بِهِ حَتَّى وُضِعَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ سُجِّيَ ثَوْبًا فَذَهَبْتُ أُرِيدُ أَنْ أَكْشِفَ عَنْهُ فَنَهَانِي قَوْمِي ثُمَّ ذَهَبْتُ أَكْشِفُ عَنْهُ فَنَهَانِي قَوْمِي فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرُفِعَ فَسَمِعَ صَوْتَ صَائِحَةٍ فَقَالَ مَنْ هَذِهِ فَقَالُوا ابْنَةُ عَمْرٍو أَوْ أُخْتُ عَمْرٍو قَالَ فَلِمَ تَبْكِي أَوْ لَا تَبْكِي فَمَا زَالَتْ الْمَلَائِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رُفِعَ
Telah menceritakan kepada kami dari 'Ali bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami dari Sufyan telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Al Munkadir berkata; Aku mendengar dari Jabir bin 'Abdullah رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه  berkata: "Pada hari Perang Uhud, bapakku didatangkan dalam kondisi sudah terbunuh dengan bagian anggota badannya ada yang terpotong hingga diletakkan di hadapan Rasulullah , sedangkan jasadnya sudah ditutup dengan kain. Maka aku menghampiri untuk membukanya namun kaumku mencegahku. Aku coba sekali lagi untuk membukanya namun kaumku tetap mencegahku hingga akhirnya Rasulullah  memerintahkan untuk diangkat (dibawa). Saat itu Rasulullah  mendengar ada suara teriakan. Maka Rasulullah  bertanya: "(Suara) siapakah itu?". Orang-orang menjawab: "Putri dari 'Amru" atau "saudara perempuan 'Amru. Kemudian Rasulullah  berkata,: "Mengapa kamu menangis?" atau "Janganlah kamu menangis, karena malaikat senantiasa akan menaunginya dengan sayap-sayapnya hingga (jenazah) ini diangkat". (HR. Bukhari).

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، قَالَ: تُوُفِّيَتْ ابْنَةٌ لِعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِمَكَّةَ، وَجِئْنَا لِنَشْهَدَهَا وَحَضَرَهَا ابْنُ عُمَرَ، وَابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَإِنِّي لَجَالِسٌ بَيْنَهُمَا - أَوْ قَالَ: جَلَسْتُ إِلَى أَحَدِهِمَا، ثُمَّ جَاءَ الآخَرُ فَجَلَسَ إِلَى جَنْبِي - فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا لِعَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ: أَلاَ تَنْهَى عَنِ البُكَاءِ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ المَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ» 
“Telah menceritakan kepada saya Abdan telah menceritakan kepada saya Abdullah. Telah mengabarkan kepada saya ibnu juraij dan dia berkata telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Ubaidillah bin Abu Mulaikah berkata, “Putri Utsman bin Affan meninggal dunia di Mekah dan kami datang hendak menghadirinya. Di sini datang pula Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas. Aku sendiri duduk di antara kedua orang itu atau aku duduk mendekati salah seorang dari keduanya. Kemudian ada orang lain yang baru datang dan langsung duduk di dekatku. Abdullah bin Umar berkata kepada Amr bin Utsman, ‘Mengapa engkau melarang menangis? Sebab, Rasulullah  bersabda:"Sesungguhnya mayat itu disiksa karena tangisan keluarganya atasnya".

.” حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَارِثِ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ حَفْصَةَ، عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ، قَالَتْ: " بَايَعْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَرَأَ عَلَيْنَا: {أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا} وَنَهَانَا عَنِ النِّيَاحَةِ، فَقَبَضَتِ امْرَأَةٌ مِنَّا يَدَهَا، فَقَالَتْ: فُلاَنَةُ أَسْعَدَتْنِي، وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أَجْزِيَهَا، فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا، فَذَهَبَتْ ثُمَّ رَجَعَتْ، فَمَا وَفَتِ امْرَأَةٌ إِلَّا أُمُّ سُلَيْمٍ، وَأُمُّ العَلاَءِ، وَابْنَةُ أَبِي سَبْرَةَ، امْرَأَةُ مُعَاذٍ، أَوِ ابْنَةُ أَبِي سَبْرَةَ، وَامْرَأَةُ مُعَاذٍ" “
Telah diberitahukan kepada kami Musaddad, Abdul Warits dari Ayyub dari Hafsah dari Ummi Atiyyah. dia mengatakan: berjanji setia kepada Rasulullah  dan membacakan bahwa kita tidak akan menyekutukan Allah. Dan melarang kami dari wanita meratapi mayat kami, memegang tangannya, dia berkata begitu dan begitu senang saya, dan saya ingin membalasnya. Tidak mengatakan apa-apa jadi aku pergi dan kemudian datang kembali, maka ketika meninggal seorang perempuan kecuali Ummu Salim dan Ummu al-‘Ala’ dan putri Abi Sabrah perempuan Mu’adz atau putri Abi Sabrah perempuan Mu’adz.”


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ يَزِيدَ، ح وحَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ - وَاللَّفْظُ لَهُ - أَخْبَرَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ، حَدَّثَنَا أَبَانُ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، أَنَّ زَيْدًا، حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا سَلَّامٍ، حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ، حَدَّثَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ " وَقَالَ: «النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا، تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ، وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ» 
Dari shahabat Abu Malik Al-Asya’ri رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه, bahwasanya Rasulullah  bersabda: “Pada umatku, ada empat sifat (perangai) Jahiliyyah yang belum mereka tinggalkan. (Sifat-sifat tersebut adalah): (1) berbangga dengan keturunan, (2) mencela nasab, (3) menyandarkan turunnya hujan kepada bintang-bintang, dan (4) niyahah (meratapi orang yang telah meninggal dunia).” Kemudian Rasulullah  bersabda: “Wanita yang meratapi kematian, jika dia tidak bertaubat sebelum ajal menjemputnya, maka kelak pada hari kiamat, dia akan dikenakan pakaian yang terbuat dari lelehan tembaga dan pakaian dari besi dalam keadaan tubuhnya berkudis dan berbau busuk”. 

Meskipun begitu, bukan berarti sohibul musibah sama sekali tidak boleh bersedih atau menangis saat ada dari salah satu anggota keluarga kita meninggal dunia. 
Rasulullah ﷺ juga pernah bersedih ketika ditinggal wafat putranya Ibrahim dan juga putrinya,  Rasulullah  bersabda:
إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

“Sesungguhnya mata akan meneteskan air dan hati akan bersedih. (Akan tetapi) kami tidak akan mengatakan kecuali apa yang akan diridhai Rabb kami dan sesungguhnya kami sungguh sangat sedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim.” (HR. al-Bukhari)

Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas
رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه berkata: Aku menyaksikan putri Rasulullah ﷺ dimakamkan dan Rasulullah ﷺ duduk di atas kubur, dan aku melihat kedua matanya meneteskan air mata.” (HR. Bukhari).

Maka meratap yang dilarang itu adalah menangisi mayit dengan suara keras, meraung-meraung, ataupun ekspresi yang  berlebihan sampai  merobek pakaian, memukul-mukul atau menampar pipi, menarik-narik rambut, atau menaburi kepala dengan tanah, dan lain sebagainya. 



Oleh karenanya ita sebagai umat  Islam dianjurkan untuk bersabar saat tertimpa musibah. Termasuk musibah kematian saat orang yang paling kita cintai meninggalkan kita. Sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ{} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ{} أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". 
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS.  Al Baqarah [2]:155-157).

والله أعلمُ بالـصـواب

Sunday, August 21, 2016

Tangga Dalam Perspektif Jawa

Dalam perspektif  Jawa, Tangga merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam konsep sebuah rumah yang memiliki lantai lebih dari 1 lantai. Sebagian orang ada yang percaya, jika jumlah anak tangga memilki dampak yang sangat signifikan dalam kehidupan entah itu akan membawa peruntungan ataupun  nasib sial. Tangga juga memiliki fungsi yang sama dengan pintu, yakni sebagai sarana untuk keluar-masuk. Dan dikarenakan memiliki fungsi yang sama, maka disetiap anak tangga pun akan menimbulkan energi tertentu. Jika pintu masuk dianggap sebagai tempat masuknya energi ke dalam suatu rumah maka jumlah anak tangga rumah menuju ke lantai selanjutnya akan menentukan energi yang timbul dilantai tersebut. 


Karena pada hakekatnya anak tangga juga memiliki pemahaman yang unik. Menurut perspektif Jawa, tangga adalah sarana penghubung suatu energi antara lantai bawah dengan lantai selanjutnya.



Jika energi yang yang ada pada anak tangga itu adalah energi yang negatif, maka energi di lantai selanjutnyapun akan memilki energi yang negatif pula. Jika energi yang yang ada pada anak tangga itu adalah energi yang positif maka energi di lantai selanjutnyapun akan memiliki energi yang positif pula.

Dalam hal perhitungan jumlah anak tangga menurut perspektif Jawa, terdapat satu konsep yang mirip dengan konsep feng shui China. Yaitu perhitungan jumlah anak tangga dengan menggunakan cara konsep empat. 

  • Konsep Empat Feng Shui.
Maka Konsep Empat dalam feng shui ini akan menggunakan hitungan:
Anak tangga 1 (Pertama) = Sen(Lahir).
Anak tangga 2 (Kedua) = Huok(Hidup).
Anak tangga 3 (Ketiga) = Bing(Sakit).
Anak tangga 4 (keempat) = Sek(Mati).

Maka dengan demikian maka nilai yang paling baik itu seharusnya berada pada hitungan anak tangga ke-1 dan ke-2. Dengan ketentuan jumlah anak tangga keseluruhan itu dibagi 4 dan hasil sisanya harus berjumlah  1 atau 2 anak tangga, dengan ketentuan lantai paling bawah sebagai dasarnya maka memiliki nilai 0  (Nol) dan lantai selanjutnya harus tetap dihitung. 
  • Konsep Empat Jawa.
Maka Konsep Empat dalam perspektif Jawa adalah konsep yang menggunakan atau dapat dikatakan diambil dari konsep sedulur papat limo pancer. Dalam artian sedulur papatnya itu adalah hasil sisa anak tangga dari jumlah anak tangga yang telah dibagi 4. Dan pancernya adalah penghuni lantai tersebut. Dan hitungannya dalah:
Anak tangga 1 (Pertama) =Ketek(Kera).
Anak tangga 2 (Kedua) = Menek(Naik).
Anak tangga 3 (Ketiga) = Tibo(Jatuh).
Anak tangga 4 (keempat) = Loro(Sakit).

Artinya adalah:
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 1 hasilnya adalah Ketek itu berarti penghuni lantai tersebut akan memiliki prilaku seperti kera atupun binatang.
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 2 hasilnya adalah Menek itu berarti penghuni lantai tersebut akan memiliki kehidupan yang terus naik atau selalu berada diatas. Apa saja yang telah diusahakan dalam kehidupannya akan selalu meraih kesuksesan.
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 3 hasilnya adalah Tibo itu berarti penghuni lantai tersebut akan memiliki kehidupan yang selalu dibawah atau hidupnya akan selalu jatuh. pa saja yang telah diusahakan dalam kehidupannya akan selalu menemui kegagalan.
  • Jika Jumlah anak tangga dibagi 4 itu sisa 4 hasilnya adalah Loro itu berarti penghuni lantai tersebut akan akan selalu sakit-sakitan dalam kehidupannya.
Dengan demikian maka nilai yang paling baik itu seharusnya berada pada hitungan ke-2. Dengan ketentuan jumlah anak tangga anak tangga keseluruhan itu dibagi 4 dan hasil sisanya harus berjumlah 2 anak tangga, dengan ketentuan lantai paling bawah sebagai dasarnya maka memiliki nilai 0 (Nol) dan lantai selanjutnya harus tetap dihitung. 

Wallahu A'lam Bishowab.

Friday, August 19, 2016

Auliya Atau Wali Allah

Makna dari  auliya  adalah orang-orang kepercayaan, yang khusus dan dekat. Auliya adalah  bentuk jamak dari wali yaitu orang yang lebih dicenderungi untuk diberikan pertolongan, rasa sayang dan dukungan. Wali Allah adalah orang-orang mukmin yang bertaqwa kepada Allah  سبحانه و تعالى . Mereka beriman dan bertaqwa kepada  Allah  سبحانه و تعالى, bertaqwa dalam pengertian mentaati firman-firman-Nya, penciptaanNya, izin-Nya, dan kehendak-Nya yang termasuk dalam ruang lingkungan agama. Semua itu kadang-kadang menghasilkan berbagai karamah pada diri mereka sebagai hujjah dalam agama dan bagi kaum muslimin, tetapi karamah tersebut tidak akan pernah ada kecuali dengan menjalankan syariat yang dibawa Rasulullah ﷺ.

Dalam sebuah riwayat dari  Umar bin Khattab bahwasanya Rasulullah    telah bersabda:

"Sesungguhnya ada golongan hamba Allah yang bukan termasuk nabi dan bukan syuhada (syahid), yang pada hari kiamat nanti mereka menempati tempat para nabi dan syuhada. Para sahabat lalu bertanya: Ya, Rasulullah, beritahu kami siapa mereka itu? Apa pekerjaan mereka ? Semoga kami bisa mencintai mereka. Nabi menjawab, Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan satu rahim, juga bukan karena harta yang mereka miliki. Demi Allah, wajah mereka bercahaya. Mereka berada di atas mimbar cahaya, mereka tidak pernah takut ketika orang-orang ketakutan, mereka juga tidak bersedih ketika orang-orang merasa sedih".


Diambil dari   kitab Futuhat al-Makiyyah bab 73,  Ibnu 'Arabi رضي الله ﺗﻌﺎﻟﯽٰ عنه berkata:

 "Ketahuilah, hamba-hamba Allah yang berada di jalan ini adalah mereka yang dinamakan dunia jiwa (alam anfas), suatu nama yang mencakup mereka semua. Mereka mempunyai tingkat dan hal yang berbeda-beda. Ada wali yang terkumpul dalam dirinya semua tingkat dan hal. Ada yang mencapai sebagian tingkatan dan hal sesuai dengan kehendak Allah. Setiap tingkatan (tabaqah) wali yang mempunyai hal dan maqam memiliki gelar tersendiri. Ada tingkatan yang jumlahnya bisa dihitung dalam setiap zamannya. Ada juga yang tidak bisa dihitung jumlahnya, kadang sedikit kadang banyak." Insya Allah, Kami akan memaparkan wali-wali yang bisa dihitung dan yang tidak bisa dihitung jumlahnya sekaligus dengan masing-masing gelarnya".



Pembagian Wali Allah menurut tingkat dan pangkatnya sebagai berikut:
  1. Qutubul Ghautsil Fardil Jaami`atau dapat disebut dengan Wali paripurna atau lengkap yang bertugas memimpin para wali diseluruh alam bila ia wafat, ia akan digantikan oleh wali Imaamaan / Aimmah. Berjumlah 1 Orang untuk kurun waktu 1 abad.
  2. Imaamani/Imaamain/Aimmah atau dapat disebut dengan wali yang memiliki dua imam atau  kepribadian ganda, salah satu ada di sisi kanan Quthub dan sisi lain ada di sisi kirinya. Yang ada di sisi kanan senantiasa memandang alam Malakut (alam batin) — dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kiri. Sedangkan yang di sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta (malak). Sosok di kanan Quthub adalah Badal dari Quthub. Namun masing-masing memiliki empat amaliyah Batin, dan empat amaliyah Lahir. Berjumlah 2 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  3. Autad atau dapat disebut dengan Wali paku jagat di 4 penjuru Mata Angin, mereka mempunyai 4 penjuru tiang -tiang, mulai dari penjuru alam timur, barat, selatan dan utara dan maqom setiap satu dari mereka itu, Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 lagi bersifat lahiriyah, dan 4 bersifat batiniyah. Berjumlah 4 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  4. Abdal atau dapat disebut dengan Wali yang memegang suatu wilayah, Mereka disebut sebagai kalangan paripurna, istiqamah dan memelihara keseimbangan kehambaan. Mereka telah lepas dari imajinasi dan khayalan, dan Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 bersifat batiniyah, dan 4 lagi bersifat lahiriyah. Berjumlah 7 orang untuk kurun waktu 1 abad, wali abdal tidak akan bertambah dan berkurang Apabila ada wali Abdal yg Wafat, maka Allah  سبحانه و تعالى akan menggantikannya dengan mengangkat Wali abdal Yg Lain (Abdal=Pengganti) Wali Abdal juga ada yang Waliyahnya (Wanita).
  5. Nujaba’ atau dapat disebut dengan Wali yang dermawan. Tugas mereka adalah memikul beban-beban kesulitan manusia. Karena itu yang diperjuangkan adalah hak orang lain (bukan dirinya sendiri). Mereka memiliki 8 amaliyah: 4 bersifat batiniyah, dan 4 lagi bersifat lahiriyah. Berjumlah 40 orang dan ada juga yang mengatakan berjumlah 70 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  6. Nuqoba’/Naqib atau  dapat disebut dengan Wali yang mengetahui batinnya manusia dan Di Wakilkan oleh Allah سبحانه و تعالى  Masing-masing pada tiap-tiap bulan. Mereka itu yang menggali rahasia jiwa dalam arti mereka itu telah lepas dari reka daya nafsu, dan mereka memiliki 10 amaliyah: 4 amaliyah bersifat lahiriyah, dan 6 amaliyah bersifat bathiniyah.Berjumlah 12 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  7. Ruqooba dan dapat disebut dengan Wali yang waspada akan firman-firman Allah سبحانه و تعالى . Berjumlah 4 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  8. Khotmz Zamaan, atau dapat disebut dengan Wali penutup akhir zaman. Al Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang mempunyai arti penutup atau penghabisan. Maksudnya pangkat AlKhatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada pangkat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, yaitu ketika Nabi Isa as. datang kembali. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 alam dunia. 
  9. Rizalul Ma’, atau disebut dengan Wali yang beribadah didalam air dan dapat berjalan di atas air. Wali dengan Pangkat Ini beribadahnya di dalam Air. Berjumlah 124 Orang untuk kurun waktu 1 abad.
  10. Rizalul Ghoib atau dapat disebut dengan Wali yang dapat melihat rahasia alam ghaib dengan mata hatinya. Tiap2 Wali Rizalul Ghoib ada yg Wafat seketika juga Allah سبحانه و تعالى akan mengangkat Wali Rizalul Ghoib Yg lain, Wali Rizalul Ghoib merupakan Wali yang di sembunyikan oleh Allah  سبحانه و تعالى dari penglihatannya Makhlu-makhluk Bumi dan Langit tiap-tiap wali Rizalul Ghoib tidak dapat mengetahui Wali Rizalul Ghoib yang lainnya, Dan ada juga Wali dengan pangkat Rijalul Ghoib dari golongan Jin Mu’min, Semua Wali Rizalul Ghoib tidak mengambil sesuatupun dari Rizqi Alam nyata ini tetapi mereka mengambil atau menggunakan Rizqi dari Alam Ghaib. Berjumlah 10 Orang untuk kurun waktu 1 abad, tidak akan bertambah dan berkurang.
  11. Rizalul Syahaadah/Adz-Dzohirun, atau dapat disebut dengan Wali yang ahli dalam ibadah zhohir. Berjumlah 18 Orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  12. Rizalul Imdad, atau dapat disebut dengan Wali penolong, Mereka selalu mendapat pertolongan Allah  سبحانه و تعالى untuk menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia. Adanya mereka menunjukkan berpanjangannya kasih sayang Allah  سبحانه و تعالى kepada makhluk-Nya. Berjumlah 3 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  13. Rizalul Haybati Wal Jalal, atau dapat disebut dengan Wali yang berwibawa dan memiliki keagungan. Berjumlah 4 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  14. Rizalul Fath atau disebut dengan Wali yang terbuka mata hatinya, Alloh mewakilkannya di tiap Sa’ah ( Jam ) Wali Rizalul Fath tersebar di seluruh Dunia 2 Orang di Yaman, 6 orang di Negara Barat, 4 orang di negara timur, dan sisanya di semua Jihat ( Arah Mata Angin )Berjumlah 24 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  15. Wali Maktum atau dapat disebut dengan wali yang tersembunyi dan akan akan tetap Mastur ( yakni tetap menjadi para wali yang tidak dikenal oleh orang-orang ) dan mereka bukan dari Ahlut Tashrif. Berjumlah 4.000 orang. 
  16. Quthbul Khotmil Maktum atau dapat disebut dengan Wali paripurna yang disembunyikan Berjumlah 1orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  17. Wali Kaqorrobun atau disebut dengan wali yang  memiliki pengaruh dan juga akan  bekerja sama dengan  Wali Maktum sebagai Ahlut Tashrif. Berjumlah 300 orang.
  18. Wali Khulafa atau dapat disebut dengan para wali pengganti. merupakan Wali Khulafa dari 7 Wali Aimah yang A`rif, dan 40 yang A`rif mereka adalah Wali Budalaa dan 40 golongan para wali yang A`rif dari Wali Aimah dan tidak ada yang mengetahui mereka dari para wali seorang pun Jika salah satu dari 40 kurang maka ia menggantikan tempatnya dari para wali demikian juga yang berjumlah tujuh dan tiga dan satu orang kecuali jika datang kiamat. Berjumlah 3 orang. 
  19. Budala’ atau dapat disebut dengan wali yang menjadi penggantinya para ulama. Mereka berjumlah 40 orang, Wali Umana berjumlah 7 orang, Wali Khulafa dari Wali Aimah berjumlah 7 orang dan 1 orang adalah Wali Qutub .Berjumlah 12 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  20. Wali Akhyar atau disebut dengan para wali pilihan. mereka juga melakukan perjalanan di muka bumi, dan tetap tinggal di Mesir. Berjumlah 7 orang.
  21. Wali Umdah atau disebut dengan para wali pembaiat. mereka seperti tiang bagi gedung dan dunia yang berdiri bagi mereka, sebagai mana berdirinya rumah diatas tiang. Dan orang-orang ini tinggal di belahan dunia. berjumlah 4 orang dan ada juga yang menyebutkan berjumlah 5 orang.
  22. Wali Abrar atau disebut dengan para wali yang berbakti. Mereka tinggal di Hijaz. Berjumlah 7 orang.
  23. Wali Mahbubun atau disebut dengan para wali yang saling mencintai berjumlah 7 orang.
  24. Rizalul Ma’arijil ‘Ula Wali atau disebut dengan wali yang terus naik derajat luhurnya. Berjumlah 7 orang untuk kurun waktu 1 abad. 1
  25. Rizalun Ainit Tahkimi Waz Zawaid atau disebut dengan Wali yang kuat keyakinannya dengan ilmu hikmah. Berjumlah 10 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  26. Rizalul Ghina Billah atau disebut dengan Wali yang selalu merasa cukup dan tidak memerlukan kepada manusia sedikit pun. Wali ini Sangat kaya baik itu Ilmu Agama, Ma’rifatullah maupun Harta yg di jalankan di jalan Allah  سبحانه و تعالى, Pangkat Wali ini juga ada Waliahnya ( Wanita ).Berjumlah 2 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  27. Rizalul Istiyaq atau disebut dengan Wali yang selalu merindukan Allah  سبحانه و تعالى. Berjumlah 5 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  28. Rizalul Janaani wal A`thfi atau disebut dengan Wali yang ahli menjaga jiwanya dan pengasih. Mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah  سبحانه و تعالى. Mereka selalu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir maupun yang mukmin. Mereka melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, kerana hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang penuh rahmat.Berjumlah 15 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  29. Rizalut Tahtil Asfal atau disebut dengan para wali yang berada di alam terbawah di bumi. Berjumlah 21 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  30. Rizalul Quwwatul Ilahiyyah atau disebut dengan orang-orang yang diberi kekuatan oleh Allah  سبحانه و تعالى. Mereka mempunyai keistimewaan, yaitu sangat tegas terhadap orang-orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka mengecilkan agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di antaramereka ada yang sifatnya keras dan tegas. Meskipun watak mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.Berjumlah 8 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  31. Khomsatur Rizal atau disebut dengan wali paripurna yang berhati tulus. Berjumlah 5 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  32. Rozulun Wahidun atau disebut dengan wali utama. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  33. Rozulun Wahidun Markabun Mumtaz dan biasa disebut dengan Rozulun Barzakh, atau disebut dengan wali yang dilahirkan antara Manusia dan Golongan Ruhanny( Bukan Murni Manusia ). Wali ini tidak mengetahui Siapa Ayahnya dari golongan Manusia , Wali dengan Pangkat ini Tubuhnya terdiri dari 2 jenis yg berbeda, Pangkat Wali ini ada juga yang menyebut ” Rozulun Barzakh ” Ibunya Dari Wali Pangkat ini dari Golongan Ruhanny Air INNALLOHA ‘ALA KULLI SAY IN QODIRUN ” Sesungguhnya Alloh S.W.T atas segala sesuatu Kuasa. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  34. Syamsis Syumus atau disebut dengan Wali yang bercahaya bagaikan matahari. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  35. Quthbaniyatul Uzhma  atau dapat disebut dengan Penghulu wali yang agung. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  36. Syakhshul Ghorib  atau dapat disebut dengan Wali yang mengasingkan diri dan di dunia hanya ada 1 orang.
  37. Syakhshul Wahid  atau dapat disebut dengan Wali utama yang menyendiri. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  38. Saqit Arofrof Ibni Saqitil ‘Arsy atau disebut dengan Wali yang menerima firman dari rof-rof putra wali yang menerima firman dari arasy. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  39. Saqitil ‘Arsy  atau dapat disebut dengan Wali yang menerima firman dari arasy. Berjumlah 1 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  40. Sittata Anfas atau disebut dengan Wali yang ahli menjaga nafasnya dengan dzikir. Berjumlah 6 orang untuk kurun waktu 1 abad.
  41. Rizalul ‘Alamul Anfas atau dapat disebut dengan Wali yang selalu berdzikir dengan nafasnya. Berjumlah 313 orang untuk kurun waktu 1 abad. 
  42. Hawariyyun  atau dapat disebut dengan Wali Pembela. Mereka di beri kelebihan Oleh Alloh dalam hal keberanian, Pedang ( Zihad) di dalam menegakkan Agama Islam Di muka bumi. Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang mempunyai arti penolong.  Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan Allah  سبحانه و تعالى ganti dengan yang lain. Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  43. Rojabiyyun  atau dapat disebut dengan Wali Khusus di bulan Rajab dari Awal bulan sampai Akhir Bulan. Berjumlah 40 orang dalam kurun waktu 1 abad. Yang tidak akan bertambah dan Berkurang Apabila ada salah satu Wali Rojabiyyun yg meninggal Allah  سبحانه و تعالى kembali mengangkat Wali rojabiyyun yg lainnya.
  44. Qolbu Adam  عليه السلام   atau dapat disebut dengan Wali yang memiliki kemiripan hati dengan Nabi Adam  عليه السلام  . Berjumlah 300 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  45. Qolbu Nuh عليه السلام  atau dapat disebut dengan wali yang memiliki kemiripan hati dengan nabi Nuh عليه السلام. Berjumlah 40 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  46. Qolbu Ibrohim عليه السلام  atau dapat disebut dengan wali yang memiliki kemiripan hati dengan Nabi Ibrohim عليه السلام. Berjumlah 40 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  47. Qolbu Musa عليه السلام  atau dapat disebut dengan Wali yang memiliki kemiripan hati dengan Nabi Musa عليه السلام. Berjumlah 7 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  48. Qolbu Isa عليه السلام  atau dapat disebut dengan Wali yang memiliki kemiripan hati dengan Nabi  Isa عليه السلام Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  49. Qolbu Muhammad   atau dapat disebut dengan wali yang memiliki kemiripan hati dengan Nabi Muhammad . Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  50. Qolbu Jibril عليه السلام   atau dapat disebut dengan Wali yang memiliki kemiripan hati dengan Malaikat Berjumlah 5 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  51. Qolbu Mikail عليه السلام  atau dapat disebut dengan Wali yang memiliki kemiripan hati dengan Malaikat Mikail عليه السلامAllah  سبحانه و تعالى akan mengangkat wali lainnya Apabila ada salah satu Dari Wali qolbu Mikail Yg Wafat. Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  52. Qolbu Isrofil عليه السلام  atau dapat disebut dengan Wali yang memilki kemiripan hati dengan Malaikat  Isrofil عليه السلام. Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  53. Ilahiyyun Ruhaniyyun  atau dapat disebut dengan Wali ahli ruhani ketauhidan dan Pangkatnya menyerupai Wali Abdal. mereka ini diberi rasa kasih sayang yang luar biasa. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Kegemaran mereka suka mengkaji firman Allah  سبحانه و تعالى . Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  54. Rizalul Ghoiroh atau dapat disebut dengan Wali pembela agama Allah  سبحانه و تعالى. Berjumlah 5 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  55. Rizalul Akhlaq atau dapat disebut dengan Wali yang mempunyai budi pekerti yang luhur. Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  56. Rizalul Salamah atau dapat disebut dengan Wali  penyelamat. Berjumlah 7 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  57. Rizalul Ilmi atau dapat disebut dengan Wali yang  kaya dengan ilmu. Berjumlah 11 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  58. Rizalul Basthi atau dapat disebut dengan Wali yang selalu berlapang dada. Berjumlah 9 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  59. Rizalul Dhiifaan atau dapat disebut dengan Wali yang selalu menghormati tamu. Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  60. Syakhshul Jaami`i atau dapat disebut dengan Wali yang ahli mengumpulkan ilmu syari`ah, thariqah, haqiqat dan ma`rifat. Berjumlah 5 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  61. Quthbul Irfan atau dapat disebut dengan Wali yang tinggi ma`rifatnya. Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  62. Rijalul Ghoibi Wasy Syahadah atau dapat disebut dengan Wali yang terkadang tidak dapat terlihat (bersifat ghoib) dan dapat juga terlihat. Berjumlah 28 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  63. Rijalul Quwwati Wal `Azmi atau dapat disebut dengan Wali  yang selalu meningkatkan ketaatannya kepada Allah  سبحانه و تعالى. Berjumlah 17 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  64. Rijalun Nafs atau dapat disebut dengan Wali yang ahli memerangi nafsunya. Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  65. Sholsholatil Jaros atau dapat disebut dengan Wali  yang ahli menerima ilham yang suaranya bagaikan bel. Berjumlah 17 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  66. Quthbul Qoohir atau dapat disebut dengan Wali yang menjadi paku jagat yang sangat berkuasa. Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  67. Quthbur Roqooiq atau atau dapat disebut dengan Wali  yang berhati lembut. Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  68. Quthbul Khosyyah atau atau dapat disebut dengan Wali yang selalu takut kepada Allah. Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  69. Quthbul Jihatis Sitti atau dapat disebut dengan Wali yang menetap pada 6 arah. Berjumlah 1 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  70. Mulamatiyyah atau dapat disebut dengan Wali  yang yg selalu menutupi keadaan dirinya dgn amalan - amalan dunia agar orang orang mengacuhkan dirinya. Berjumlah 300 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  71. Rizalul Fuqoro atau dapat disebut dengan Wali  yang fakir dan hanya mengharapkan rahmat Allah. Berjumlah 4 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  72. Rizalush Shufiyah atau dapat disebut dengan Wali yang bersih jiwanya. Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  73. Rizalul Ibbad atau dapat disebut dengan Wali  yang ahli ibadah . Berjumlah 7 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  74. Rizaluz Zuhad atau dapat disebut dengan Wali yang menjauhi dunia. Berjumlah 1 7orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  75. Afrod atau dapat disebut dengan Wali yang senang menyendiri. Berjumlah 7 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  76. Umana atau dapat disebut dengan Wali kepercayaan Allah  سبحانه و تعالى. Berjumlah 13 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  77. Rizalul Qurro atau dapat disebut dengan Wali yang selalu membaca Al-Qur`an. Berjumlah 7 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  78. Rizalul Ahbab atau dapat disebut dengan Wali yang menjadi kekasih Allah  سبحانه و تعالى. Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  79. Rizalul Ajilla atau dapat disebut dengan Wali  yang tinggi pangkatnya. Berjumlah 3 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  80. Rizalul Muhaditsin atau dapat disebut dengan Wali  yang ahli hadits. Berjumlah 5 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  81. Sumaro atau dapat disebut dengan Wali  yang sering bangun malam hanya untuk bermunajat kepada Allah  سبحانه و تعالى. Berjumlah 17 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  82. Rizalul warotsatazh Zholimi Linnafsih atau dapat disebut dengan Wali  yang mewarisi para wali yang bersikap  dzhalim kepada dirinya karena berlomba kepada kebaikan. Berjumlah 4 orang dalam kurun waktu 1 abad.
  83. Abthol atau dapat disebut dengan Wali pahlawan. Berjumlah 27 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  84. Athfal atau dapat disebut dengan Wali  yang bertingkah seperti anak kecil. Berjumlah 4 orang dalam kurun waktu 1 abad. 
  85. Dakhilul Hizab aatau dapat disebut dengan Wali yang berada dalam hijab Allah  سبحانه و تعالى. Berjumlah 4 orang dalam kurun waktu 1 abad.


Wallahu Alam Bihowab.